Sabtu, 02 November 2013



Namanya Priska, cewek super centil dan stylish ini, dikenal sebagai ‘Match Maker ( Mak Comblang )’ di sekolah kami. Padahal, Priska kan anak yang super cuek. Darimana dia dapat bakat uniknya itu, ya?. Kok bisa, ya, dia punya punya bakat yang langka yang jarang dimiliki orang lain?. Aku jadi iri padanya, entah kenapa. Padahal, aku sudah punya pacar yang cocok dengan tipe idamanku. Sedangkan Priska si Match Maker, kan, masih jomblo!. Mungkin, karena bakat langka yang dimilikinya sehingga dia jadi makin tenar seperti sekarang ini. Aku jadi heran…
Hari ini, hari Selasa, hari keberuntunganku. Ya, hari Selasa, aku selalu selamat dari berbagai masalah yang menimpaku. Entah itu masalah pelajaran, sosial, atau cinta sekalipun. Makanya, aku melewati taman sekolah dengan senang ria di hatiku seperti sekarang ini. Aku berjalan dengan langkah-langkah penuh semangat dan bernyanyi-nyanyi bahagia. Iya, pacarku, Kurnia, kemarin malam baru saja memberiku hadiah ulang tahun yang super imut dan lucu. Dia memberiku hadiah scrapbook yang berisi puisi-puisinya yang dipenuhi tentang berbagai kata-kata romantis yang membuatku gak bisa tidur karena saking meltingnya. Ahhh… benar-benar cowok romantis. Padahal, aku baru saja seminggu jadian dengannya. Tiba-tiba, aku melihat Priska yang sedang dikerubungi oleh teman-teman cewek lain yang sepertinya sedang mengkonsultasikan permasalahan cintanya pada Priska. Aku rasa, mereka sedang meminta tips jitu untuk mendapatkan pujaan hati mereka pada Priska lagi. Ya, karena gara-gara Priska-lah, aku berpacaran dengan Kurnia.
“Ayolah, Pris, bantuin kita, dong, buat ngedapetin cowok-cowok yang ada di ‘Geng Kopiesta’. Please…” Kata Kiana, sambil menempelkan kedua tangannya di depan kepalanya dengan berjuta-juta harapan agar bisa mendapatkan salah satu cowok yang ada di ‘Geng Kopiesta’, geng anak-anak cowok keren yang semuanya masih jomblo. Sebenarnya, mereka adalah tim sepakbola – tapi multi talenta- disekolah kami. Mereka selalu mendapat juara disetiap pertandingan. Tapi, anak-anak ‘Geng Kopiesta’ punya kebiasaan yang agak buruk, yaitu suka menghukum siapa saja yang mengotori ‘basecamp’ mereka. Kadang juga, mereka memalaki adik kelas. Tapi tetap saja, banyak cewek yang melting melihat pesona mereka. Apalagi, kalau melihat Frado, si keeper yang super imut itu. Para cewek pasti langsung berteriak-teriak kegirangan karenanya.
“Iya, Pris, Lu kan temen kita…..” kata Mira menambahkan. Wajah Priska pun jadi semakin bingung. Semua ekspresi wajahnya bercampur aduk menjadi satu. Senang, bingung , terdesak, semuanya ada di wajahnya. Dia menggaruk-garuk kepalanya kebingungan. Makin terdesak.
“O.K, O.K…. Satu-satu, ya….” Akhirnya, Priska mengalah. Teman-teman juga langsung berbaris kayak mau antrian minyak tanah. Memang lebih baik mengalah daripada terus-terusan terdesak. “Mulai dari Kian”, sambungnya lagi mengatur. Kiana pun langsung maju dengan senangnya. Dia cengar-cengir sendiri karena kegirangan, kayak habis ditembak Mario Maurer yang super perfect itu aja. Lagipula, muka Kiana juga gak standar-standar amat, sih, dia pandai berdandan, baik hati, pula. Aku dengar-dengar, sih, katanya ada cowok yang suka sama dia di kelas. Aku kurang tau, sih siapa orangnya. Tapi, aku yakin, Kiana pasti lebih memilih salah satu dari anak-anak anggota ‘Geng Kopiesta’. Secara, mereka kan, keren-keren.
“Emangnya lo suka ama siapa, sih?.” Kata Priska memulai introgasinya sambil menggulung-gulung ujung rambutnya. Priska tampak beda sih, kalau sedang menjalankan hobinya ini. Rasanya, dia itu kayak ‘Match Maker’ yang udah profesional. Mungkin, semua orang memang seperti itu kalau lagi menjalankan hobinya, ya. Kiana juga keren banget kalau lagi melukis.
“Gue suka sama Trianda. Si penyerang itu. Abis, dia keren banget, sih, kalo main bola. Apalagi pas keringetnya bercucuran. Rasanya, tuh, jadi kayak lemes sendiri, gue, liat auranya yang saking kerennya itu…” Kata Kiana membalas. Pipinya memerah gara-gara memuji-muji Trianda. Tapi, kok, tiba-tiba, Priska jadi terdiam kayak gitu, ya?. Dia jadi lemas, tampak kecewa banget karena melihat Kiana memuji-muji Trianda… Kasihan, deh, aku melihatnya. Kayak gimana, ya, sakit hati gitu. Dia jadi melamun. Sakit hati. Atau jangan-jangan…. dia…. dia… dia…. suka sama Trianda, lagi!. Langsung terbersit perasaan isengku untuk mengerjainya. Tapi, itu kan kalau benar, tapi kalau gak, yaaaahhh… aku yang malu sendiri, deh. Mudah-mudahan saja dia betulan suka sama Trianda. Kan jadi lucu, kalau misalnya….. Mak Comblang kena comblang!. Aaaahhh… akan jadi berita bagus, nih!.
“Lo kenapa, Pris?. Jadi lemes gitu…” kata Kiana merasa bersalah. Mukanya juga ikut-ikutan muram seperti Priska. Aku yakin, Kiana punya maksud tersendiri untuk melakukan hal yang tadi dilakukannya. Mmmm…. aku jadi penasaran.
Aku yang dari tadi memperhatikan mereka dari jauh kira-kira 4 meter ini, sekarang, aku jadi lebih maju kira-kira 1,75 meter. Aku gak bermaksud buat ikut campur urusan cinta Priska. Aku cuma mau membantunya, kok. Tiba-tiba, langsung terdengar suara langkah kaki yang arahnya dari belakang. Mendekatiku. Aku rasa, sepesang kaki yang menuju kesini itu sudah sampai di belakangku. Tentu saja, aku berbalik kebelakang dengan tiba-tiba. Aku kaget begitu mengetahui langkah kaki yang menuju kesini tadi adalah… Kurnia!. Jantungku jadi berdebar, deh.
” Eh, Indri, kamu lagi apa?. Tumben kamu disini. Udah dari tadi ?.” Dia bertanya dengan penuh perhatian. Banget. Aku rasa, Kurnia itu adalah tipe pacar yang posesif, selalu melundingi apapun yang dimilikinya. Buktinya, belum apa-apa, dia sudah mengajukan 2 pertanyaan plus 1 ekspresi keheranan. Memang, sih, aku jarang banget duduk disini, di bawah pohon dekat lapangan volly. Bahkan hampir gak pernah.
” Ahhh… Gak kok. Aku lagi ngamatin Priska yang lagi dikerumunin temen-temen. Tuh, disana.” Jawabku sambil berbisik di dekat telinga Kurnia sambil menunjuk di mana tempat Priska dan teman-teman. Habisnya, aku takut banget, sih, kalau sampai kedengaran sama Priska. Bisa-bisa…. rencanaku GAGAL TOTAL. Uffftt… jangan sampai, jangan sampai!.
“Oooh… Emangnya dia kenapa?.” Kurnia bertanya lagi. Aku suka Kurnia yang seperti ini. Kurnia yang suka bertanya dan cerdas (cerewet dan sebagainya). Di kelas, dia adalah cowok yang paling cerewet, apalagi kalau pelajaran Bahasa Indonesia. Uuuuhh… Pasti, Kurnia-lah yang paling cerewet di kelas. Dia selalu menyiapkan berpuluh-puluh pertanyaan bahkan beratus-ratusan pertanyaan untuk diajukan kepada Guru Bahasa kami, Bu Anita. Bu Anita juga gak segan-segan memberikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan Kurnia. Makanya, jangan heran, deh, kalo nilai Ulangan Bahasa-nya Kurnia selalu bagus. Dia kan, murid kesayangan Bu Anita!. Sebagai pacarnya, aku tentu merasa bahagia dengan ini!.
“Tadi kan, temen-temen mau mengkonsultasikan masalah cinta mereka sama Priska. Eh terus, Priska menunjuk Kiana. Terus, Priska tanya sama Kiana siapa cowok yang dia suka. Eh terus, pas Kiana jawab, mukanya Priska langsung jadi muram gitu. Mungkin…. Priska juga suka sama cowok yang disukain sama Kiana.” Aku menjwab dengan panjang lebar. Selengkap-lengkapnya. Tapi Kurnia tetap sabar, kok, mendengarkannya. Hehe. Mirip dengan iklan, “Alaways listening, always understanding”. Dan itu mewakili Kurnia banget. Kurnia memang cowok super pengertian!.
“Emangnya, siapa cowok itu?…”
“Trianda.”
“Trianda anak ‘Kopiesta’ ?.”
” Iya. Menurumu gimana?. ”
” Kayaknya, Priska beneran suka sama dia, deh.”
” Eh?. Berarti bener, donk!. Asyiiik!.”
” Itu kan, cuma perkiraanku. Eh, tadi kamu ngomong ‘asyik’, ya, emangnya kenapa?.” Kali ini Kurnia tambah penasaran. Matanya memandangiku bingung seolah ingin tahu segala hal, termasuk rencanaku buat ‘mengerjai’ Priska.
Akupun mendekati telinganya lalu berkata, “Aku mau Trianda beneran jadian sama Priska Tapi, kayaknya, aku butuh bantuan Kiana, deh…”
“Ide yang bagus, tuh. Aku juga ikut bantuin, ya?.”
” Iya.”
Akupun sampai dirumah. Jam baru menunjukkan jam 15:00 tepat. Soal rencanaku ‘mengerjai Priska’, semuanya sudah beres. Tinggal cari waktu yang tepat buat melakukan ‘aksi pencomblangan Mak Comblang’ aja. Aku mondar-mandir mengelilingi kamarku yang senyap. Berpikir buat cari waktu yang tepat untuk melakukan rencana terbesarku, dan tentunya, dibantu dua asisten sekaligus ‘rekan kerja’-ku, Kurnia dan Kiana. Aku rasa, aku memilih orang yang tepat, deh. Soalnya, selain mereka sepupu-an, mereka juga sama-sama baik hati dan punya banyak akal. Aku rasa, mereka cocok banget buat jadi Agen Rahasia. O.K, dan akhirnya, akupun bisa bernapas lega karena rencanaku ini hampir berhasil. Tinggal selangkah lagi. Aku jadi makin gak sabar, deh.
“Kira-kira waktu yang tepat buat ngerjain Priska kapan, ya?.” Kiana berbisik di telingaku. Aku sampai kaget tiba-tiba dia berbisik seperti itu disaat aku lagi minum seperti ini. Hampir aja aku tersedak.
“Iya, ya. Oh iya, bukannya kamu Anggota Panitia PenSi Sekolah?. Kapan PenSi-nya diadakan?.” Spontan saja aku langsunng menjawab seperti itu. Rasanya mulutku seperti ayam yang gak sadar sudah membuka kandangnya padahal dia belum mau membukanya. Aku rasa, ini termasuk salah satu gerakan refleks yang paling aneh. Biasanya, gerakan refleks kan, berupa gerakan tanpa suara, sedangkan refleksku berbicara.
“Iya. Katanya Kak Meta, sih, tanggal 24 Agustus nanti, seminggu lagi. Emang kenapa?.”
“Gimana kalo misi itu kita laksanakan pada PenSi nanti. Aku dengar-dengar anak ‘Kopiesta’ pada mau tampil di PenSi nanti. Hehe, Kurnia bilang, sih, gitu!.”
“Iya juga, ya. Ntar, deh. Aku bakal tanya sama Kak Meta tentang susunan acaranya.” Asyik, hampir berhasil, hampir berhasil…
“Indri, Kian!.” Gak menoleh ke arah suara itu berasal aja aku udah tahu, pasti Kurnia. Suaranya yang khas membuat semua orang mudah mengenalinya. Terutama aku, selaku pacarnya. Aku juga pasti tahu, dong, tentang keunikannya yang lain.
“Eh, Kurnia…” Kami berdua lalu berbalik kearahnya.
“Aku dapat berita bagus, nih. Katanya, Geng ‘Kopiesta’ bakalan tampil belakangan… Aku tahu itu dari Yoga.” katanya. Huh, baguslah. Sesuai dengan rencana kami. Kami ingin Priska dan Trianda disorak-soraki seluruh murid. Setidaknya, mereka bakalan malu karena itu!.
“Baguslah, sekarang udah lengkap deh persiapan kita. Tinggal minta bantuan aja sama anak-anak Geng ‘Kopiesta’ sama temen-temen yang lain.” Kali ini, aku bersuara, menyarankan. Kan kalau banyak yang membantu, rencana ini akan jadi lebih seru, dong.
“O.k. Ide yang bagus,tuh, Ndri.” Yay, Kiana juga setuju!.
Akhirnya, hari yang paling aku tunggu tiba juga. Waahh… aku gak sabar akan melaksanakan rencana ini bersama dua orang asisten setiaku… Kamipun mempersiapkan segala persiapan, termasuk persiapan untuk tampil hari ini. Iya, kelas kami, XI IPS 6 tampil dengan Tarian Daerah, termasuk aku, aku juga ikut tampil dalam acara yang ‘besar’ ini. Aku sendiri, loh yang minta buat gabung sekaligus tampil bersama Kelompok Tarian Daerah. Kalau Kurnia, sih, dia tampil dengan Kelompok Puisi. Aku yakin, pasti perform-nya bakalan keren banget!.
Sebenarnya, aku agak risih, sih, mengenakan baju adat seperti ini. Huh, rasanya gatal dan panas, sangat mengganggu. Tapi, tak apalah, demi kelas XI IPS 6, aku rasa tak apa kalau aku begini.
Sepasang host acara ini pun naik keatas panggung, berjalan dengan penuh percaya diri, mengalihkan pandangan semua penonton yang tadinya sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Benar-benar pasangan serasi. Mereka berdua adalah Juli dan Yoga, pasangan Ketua OSIS dan Wakil Ketua OSIS disekolah kami, SMA Kharisma Bhakti. Mereka berdua cocok sekali, baju mereka juga serasi. Mereka pakai baju adat Sumatra Barat. Mereka benar-benar keren, tampak seperti sepasang sejoli. Nyatanya mereka memang pacaran, sih. Dan yang membuat mereka jadian dan langgeng sampai saat ini adalah…. tentu saja, si “Match Maker Queen”, Priska. Aku yakin, setelah dia jadian dengan Trianda nanti, reputasinya akan meningkat, dan pastinya, aku dan kedua ‘asisten’ setiaku juga kena imbasnya… Ahhh… aku jadi berpikir yang tidak-tidak, deh.
Kelompok Paduan Suarapun memasuki panggung. Mereka menyanyikan lagu “Hymne Guru” dengan penuh hikmad, merubah suasana menjadi haru biru. Aku juga hampir menitikkan air mata. Berikutnya, kelompok Tarian Modern. Lalu, Kelompok Akustik, Kelompok Puisi dan tibalah giliranku. Akupun mengajak teman-teman sekelompokku maju ke panggung. Tentunya, kami berdoa dulu sebelum menampilkan penampilan terbaik kami. Tiba-tiba, jantungku berdebar kencang. Untungnya Kurnia mengingatkanku untuk tetap rileks dalam menari Tarian Daerah. Dan kamipun, memulai penampilan kami. Aku menari dengan wajah yang agak gugup dan malu-malu. Bagaimana tidak, aku tampil paling depan!. Uuuhh… tapi aku berusaha untuk tetap rileks dan tentunya mengeuarkan senyum termanisku untuk para penonton. Sepanjang aku -maksudnya kami- menari, Kurnia selalu menatap kearahku. Aku jadi salting, deh. Dan gak terasa, penampilan kamipun selesai. Tepukan tangan penonton mulai terdengar satu-persatu setelah kami tampil. Aku bahagia, dong, tentunya.
Kemudian Pidato Kepala Sekolah, Sambutan Anggota OSIS, Kelompok Teater, daaaannnn…. Band Geng ‘Kopiesta’-pun tampil. Sejenak, aku pun memandangi Priska yang terlihat tersipu-sipu melihat Trianda memainkan drum sambil mengarah kearahnya. Mmmm.. sepertinya, Trianda juga suka Priska, deh. Akupun memanggil Kurnia dan Kania. Kemudian mereka memberikan kode pada teman-teman lain dan Geng ‘Kopiesta’. Kemudiaaannn…..
” Priska, maju, dong.” kata Angga, sang vokalis menyuruh Priska maju. Muka Priskapun langsung jadi merah padam. Ya, lucu sekali kalau dia berekspresi seperti itu. Diapun naik keatas panggung.
” Apa?!!. Angga suka Priska?!!.” Kiana berteriak sekeras-kerasnya pura-pura kaget. Sejenak semua muridpun juga pura-pura kaget, termasuk aku. Aku pura-pura gak percaya Angga suka Priska. Padahal, ini adalah bagian dari rencana kami. Eh, tunggu, muka Trianda langsung berubah jadi agak kesal, mungkin aja dia cemburu. Waahh… kemungkinan besar dia memang suka Priska. Anggapun pura-pura mengajak Priska berduet dengannya. Dia juga berlagak mesra dengan Priska. Aku gak sangka Angga berbakat jadi aktor. Aktingnya bangus sekali. Lagi-lagi, Trianda menunjukkan wajah yang gak suka, tapi dia pura-pura tetap enjoy memukul drumnya. Sementara Priska, dia sepertinya mulai risih gara-gara tingkah Angga yang sok dekat. Tibalah rencana pokok kami dilaksanakan.
Lagu yang mereka bawakanpun selesai. Angga pura-pura memita izin pada penonton buat membiarkan dia dan band-nya tetap dipanggung.
“Priska, kamu mau kan jadi…..” Angga mulai berbicara di microphone.
“Jadi apa?.” Priska mulai penasaran. Pipinya juga masih memerah seperti tadi.
“Jadi…” Angga pura-pura agak gagap. Kali ini, reaksi Trianda benar-benar seperti mau marah. Mukanya merah padam seakan mau meninju sesuatu. Aku yakin, dia pasti cemburu dan sakit hati. Suasanapun menjadi genting.
Priska makin bingung dia menatap Angga dengan tatapan penasaran seolah agak memaksa.
“Ja… Jadi…. Jadi… Jadi…. Jadi pacar Trianda!!!.” Kata Angga dengan tiba-tiba menarik tangan Trianda yang lagi panas-panasnya tadi, sontak saja, wajah Trianda dan Priska jadi makin merah seperti udang rebus. Tampaknya mereka sangat kaget.
“Surprise!!!.” Semua muridpun berteriak bersamaaan. Priska dan Trianda jadi makin malu. Trianda menggaruk-garuk kepalanya, sementara Priska terdiam mematung karena saking kagetnya.
“Udah, jadian aja lo berdua.” Kata Angga berteriak.
“Jadian, jadian, jadian!!!!.” Lagi-lagi semua murid berteriak keras sambil tepuk tangan. Sampai-sampai hostpun juga ikut-ikutan.
“Mmmm… Pris, jujur ya, sebenarnya, aku suka kamu, dari kelas X….” Akhirnya, Trianda bilang suka juga. Keren banget, deh dia bisa bilang suka selancar itu. Waktu Kurnia ‘menembakku’ aja, dia masih gugup.
“Iya. Aku juga suka kamu..” Priskapun membalas dan sekarang…. mereka resmi pacaran!!!!. Yes! berhasil. Triple BINGO!.
“Ciiiieeee….” Teriak semuanya lagi.
“Tunggu, sebenernya, siapa, sih yang ngerencanain ini semua?.” Waduh. Gawat, bisa-bisa aku ketahuan kalau begini.
“Indri. Indri Xandria Elisha!.” Waduh, Angga!. Kenapa dia bilang, sih. Aduh, gawat. Lebih baik aku melarikan diri kalau begini.
“Indri, mau kemana lo?.” kata Priska mencoba menyusulku.
“Mau kabur.” jawabku melarikan diri.
“Tunggu. Jangan kabur, lo.” kata Trianda, tiba-tiba dia langsung muncul di depanku dengan tatapan tajam. Aku jadi takut melihatnya.
“Iya, deh, iya. Emang gue yang ngerencanain ini semua karena gue mau kayak Priska. Puas?.” Aku jujur
“Gila, lo!, tadi gue hampir jantungan tau, pas Angga nanya Priska. Gue kira dia beneran mau nembak dia.” kata Trianda dengan napas terengah-engah. Sepertinya dia lelah karena mengejarku.
“Hahaha… emang enak!.” kata Kurnia dan Kania dengan nada mengejek.
“Jadi, kalian juga ikutan ngerencanaiin ini?.” Priska bertanya dengan penuh penasaran.
“Menurut lo??!!” Kami bertigapun kabur secara berpencar.
“Woy, tunggu. Jangan kabur. Woooooyyyy, JANGAN KABUR!!!” teriak Trianda mencoba mengejar kami.
Akhirnya rencanaku berhasil juga. Aku bahagia dong, tentunya. Jadi, siapa yang lebih pantas jadi ‘Mak Comblang’ alias ‘Match Maker’?. Aku dan kedua asistenku atau Priska?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar