Sabtu, 02 November 2013



“Halo teman-teman, perkenalkan nama saya Kurnia Citra Inggriani. Dulu, teman-teman SMP ku memanggil Kucing. Gapapa kok kalau kalian ingin memanggilku Kucing.” orang itu murid baru, pindahan SMPN Mutiara. Ia pindah ke kelas 11-A, SMAN Jayaraya 68. “Anaknya manis ya! punya lesung pipit,” komentar salah seorang murid membuat murid yang lain menanggapi, bahwa ucapan murid itu benar. “Namanya Kucing.. lucu ya,” komentar murid yang satu lagi, benar adanya. “Woy Sing, kayaknya dia cocok deh sama lo.” ucap Reza. Orang yang dimaksud Reza adalah Singgara Azafa, atau lebih tepatnya Singa. Singa itu juga dipanggil dengan nama hewan. “Sama-sama dipanggil pakai nama hewan sih, wahaha…” tawa Reza, sedetik kemudian Singa menjitak kepalanya. “Sialan lo!” jawab Singa. Reza hanya menyengir kuda.
“Eh….” ujar Singa, ketika tak sengaja menyenggol sapu kelasnya, hampir saja jatuh. Dan tak sengaja, ia menyenggol badan Kucing. “Waduh.. maaf ya, gak sengaja.” ucap Singa. “Iya gapapa kok, nama kamu siapa?” tanya Kucing. “Nama gua Singgara Azafa, temen-temen manggil gua Singa. Kalau gak salah, nama lo juga nama hewan ya? Kucing” tebak Singa. “Iya, jawaban kamu bener.” jawab Kucing sambil tersenyum.
Saat itu, Singa sedang mendengarkan lagu favoritnya, The Script – The Man Who Can’t Be Moved. Entah kenapa, ketika Singa sedang mendengar lagu itu, ia merasa seperti seseorang yang curhat kepadanya, namun dengan irama. Saat itu juga, SMS masuk ke ponsel Singa.
‘Nak, jemput mama ya di Swalayan Selalu Jaya.’ ternyata itu SMS dari mamanya.
‘Oke ma, tunggu 20 menit lagi ya.’ jawab Singa, dan sedetik kemudian ia mengambil kunci mobil, dan segera pergi menjemput Ibunya.
“Mah, papa pulang jam berapa?” tanya Singa, ketika Ibunya sudah berada di mobil. “Papa hari ini pulangnya malam. Nanti malam kamu mau makan apa?” tanya Ibunya. “Aku beli sate ayam di luar aja deh mah, entar kita makan bareng. Gimana?” jawab Singa. “Oke.” Ibunya mengiyakan.
Malamnya, sesuai janji Singa, ia segera membeli sate ayam dekat rumahnya. “Eh? Singa? kebetulan banget nih, mau beli sate ya?” sapa Kucing. “Eh iya, kebetulan banget. Lo ke sini sama siapa?” tanya Singa. “Sendiri aja. Duduk dulu aja gimana, sambil nunggu pesanan?” ajak Kucing. “Yuk.” jawab Singa mengiyakan.
“Jadi, dulu lo anak SMA Mutiara ya. Pindah gara-gara apa?” tanya Singa. “Biasa, ayahku pindah tempat kerja. Setiap tahun aku kayak gitu, aku ini aslinya orang Surabaya. Terus pindah ke Jakarta, SD kelas 4. SMA, aku pindah ke Jakarta Barat, terus pindah deh ke SMA ini.” sahut Kucing panjang lebar. “Ohhh… punya lagu favorit?” tanya Singa. “Iya! The Script – The Man Who Can’t Be Moved. Kamu?” tanya Kucing. “Wow! sama dong, gua juga.” jawab Singa. “Wahaha, kok bisa samaan ya..” ujar Kucing sambil tersenyum. Sudah 15 menit mereka mengobrol bersama, akhirnya pesanan mereka datang. “Silakan mbak, mas, ini pesanannya. Pesanannya banyak banget, padahal kan cuma makan berdua nih.” goda pelayan di restoran sate ayam itu. “Yaelah mas, saya sama dia cuma temenan lho.” jawab Kucing. Singa mengiyakan ucapan Kucing. “Ohh, oke deh mbak. Malu ya? hahaha..” tawa pelayan itu sangat lebar, seolah ucapan yang diucapkannya sangat lucu.
“Oke deh, makasih ya udah mau nemenin. Abisnya bosen kalau nunggu pesenan sendiri. Dah!” ujar Kucing, Singa hanya tersenyum, lalu melambaikan tangan ke arah Kucing.
“Nak, lambat banget. Emang ngantri?” tanya ibunya. “Iya mah, hehehe.” jawab Singa.
Paginya, saat Singa sampai di sekolah, sebuah gosip mulai sampai di telinga Singa. “Cie Singaaaa, jadian aje sama Kucing. Cocok abis!” ledek salah satu teman Kucing, Syazki. “Berisik lo, ngajak ribut ye?” jawab Singa. “Ampun Sing, wahaha…” jawab Syazki. Singa hanya menggelengkan kepalanya. “Asyik banget bang Sing, pacaran sama si Kucing?” kali ini Reza, dan sedetik kemudian Singa memukul badannya. “Waduh… sakit bang!” ujar Reza.
“Ehmm… Singa, en-entar kita di suruh sama guru ngangkat buku.” sahut Kucing, dan membuat teman-temanya mencie-ciekan. “Berisik! gua gak suka tau! gua bliang itu gak bener, jadi jangan pada percaya!” teriak Singa. Teman-temannya hanya diam.
Pulang sekolah, Singa hanya berlari, bingung menghadapi hari ini. Entah kenapa, sejak peristiwa sate ayam itu, Singa merasakan sesuatu yang berbeda yang ada dalam diri Kucing. Ia perngetian, baik, dan… cantik. itulah ungkapan Singa yang sebenarnya.
Sore itu, Singa memutuskan mengungkapkan perasaannya dalam selembar kertas. 10 menit kemudian, surat itu sudah masuk ke dalam pos.
Esoknya
Sesuai rencana, Singa akan memberikan surat itu pagi ini, tepat di kolong meja Kucing.
Saat Kucing datang, Singa sudah menunggu di luar kelas. Ia sedang berada di taman sekolah.
“Eh? Singa? ngapain ngasih surat?” tanya Kucing pada dirinya sendiri.
Buat: Kucing
Dari: Singa
Going back to the corner
Where i first saw you
Gonna camp in my sleeping bag
I’m not gonna move
Got some words on a cardboard,
Got your picture in my hand
Saying, “if you see this girl can you tell where I am”
Saat itu, lebih tepatnya 11 Januari 2011, gua ngerasa ada yang beda. Saat gua pertama kali ngeliat wajah yang namanya Kurnia Citra Inggriani secara dalam-dalam, gua ngerasain yang namanya Cinta. Lo terlalu istimewa buat gua, bikin gua bingung.
Some try to hand me money,
They don’t understand
I’m not broke, i’m just
A broken hearted man
I know it makes no sense
But what else can I do?
How can I move on
When i’m still in love with you?
Makna lagu ini, gua pengen lo jadi pacar gua pertama dan terakhir. Dan kalaupun itu kita putus, gua gak akan bisa move on.
Going back to the corner
Where I first saw you
Gonna camp in my sleeping bag
I’m not gonna move
Oke? lo mau jadi pacar gua? Kalau iya, lo pergi ke taman, temuin gua. Kalau enggak, lo robek surat ini.
Kucing tersenyum haru, kemudian berlari ke arah taman, saat ada Singa, ia memeluk Singa dan mengatakan “Aku pengen. Pengen banget.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar