Sabtu, 02 November 2013



“Tidak ku sangka 15 menit yang cukup singkat menjadi detik – detik terakhir orang itu. orang yang ku tempatkan di tempat khusus di hatiku. Dialah Pangeran 15 Menit…”
Namaku Lista Anggraini…
Aku seorang gadis 17 tahun yang bekerja disebuah warnet dengan gaji yang cukup untuk membayar sedikit uang kuliah dan membantu orang tuaku. Aku memiliki keluarga sederhana tetapi rumit. Ayahku memiliki dua istri. Setelah isti pertamanya meninggal, ayahku menikahi ibuku dan melahirkan aku dan adik perempuanku. Aku berharap anak – anak dari istri pertama ayahku menyadari bahwa ayahnya tidaklah seorang yang kaya dan aku berharap mereka dapat berbakti pada ayahnya. Ibuku bisa dibilang seorang wonder woman yang canggih, ayahku yang tidak bekerja membuatnya harus
bekerja keras untuk membayai sekolah kedua putrinya. Aku senang sekarang sudah bekerja walau sebagai penjaga warnet. Setiap pagi hingga sore aku harus menjaga warnet dan malamnya aku kuliah dengan mengmbil jurusan system informatika, seperti hobiku yaitu ga bisa jauh dari komputer.
Seperti setiap harinya, aku menjaga warnet . biasanya jam siang begiini, warnet sepi apalagi jam makan siang. Seorang pria menatap melalui kaca tembus pandang kedalam warnet. Matanya selalu mengarah padaku. Aku tidak berpikir apapun atau curiga terhadap pria yang gelagatnya selalu lasak.
Dirinya kemudian masuk kedalam warnet dan menyalamiku secara tiba.
“hai aku Johan, aku yakin kamu itu princess sejati sampai matiku. Aku ingin kita tunangan…” ucap pria tersebut dengan mimik yang cukup serius. Aku menatap bingung dan berdiri dari tempat duduk.
“maaf ya, kamu yang sopan..” ucapku pelan.
“aku adalah kamu dan kamu adalah aku” ucap pria yang menyebutkan namanya Johan tadi.
Johan langsung menarik tanganku keluar dari warnet. Aku terdiam dan membiarkannya menarikku ikut bersamanya. Apapun tak pernah kupikirkan atas keinginan jahat pria ini. Yang aku pikirkan hanyalah kata dan ucapan dari pria ini. Seperti ada maksud yang tidak kuketahui.
Tiba – tiba saja turun hujan yang cukup deras, anehnya Johan mengeluarkan payung kecil dari dalam jaketnya. Selain paying, jas hujan juga berada dibalik jaket hitam miliknya tersebut. Ku pikir Johan adalah pria super yang melebihi ibuku.
Dirinya membantuku memakai jas hujan yang terlalu besar ukurannya untukku. Sementara dirinya sendiri memakai payung yang kekecilan buat dirinya. Semua orang berlalu lalang menghindari hujan yang turun mendadak. Mata Johan menatap seorang nenek yang kehujanan dan kesulitan menyebrang jalan.
“Princess, kamu tunggu bentar ya.. kasihan nenek itu…” Ucap Johan sembari mengecup keningku dan kemudian pergi ke nenek tersebut. Ingin saja aku memakinya karena sembarang mengecup keningku, gadis yang baru ditemuinya. Tetapi melihat ketulusan dan kebaikan Johan, hatiku meleleh bagaikan es krim yang mencair. Johan membantu nenek tersebut menyebrang jalan dan meneduhkan payung kecil miliknya. Johan juga memberikan payung tersebut untuk nenek tua itu. Karena terharunya, nenek tersebut menangis dan memeluk Johan. Johan hanya tersenyum kemudian berbicara kecil dengan nenek tersebut sembari menunjuk ke arahku. Entah apa yang dibicarakan yang jelas adalah hal yang tidak aku ketahui. Dengan raut wajah bahagia Johan berlari menyebrang jalan diterpa hujan yag cukup deras. Aku melontarkan senyum salut kepadanya.
Tak terbayang olehku…
Ketika Johan, pria yang baru 15 menit aku kenal…. Pria yang baru pertama kali membuat aku merasa tak berdaya mengalami kejadian tragis didepanku. Sebuah mobil tanpa plat nomor polisi melaju kencang dan menabraknya. Saat itu juga Johan pria yang mampu menghipnotisku beberapa menit lalu, terhempas cukup jauh dan terbaring tak berdaya. Air mata mengalir dari mataku secara alami dan membawaku berlari menembus hujan untuk menghampiri Johan.
Wajahnya berlumuran darah menatapku sejenak. Lalu menghapus air mataku dengan senyum.
“benar.. ternyata kamu memang princess sejati sampai matiku…” ucapnya lemah tak berdaya.
Johan menyerahkan dompetnya dibalik jaket yang ia kenakan padaku. Dan matanya terpejam perlahan membawa detik dan nafas terakhirnya. Tak ada seorang pun yang mencoba menolong Johan hanya karena hujan deras.
“TOLONG!! Apa ngga ada yang berhati nurani baik untuk menolongnya!!!” jeritku kepada orang – orang yang hanya melihat ditempat yang teduh dari hujan. Seseorang menyentuh bahuku. Orang itu adalah nenek yang ditolong oleh Johan tadi. Nenek tersebut meneduhkan kepala Johan dengan payung yang diberikan Johan padanya.
“Anak muda ini sungguh mulia. Dia bilang, kamu adalah gadis yang dicintainya seumur hidupnya…” ucap nenek tersebut menangis sedih. Aku hanya terpaku membisu. Pria yang baru kukenal bisa mengucapkan kata cinta untukku. Terpintas dipikiranku ‘belum tentu juga aku cinta padanya’ karena diriku sesungguhnya belum mengerti apa itu cinta.
Dengan sebuah dompet berkulit hitam yang diserahkan johan padaku, dengan berdiri dibawah payung milik Johan, dengan jas hujan yang baru beberapa menit lalu dipakaikan untukku dan berdiri didepan sosok jenazah berlumuran darah yang belum ku kenal disertai terpaan hujan membuat aku bingung, bingung dan semakin bingung.
Yang aku tau, ternyata waktu itu sangat berharga. Waktu mampun merubah segalanya. Bahkan dalam waktu 15 menit, aku berhasil memiliki sebuah dompet. Kenangan dari orang yang amat menyayangiku ‘Katanya sebelum dia meninggal’. Tidak ku sangka 15 menit yang cukup singkat menjadi detik – detik terakhir orang itu. orang yang ku tempatkan di tempat khusus di hatiku. Dialah Pangeran 15 Menit…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar