Rabu, 23 Oktober 2013

Tiga Faktor Penyebab Obesitas


Pesona Kesehatan
Setiap orang memang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, penyekat panas, penyerap guncangan, dan lainnya. Namun dalam jumlah berlebihan, timbunan lemak justru akan merugikan metabolisme tubuh.

Pengendalian berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan merupakan usaha jangka panjang. Agar aman dan efektif, setiap program penurunan berat badan harus ditujukan untuk pendekatan jangka panjang.
   
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya:

Faktor genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Namun, anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33 persen terhadap berat badan seseorang.

Faktor lingkungan
Lingkungan yang dimasuk yaitu perilaku/pola hidup seperti apa kualitas dan kuantitas makanan serta bagaimana seseorang beraktivitas. Jika genetik tidak dapat diubah, pola makan dan aktivitas dapat diubah jika ada kemauan dari seseorang untuk memperbaiki hidupnya.

Faktor psikis
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas.

Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari. Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak.

Pada sindroma makan di malam hari, konsekuensinya adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan dan insomnia pada malam hari. 

Masyarakat dan budaya[sunting | sunting sumber]

Dampak ekonomi[sunting | sunting sumber]

Selain mempunyai dampak terhadap kesehatan, kegemukan menimbulkan berbagai masalah, termasuk kurangnya peluang dalam mendapatkan pekerjaan[169][170] dan peningkatan biaya usaha. Efek ini dirasakan pada semua tingkat masyarakat mulai dari individu, hingga perusahaan, dan pemerintah.
Pada 2005, biaya medis yang berhubungan dengan kegemukan di AS diperkirakan mencapai 190,2 milyar dolar atau 20,6% dari keseluruhan biaya kesehatan,[171] [172][173]sementara biaya kegemukan di Kanada diperkirakan 2 milyar dolar Kanada pada 1997 (2,4% dari keseluruhan biaya kesehatan).[65] Biaya langsung tahunan total dari kelebihan berat badan dan kegemukan di Australia pada 2005 adalah 21 milyar dolar Australia. Penduduk Australia yang mengalami kelebihan berat badan dan kegemukan juga menerima subsidi pemerintah sebesar 35,6 milyar dolar Australia.[174] Perkiraan biaya tahunan untuk produk-produk diet adalah sebesar 40 milyar hingga 100 milyar dolar di AS sendiri.[175]
Program-program pencegahan kegemukan sudah diadakan untuk menurunkan biaya pengobatan penyakit yang terkait dengan kegemukan. Tetapi, semakin lama orang hidup, semakin banyak biaya medis yang dikeluarkannya. Oleh karena itu, para ahli riset menyimpulkan bahwa menurunkan kegemukan bisa meningkatkan kesehatan masyarakat, namun tampaknya tidak akan menurunkan pengeluaran untuk kesehatan secara keseluruhan.[176]
Suatu kursi ekstra lebar di samping beberapa kursi berukuran normal.
Layanan harus mengakomodasi orang yang kegemukan dengan peralatan khusus seperti kursi yang jauh lebih lebar.[177]
Kegemukan bisa menyebabkan stigma sosial dan kurangnya peluang dalam memperoleh pekerjaan.[169] Bila dibandingkan dengan rekan yang mempunyai berat badan normal, rata-rata pekerja yang kegemukan memiliki angka tidak masuk kerja yang lebih tinggi dan mengambil cuti yang lebih banyak karena ketidakmampuan kerja, sehingga menaikkan biaya bagi orang yang mempekerjakan mereka dan menurunkan produktivitas.[178] Suatu riset yang meneliti para karyawan dari Universitas Duke menemukan bahwa orang dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 40 mengajukan klaim dua kali lebih banyak kompensasi pekerja dibandingkan mereka yang IMT-nya 18,5–24,9. Mereka juga memiliki hari tidak bekerja 12  kali lebih banyak. Cidera yang paling sering ditemukan di kelompok ini adalah karena jatuh dan mengangkat beban, yang mempengaruhi bagian tubuh bawah, pergelangan tangan atau tangan dan punggung.[179]Dewan Asuransi Karyawan di negara bagian Alabama menyetujui rencana kontroversial untuk mengenakan biaya sebesar 25 dolar per bulan kepada pekerja yang kegemukan bila mereka tidak berusaha untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan mereka. Peraturan ini mulai diterapkan pada Januari 2010 dan diberlakukan bagi mereka yang IMT-nya lebih dari 35 kg/m2 yang gagal meningkatkan kesehatan mereka setelah satu tahun.[180]
Beberapa riset menunjukkan bahwa orang yang kegemukan kurang berpeluang untuk mendapatkan pekerjaan dan dipromosikan.[165]Orang-orang yang kegemukan juga mendapatkan gaji yang lebih rendah dibandingkan rekan mereka yang tidak gemuk untuk pekerjaan yang sama. Wanita yang kegemukan rata-rata berpenghasilan 6% lebih sedikit dan pria yang kegemukan berpenghasilan 3% lebih sedikit.[181]
Industri tertentu, seperti penerbangan, pelayanan kesehatan, dan industri makanan, mempunyai masalah tersendiri. Dengan meningkatnya angka kegemukan, penerbangan mengeluarkan biaya bahan bakar yang lebih tinggi dan keharusan untuk memperlebar tempat duduk.[182] Pada tahun 2000, berat badan ekstra dari para penumpang yang kegemukan membuat penerbangan mengeluarkan biaya 275 juta dolar AS.[183] Industri pelayanan kesehatan harus berinvestasi dalam fasilitas khusus untuk pasien yang kegemukan berat, termasuk peralatan pengangkat khusus dan ambulans bariatriks.[184] Biaya restoran ditingkatkan karena adanya tuntutan hukum yang menuduh mereka sebagai penyebab kegemukan.[185] Pada 2005, Kongres AS mendiskusikan undang-undang untuk mencegah tuntutan hukum perdata terhadap industri makanan dalam kaitannya dengan kegemukan; namun gagal untuk menjadi ketetapan hukum.[185]

Penerimaan ukuran tubuh[sunting | sunting sumber]

Presiden Amerika SerikatWilliam Howard Taft sering diolok-olok karena kelebihan berat badan
Tujuan utama dari gerakan penerimaan orang gemuk adalah untuk menurunkan diskriminasi terhadap orang dengan kelebihan berat badan dan kegemukan.[186][187] Namun, beberapa pihak dalam gerakan itu juga berusaha untuk menantang pendapat tentang adanya hubungan antara kegemukan dan dampak negatif terhadap kesehatan.[188]
Sejumlah organisasi menyetujui penerimaan terhadap kegemukan. Mereka semakin menonjol pada paruh kedua abad ke-20.[189] National Association to Advance Fat Acceptance (NAAFA) yang berbasis di AS dibentuk pada 1969 dan mendeskipsikan dirinya sebagai organisasi hak sipil yang didedikasikan untuk mengakhiri diskriminasi ukuran tubuh.[190] Namun, aktivisme kegemukan tetap menjadi gerakan yang bersifat marginal.[191]
International Size Acceptance Association (ISAA) adalah suatu lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang didirikan pada 1997. Orientasinya lebih global dan misinya dideskripsikan sebagai mempromosikan penerimaan ukuran tubuh dan membantu mengakhiri diskriminasi berat badan.[192]Kelompok ini sering berdebat untuk mendapatkan pengakuan kegemukan sebagai suatu cacat di bawah UU Orang Amerika yang Menyandang Cacat (ADA). Namun, sistem hukum Amerika telah memutuskan bahwa potensi biaya kesehatan masyarakat akan tetap melebihi keuntungan yang akan diperoleh dengan memperluas hukum anti-diskriminasi yang mencakup kegemukan.[188]

Kegemukan pada anak[sunting | sunting sumber]

Kisaran IMT sehat berbeda-beda bergantung pada usia dan jenis kelamin anak. Kegemukan pada anak dan remaja didefinisikan sebagai IMT lebih dari persentil ke-95 .[15] Data referensi yang menjadi dasar persentil ini adalah data dari 1963 hingga 1994, dan dengan demikian belum dipengaruhi oleh peningkatan angka kegemukan akhir-akhir ini.[16] Kegemukan anak telah mencapai proporsi epidemik dalam abad ke-21 , dengan peningkatan baik di dunia maju maupun berkembang. Angka kegemukan di kalangan anak laki-laki Kanada telah naik dari 11% pada tahun 1980-an menjadi lebih dari 30% pada tahun 1990-an, sementara selama periode yang sama angka kegemukan di kalangan anak Brazil meningkat dari 4 hingga 14%.[193]
Seperti halnya kegemukan pada dewasa, berbagai faktor ikut berperan dalam meningkatkan angka kegemukan anak. Perubahan diet dan penurunan aktivitas fisik diyakini sebagai dua faktor yang terpenting dalam menyebabkan peningkatan angka kegemukan akhir-akhir ini.[194] Karena kegemukan anak sering berlanjut hingga dewasa dan berhubungan dengan berbagai penyakit kronik, anak yang kegemukan sering diperiksa untuk hipertensidiabeteshiperlipidemia, dan perlemakan hati.[65] Tata laksana yang diterapkan pada anak terutama adalah intervensi gaya hidup dan teknik perilaku, meskipun upaya untuk meningkatkan aktivitas fisik pada anak-anak jarang berhasil.[195] Di Amerika Serikat, penggunaan obat-obatan untuk kelompok umur ini tidak disetujui oleh FDA.[193]

Pada hewan[sunting | sunting sumber]

Kegemukan pada hewan peliharaan sering ditemukan di berbagai negara. Angka berat badan lebih dan kegemukan anjing di Amerika Serikat berkisar antara 23% dan 41% dengan sekitar 5,1% anjing mengalami kegemukan.[196]Angka kegemukan pada kucing sedikit lebih tinggi, yaitu 6,4%.[196] Di Australia, angka kegemukan anjing pada data dokter hewan adalah 7,6%.[197] Risiko kegemukan pada anjing dikaitkan dengan apakah pemiliknya mengalami kegemukan atau tidak; namun, tidak ada korelasi yang serupa antara kucing dan pemiliknya.[198]

Epidemiologi[sunting | sunting sumber]

World obesity prevalence among males (left) and females (right).[152]      ██ <5% ██ 5–10% ██ 10–15%    ██ 15–20% ██ 20–25% ██ 25–30%    ██ 30–35% ██ 35–40% ██ 40–45%    ██ 45–50% ██ 50–55% ██ >55%  World obesity prevalence among males (left) and females (right).[152]      ██ <5% ██ 5–10% ██ 10–15%    ██ 15–20% ██ 20–25% ██ 25–30%    ██ 30–35% ██ 35–40% ██ 40–45%    ██ 45–50% ██ 50–55% ██ >55%
World obesity prevalence among males (left) and females (right).[152]
██ <5%██ 5–10%██ 10–15%
██ 15–20%██ 20–25%██ 25–30%
██ 30–35%██ 35–40%██ 40–45%
██ 45–50%██ 50–55%██ >55%
Sebelum abad ke-20 , kegemukan jarang ditemui;[153] tetapi pada 1997 WHO secara resmi menyatakan kegemukan sebagai epidemik global.[78] Hingga 2005, WHO memperkirakan sedikitnya 400 juta orang dewasa (9,8%) mengalami kegemukan, dengan lebih banyak wanita dibandingkan pria.[154] Angka kegemukan juga naik dengan bertambahnya usia setidaknya hingga usia 50 sampai 60  tahun[155] dan kegemukan berat di Amerika Serikat, Australia, dan Kanada meningkat lebih cepat dibandingkan angka kegemukan secara keseluruhan.[17][156][157]
Dahulu, kegemukan dianggap sebagai masalah negara-negara berpenghasilan tinggi, namun saat ini angka kegemukan meningkat di seluruh dunia dan mempengaruhi baik dunia maju maupun dunia berkembang.[28] Peningkatan ini dirasakan paling dramatis di daerah perkotaan.[154] Satu-satunya bagian dunia dimana kegemukan jarang ditemukan adalah di Afrika sub-sahara.[2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Obesitas berasal dari bahasa Latin, yang berarti "gemuk, gendut, atau montok." Ä’sus adalah past participle dari edere (makan), dengan ob (berlebihan) ditambahkan padanya.[158]Kamus Oxford English mendokumentasikan penggunaannya pertama kali pada 1611 oleh Randle Cotgrave.[159]

Tren Sejarah[sunting | sunting sumber]

Seorang pria yang sangat gemuk dengan dagu ganda yang jelas dan kumis, berbusana hitam dengan pedang pada sisi kirinya.
Selama Abad Pertengahandan jamanRenaissancekegemukan sering dipandang sebagai simbol kemakmuran, dan cukup sering ditemukan di kalangan elite: Jendral TuscanAlessandro del Borro, julukan Charles Mellin, 1645[160]
Suatu figur miniatur pahatan batu menggambarkan seorang wanita dengan obesitas.
Venus of Willendorf dibuat 24,000–22,000 sebelum Masehi
Orang Yunani adalah yang pertama kali menyadari bahwa kegemukan adalah gangguan medis.[153] Hippocrates menulis bahwa "Kegemukan sendiri bukanlah penyakit, tetapi pertanda dari penyakit yang lain".[2] Ahli bedah India Sushruta (Abad ke-6 sebelum Masehi) menghubungkan kegemukan dengan diabetes dan penyakit jantung.[161] Dia menyarankan aktivitas fisik untuk membantu menyembuhkan kegemukan dan efek-efek sampingnya.[161]Hampir di sepanjang sejarah, manusia berjuang untuk menghadapi kelangkaan pangan.[162] Oleh karena itu, kegemukan dipandang sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan. Kegemukan biasa ditemukan di kalangan pejabat tinggi di Eropa pada Abad Pertengahan dan jaman Renaissance[160] dan juga di peradaban Asia Timur Kuno.[163]
Dengan munculnya revolusi industri disadari bahwa kekuatan militer dan ekonomi bangsa-bangsa bergantung pada ukuran tubuh dan kekuatan serdadu dan pekerjanya. [78] Peningkatan indeks massa tubuh dari apa yang sekarang dianggap kekurangan berat badan menjadi apa yang sekarang dianggap normal mempunyai peran penting dalam perkembangan masyarakat industri.[78] Oleh karena itu, baik tinggi badan maupun berat badan mengalami peningkatan di sepanjang abad ke-19  di dunia maju. Selama abad ke-20, saat penduduk telah mencapai potensi genetik mereka untuk tinggi badan, berat badan meningkat jauh lebih pesat dibandingkan tinggi badan sehingga menyebabkan kegemukan.[78] Pada 1950-an peningkatan kemakmuran di dunia maju menurunkan angka kematian anak, tetapi dengan meningkatnya berat badan, penyakit jantung dan ginjal menjadi lebih sering ditemukan.[78][164] Selama masa ini, perusahaan asuransi menyadari adanya hubungan antara berat badan dan harapan hidup dan meningkatkan premi bagi orang-orang yang mengalami kegemukan.[2]
Banyak budaya di sepanjang sejarah memandang kegemukan sebagai hasil dari kelemahan karakter. Obesus atau karakter yang gemuk dalamkomedi Yunani adalah seorang yang rakus dan menjadi bahan olokan. Selama masa Kristen makanan dipandang sebagai pembawa dosakemalasan dan nafsu.[11] Dalam budaya Barat modern, kelebihan berat badan seringkali dianggap tidak menarik, dan kegemukan biasanya dihubungkan dengan stereotip negatif. Orang-orang dari berbagai usia bisa menghadapi stigma sosial, dan mungkin dijadikan sasaran oleh para penggertak atau dikucilkan oleh teman-temannya. Kegemukan sekali lagi menjadi alasan untuk diskriminasi.[165]
Persepsi umum di masyarakat Barat mengenai berat badan yang sehat berbeda dengan persepsi berat badan yang dianggap ideal  – dan keduanya sudah berubah sejak awal abad ke-20. Berat badan yang dianggap ideal sudah menjadi lebih rendah sejak tahun 1920-an. Hal ini diilustrasikan dengan fakta rerata tinggi badan pemenang ratu kecantikan Miss America meningkat sebesar 2% dari 1922 hingga 1999, sementara rerata berat badan turun sebesar 12%.[166] Di lain pihak, pandangan orang mengenai berat badan sehat telah berubah 180 derajat. Di Inggris berat badan dimana orang menganggap diri mereka kelebihan berat badan jauh lebih tinggi pada 2007 dibandingkan pada 1999.[167]Perubahan ini diyakini karena peningkatan angka kegemukan yang menyebabkan lemak tubuh ekstra bisa lebih diterima sebagai normal.[167]
Kegemukan masih dipandang sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan di berbagai daerah di Afrika. Hal ini telah menjadi biasa terutama sejak epidemik HIV mulai merebak.[2]

Seni[sunting | sunting sumber]

Patung pertama yang menggambarkan tubuh manusia pada 20.000–35.000 tahun yang lalu menggunakan wanita yang gemuk. Beberapa mengatakan patung-patung Venus menggambarkan kecenderungan untuk menekankan kesuburan, sementara yang lain merasa patung-patung itu menggambarkan “kegemukan” orang-orang pada jaman itu.[11] Namun, kegemukan tidak ditemukan di benda seni Yunani dan Romawi, dan hal ini mungkin untuk menjaga kekonsistenan dengan prinsip ideal mereka yang bersifat moderat. Hal ini berlanjut di sebagian besar sejarah Eropa Kristen, dengan hanya mereka yang berstatus sosial-ekonomi rendah yang digambarkan gemuk.[11]
Selama jaman Renaissance beberapa orang dari kalangan kelas tinggi mulai memamerkan ukuran mereka yang besar, seperti yang bisa dilihat dalam potret Henry VIII dan Alessandro del Borro.[11]Rubens (1577–1640) menggambarkan wanita dengan tubuh montok dalam lukisan-lukisannya, dan dari sanalah istilah Rubenesque berasal. Namun, wanita-wanita ini masih mempertahankan bentuk "jam pasir" mereka dalam kaitannya dengan kesuburan.[168] Selama abad ke-19 , pandangan mengenai kegemukan berubah di dunia Barat. Setelah berabad-abad kegemukan diidentikkan dengan kemakmuran dan status sosial, kelangsingan mulai dipandang sebagai standar yang didambakan.[11]

Patofisiologi[sunting | sunting sumber]

Dua ekor tikus putih dengan ukuran telinga yang serupa, mata yang hitam, dan hidung berwarna merah muda. Meskipun demikian, ukuran tubuh tikus yang di sebelah kiri lebih kurang tiga kali lebih lebar dibandingkan tikus berukuran normal di sebelah kanan.
Suatu perbandingan tikus yang tak mampu memproduksi leptin sehingga mengakibatkan terjadinya kegemukan (kiri) dan tikus yang normal (kanan)
Flier merangkum beberapa kemungkinan mekanisme patofisiologis yang terlibat dalam terjadinya dan bertahannya kegemukan.[127]Penelitian di bidang ini hampir tidak pernah dilakukan sampai ditemukannya leptin pada 1994. Sejak penemuan ini, banyak mekanisme hormonal lain telah dijelaskan, yang berperan dalam regulasi nafsu makan serta asupan makanan, pola penyimpanan jaringan adiposa, dan terjadinya resistensi insulin. Sejak ditemukannya leptin, telah dilakukan penelitian tentang grelininsulinoreksinPYY 3-36,kolesistokinin,adiponektin, dan juga mediator lainmya. Adipokin adalah mediator yang dihasilkan oleh jaringan adiposa; diduga, mereka terlibat dalam berbagai penyakit yang terkait dengan kegemukan.
Leptin dan grelin dianggap saling melengkapi dalam memengaruhi nafsu makan, dengan grelin dihasilkan oleh lambung untuk mengontrol nafsu makan jangka pendek (yaitu makan ketika lambung kosong dan berhenti ketika lambung penuh) Leptin dihasilkan oleh jaringan adiposa untuk memberi sinyal penyimpanan lemak dalam tubuh, dan menjadi perantara kontrol nafsu makan jangka panjang (yaitu, makan lebih banyak ketika cadangan lemak sedikit dan makan lebih sedikit ketika cadangan lemak banyak). Meskipun pemberian leptin mungkin efektif untuk sebagian kecil orang gemuk yang kekurangan leptin, sebagian besar orang gemuk dipikirkan resisten terhadap leptin dan bahkan terbukti mempunyai kadar leptin yang tinggi.[128] Resistensi ini dapat sebagian menjelaskan mengapa pemberian leptin tidak terbukti efektif dalam menekan nafsu makan orang gemuk pada umumnya.[127]
Model tiga dimensi dengan dua pasang kolom ikal yang saling menempel pada ujung-ujungnya dengan segmen yang lebih linier.
Gambar molekul leptin
Walaupun leptin dan grelin diproduksi di perifer, mereka mengendalikan nafsu makan dengan bekerja pada sistem saraf pusat. Leptin dan grelin, beserta dengan hormon lain yang berhubungan dengan nafsu makan khususnya bekerja di hipotalamus, daerah di otak yang merupakan pusat pengaturan asupan makanan dan pengeluaran energi. Terdapat beberapa sirkuit di dalam hipotalamus yang berperan dalam mengatur nafsu makan, jalur melanokortin merupakan yang paling dipahami. [127] Sirkuit ini dimulai dengan pada suatu area di hipotalamus, nukleus arkuata, yang keluar di hipotalamus lateral (LH) dan hipotalamus ventromedial (VMH), yang masing-masing merupakan pusat lapar dan pusat kenyang di otak.[129]
Nukleus arkuata mempunyai dua kelompok neuron yang berbeda.[127] Kelompok pertama mengekspresikan neuropeptida Y (NPY) danagouti-related peptide (AgRP) yang memberikan input stimulasi ke LH dan input inhibisi ke VMH. Kelompok kedua mengekspresikanpro-opiomelanokortin (POMC) dan cocaine- and amphetamine-regulated transcript (CART) dan memberikan input stimulasi ke VMH dan input inhibisi ke LH. Akibatnya, neuron NPY/AgRP merangsang makan dan menghambat rasa kenyang, sementara neuron POMC/CART menimbulkan rasa kenyang dan menghambat makan. Kedua kelompok neuron nukleus arkuata ini sebagian diregulasi oleh leptin. Leptin menghambat kelompok NPY/AgRP dan merangsang kelompok POMC/CART. Oleh karena itu, apabila terdapat kekurangan sinyal leptin, baik karena kekurangan leptin atau resistensi leptin, akan terjadi makan yang berlebihan, yang berkontribusi atas beberapa bentuk kegemukan genetik dan didapat.[127]

Kesehatan masyarakat[sunting | sunting sumber]

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa kelebihan berat badan dan kegemukan dalam waktu dekat akan menggantikan masalah kesehatan masyarakat sepertikekurangan gizi dan penyakit menular sebagai penyebab utama kesehatan yang buruk.[130] Kegemukan menjadi masalah kesehatan masyarakat dan masalah kebijakan karena prevalensi, biaya, dan pengaruhnya terhadap kesehatan.[131] Kesehatan masyarakat berupaya memahami dan memperbaiki faktor lingkungan yang berperan dalam meningkatkan prevalensi kegemukan di masyarakat. Upaya yang dilakukan mencakup penyediaan makanan di sekolah yang dibiayai oleh pemerintah, membatasi pemasaran junk food secara langsung kepada anak-anak,[132] dan mengurangi akses untuk mendapatkan minuman manis di sekolah.[133] Untuk lingkungan perkotaan, berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan akses ke taman-taman dan mengembangkan jalur untuk pejalan kaki.[134]
Banyak negara dan kelompok telah memublikasikan laporan mengenai kegemukan. Pada 1998 pemerintahan Federal AS memublikasikan panduan pertama berjudul "Panduan Klinis mengenai Identifikasi, Evaluasi, dan Tata Laksana Kelebihan Berat Badan dan Kegemukan pada Dewasa: Suatu Laporan Bukti".[135] Pada 2006 Jaringan Obesitas Kanadamemublikasikan "Panduan Praktek Klinis Kanada (CPG) dalam Tata Laksana dan Pencegahan Kegemukan pada Dewasa dan Anak-Anak". Ini adalah panduan berbasis bukti yang komprehensif untuk tata laksana dan pencegahan kelebihan berat badan dan kegemukan pada orang dewasa dan anak-anak.[136]
Pada 2004, Royal College of PhysiciansFakultas Kesehatan Masyarakat dan Royal College of Paediatrics and Child Health di Inggris menerbitkan laporan "Masalah Penimbunan", yang menyoroti meningkatnya masalah kegemukan di Inggris.[137] Pada tahun yang sama, Dewan Rakyat Komite Pemilih Kesehatan menerbitkan "penyelidikan paling komprehensif [...] yang pernah dilakukan" mengenai dampak kegemukan pada kesehatan dan masyarakat di Inggris dan tata laksana yang mungkin untuk masalah tersebut.[138] Pada 2006, National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) menerbitkan panduan mengenai diagnosis dan tata laksana, serta implikasi kebijakan untuk organisasi non-kesehatan seperti dewan lokal.[139] Laporan yang dibuat oleh Sir Derek Wanless pada 2007 untuk King's Fund memperingatkan bahwa apabila tidak dilakukan tindakan lebih lanjut, kegemukan mempunyai kemampuan untuk membuat Layanan Kesehatan Nasional mengalami masalah finansial.[140]
Pendekatan komprehensif telah dipikirkan untuk mengatasi meningkatnya angka kegemukan. Aksi Kebijakan Kegemukan (OPA) telah membagi kerangka kerja menjadi kebijakan 'hulu', kebijakan 'tengah', dan kebijakan 'hilir'. Kebijakan 'hulu' menangani tren perubahan dalam masyarakat, kebijakan 'tengah' mencoba mengubah perilaku individu untuk mencegah kegemukan, dan kebijakan 'hilir' mencoba untuk menangani orang-orang yang sudah terkena.[141]

Tata Laksana[sunting | sunting sumber]

Kemasan karton dua jenis obat yang digunakan untuk menangani kegemukan. Gambar di atas adalah Orlistat, dengan merek dagang Xenical dalam kemasan putih dengan logo Roche di sisi kanan bawah (nama Roche di dalam heksagon). Gambar di bawah adalah Sibutramin dengan merek dagang Meridia.  Pada kemasan terlihat bagian atas berwarna putih dan bagian bawah berwarna biru, yang dipisahkan oleh sebuah pita pengukur. A yang merupakan logo Abbott Laboratories berada di separuh bawah kemasan.
Orlistat (Xenical), obat yang paling umum digunakan untuk menangani kegemukan, dansibutramin(Meridia), obat yang baru saja ditarik karena mempunyai efek samping terhadap kardiovaskular
Tata laksana utama kegemukan terdiri dari diet dan latihan fisis.[65] Program diet dapat menghasilkan penurunan berat badan dalam jangka pendek,[142] tetapi mempertahankan penurunan berat badan ini seringkali merupakan hal yang sulit dan memerlukan latihan dan diet makanan berenergi rendah sebagai bagian dari gaya hidup yang bersifat permanen.[143][144] Keberhasilan untuk mempertahankan penurunan berat badan jangka panjang dengan perubahan gaya hidup masih rendah, yaitu berkisar antara 2–20%.[145] Diet dan perubahan gaya hidup efektif dalam membatasi pertambahan berat bedan berlebih selama kehamilan dan memperbaiki luaran ibu dan anak.[146]
Salah satu obat, orlistat (Xenical), kini tersedia secara luas dan disetujui untuk penggunaan jangka panjang. Namun, penurunan berat badan yang dicapai tidak terlalu banyak, dengan rata-rata 2,9 kg (6,4 pon) dalam 1 hingga 4 tahun dan tidak terdapat informasi mengenai pengaruh obat ini dalam menurunkan komplikasi jangka panjang dari kegemukan.[147] Penggunaannya berhubungan dengan tingginya efek samping gastrointestinal[147] dan mungkin terdapat efek samping terhadap ginjal. [148] Tersedia pula dua obat lainnya. Lorcaserin(Belviq) menghasilkan rerata penurunan berat badan 3,1 kg (3% dari massa tubuh) lebih besar dibandingkan plasebo dalam jangka waktu satu tahun.[149] Kombinasi antara pentermin dan topiramat (Qsymia) juga cukup efektif.[150]
Tata laksana kegemukan yang paling efektif adalah pembedahan bariatrik. Pembedahan untuk kegemukan berat berhubungan dengan penurunan berat badan jangka panjang dan penurunan mortalitas secara keseluruhan. Suatu penelitian menemukan penurunan berat badan antara 14% sampai 25% (bergantung pada jenis prosedur yang dilakukan) dalam 10 tahun, dan penurunan 29% dalam penyebab mortalitas secara keseluruhan jika dibandingkan dengan ukuran standar penurunan berat badan.[151] Meskipun demikian, karena tingginya biaya dan risiko terjadinya komplikasi, para peneliti mencari tata laksana lain yang juga efektif, namun bersifat kurang invasif.