Jumat, 01 November 2013



Kisah ini bukan sekedar kisah 3 makhluk dengan spontanitas kehidupan mereka yang super freak. Tapi juga berhubungan erat dengan keadaan dan orang-orang di sekitar mereka. Mulai dari kejadian lucu dan aneh di sekolah, kerja kelompok, hang out, ngabuburit di bulan puasa, hampir tidak pernah terlwatkan.
Gue baru kepikiran buat nulis kisah menarik ini ke dalam sebuah cerpen/novel. Mungkin selama ini gue pikir hal itu cuma sekedar moment yang gak jelas dan gak penting buat diumbar ke siapapun. Tapi setelah itu gue sadar. Bahwa kisah ini absurd banget. Gak normal dan udah pasti gak jelas yang harus kalian ketahui. So jangan ditiru ya. Hehehehe. (ketawa biadab) :D
Cerpen Bercerita Dalam Cerita
Gue punya 2 makhluk sahabat yang udah nemenin gue setahun lebih. Gue harap persahabatan kami ini sampai kakek nenek. Makhluk pertama berwujud wanita yang imut dan unyu bernama “An-nisa Ziah Putri”. Makhluk yang satu ini jutek, serem, agak kepo, jarang senyum, terus kalau mau kentut, boker atau mau ngupil suka ngumbar ke orang yang ada di sebelahnya. Contohnya gini nih, “Din, gua pengen kentut.” “Din, gua pengen boker. Aduuh mules banget perut gua.” Sambil ngasih ekspresi muka yang senantiasa membuat perut orang yang melihat wajahnya mules juga. Tapi dia satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang gue percaya untuk jagain pintu WC kalau gue lagi BUANG AIR KECIL. Cuma gue suka kesel aja sama dia. Lo tau kenapa? Gue belom sempet duduk untuk membuang problema hidup gue, dia udah teriak gak jelas dari luar. “Diiinnn CEPETAN!!! LAMA BANGET SIH LO!!” Gue gak tau deh mesti getok kepalanya pake gayung atau nyiram dia pake air bak. Hal itu selalu aja diulang setiap kali gue minta dia untuk nemenin gue ke WC.
Lanjut ke makhluk yang satu lagi. Dia berwujud lelaki. Yang paling penting untuk diketahui bahwa dia adalah 4L4Yer tingkat dewa dan bernama Heriansyah. Gue sampai males berurusan sama dia kalau lewat sms. Mungkin dia ini ketua komunitas 4L4Yer di facebook. Dia SUPER KEPO, tulalit, lemah lembut, sotoy, kadang-kadang suka ngarang cerita yang gak jelas. Dia juga galak banget buat nyomblangin gue sama seseorang di kelas. Dan gue hampir terpaut. Tapi untungnya gua gak terlalu jauh masuk ke dalam dunia remaja yang gak jelas.
Waktu masa-masa di saat Heri berusaha nyomblangin gue sama orang itu, gue lagi ikut seminar ke luar kota. Di sana juga lagi ngebahas dunia remaja di Indonesia. Gue ketemu banyak sahabat muda dari berbagai daerah. Mereka mengeluarkan pendapat dan bertanya dengan versi masing-masing. Bergitu juga gue. Di situ gue menentang adanya hubungan garis bawah pacaran di saat masih duduk di bangku sekolah. Menurut gue ini sangat mengganggu konsentrasi belajar dan menambah beban pikiran yang sebenarnya gak penting untuk dipikirkan. Dalam peraturan agama “ISLAM” berpacaran itu diharamkan oleh Allah SWT. Dan yang parahnya lagi, orang yang pacaran itu jadi cuek sama keluarga mereka. Contohnya, lo pulang sekolah. Lo langsung nyari handhone, ngrimin sms buat nanyain pacar lo itu udah sampai rumah atau belum. Sedangkan ibu lo yang ada di dapur gak lo cium dulu tangannya pertanda lo udah pulang sekolah. Contoh lain. Dan contoh yang gue kasih ini nyata. Lo sama adek lo satu sekolahan. Dan cewek lo juga satu sekolahan sama lo. Pas pulang sekolah, yang pertama kali lo cari itu cewek lo. PACAR LO! Udah gitu yang duluan dianter pulang juga dia. Nah adek lo selalu dinomer duain. Mereka yang berpacaran itu buta.
Gue hampir terjerat juga tuh. Gue jujur pernah kagum sama orang itu. Perlu diperjelas? KAGUM. Hanya sekedar kagum. Soalnya dia kalem, dan smart. Itu aja sih. Tapi lama-kelamaan gue jadi parno dan gak enak hati juga. Gue parno pas gue ditatap sama orang itu dan gue gak enak hati karena dia udah ngasih beberapa cokelat ke gue.
Selama kita deket itu, gue cuma bisa berpura-pura. Gue curhat sama Heri juga penuh dengan kebohongan. Setelah satu bulan gue capek bohong terus. Gue masih pengen menikmati jomblo murni dan jernih gue ini. Udah 2 kali gue giniin anak orang. Gue juga dosa. Kata orang kasian dia jadi patah hati. Tapi gue sih gak kasian.
Selama satu bulan lebih itu udah kayak lagunya Vidi Aldiano – Status Palsu. Kasian juga sih gue sama tuh orang. “Rasa cintaku padamu hanya di bibir saja, tak sedikitpun hati bicara, semoga selama ini kau tak tahu bahwa sesunggunya aku tak mencinta. Terpaksa aku, mencintai dirimu hanya untuk status palsu, setengah hati ku jalani cinta karena aku tak suka denganmu.” Parah banget gue. Udah 2 kali gue giniin anak orang. YA ALLAH, maafkan hambaMu ini. Gak sengaja.
Gue berharap sih gak bakal terjadi lagi yang begini. Gue juga sempet terombang-ambing. Gue pernah nanya juga ke narasumber pas gue lagi seminar,
“Pak, saya udah punya komitmen bahwa saya gak akan pacaran sebelum saya berusia 17 tahun. Tapi apakah itu akan mengganggu proses tumbuhnya saya saat menjadi dewasa? Seperti yang bapak bilang tadi, orang yang berpacaran di usianya yang ke 13 tahun itu normal. kalau gitu Bapak secara tidak langsung memfonis saya tidak normal. Karena saya belum pernah pacaran.” Jawaban bapak itu gini.
“Kalau saya mengatakan ya tidak normal. Karena seharusnya kamu sudah punya pacar. Tapi ya pacaran yang bagaimana juga. Harus pacaran yang se Hat. Agar terhindar dari free s*x, HIV/Aids. Tapi itu tergantung bagaimana kalian menyikapi ini.”
Gue sampai mikir berkali-kali. Apa gue terima aja ya dia jadi pacar gue. Ah tapi kalau gue terima, gue juga gak punya perasaan apa-apa. Anyep banget.
Dan pada akhirnya gue memutuskan untuk menerima dia. Tapi di note gue belom tertulis bahwa dia adalah pacar pertama gue. Sekali lagi saya TIDAK MENANGGAP bahwa ini pacaran titik. Gue nerima dia hanya berdasarkan rasa kemanusiaan. Biarlah dia merasa bahagia. Walaupun gue enggak. Gue menghargai dia.
Dan kembali lagi ke moment 2 tahun yang lalu. Gue pernah menyimpulkan bahwa apa yang gue lakuin ini salah besar! Gue nyakitin perasaan orang lebih dahsyat lagi kalau gue pake cara ini. Dan gue bingung kenapa gue ulang lagi.
Maka dari itu, cukup 2 kali aja. Enggak lagi gue dosa gara-gara beginian doang. Lebih baik gue nyari kisah indah bersama sahabat aja. Karena itu lebih menyenangkan dari apapun. Dan gue gak mau mikirin hal itu sampai gue lulus nanti.
Yang gue pikirin setelah gue lulus, apakah Nisa dan Heri masih menjadi K-POP Lovers?. Entahlah saudara-saudara.
Hidup gue pasti bakal lebih suram dari ini. Yang wanita suka boyband, yang lelaki suka girlband. Nisa suka Suju, Heri suka SNSD. WHAT THE HELL?. Parah banget tau gak. Gue gak ngerti apa yang ada di pikiran mereka. Gue sadar sih otak gue somplak, tapi gak sesomplak mereka yang suka Korean Song and Drama and Film and Style and Food and hal-hal rempong laennya.
Kalau soal musik gue sama mereka memang bertentangan banget, begitu juga mereka. kalau lagi boring, kita main siapa yang lebih cepet nyetel lagu yang disuka. Dan gue selalu kalah. kalau salah satu di antara mereka udah nyalain Korean Song, udah deh. Anteng. Nah gua dikemanain mamah? Gua dicuekin aje. Parah banget emang. Terpaksa gue dengerin lagu Linkin Park pake earphone aja.
Tanpa kami sadari ternyata orang-orang di luar sana banyak heran plus iri. Dan udah jadi kebiasaan juga. kalau Nisa sama Heri jalan berdua pasti yang ketemu mereka berdua nanya, “Eh, Dindanya mana?”. Begitu juga kalau gue cuma jalan sendiri. “Eh, yang dua lagi mana?”
Seakan-akan kami itu udah sepaket. Yaaa, orang-orang juga banyak ngasih julukan 3 Serangkai.
Persahabatan antara kami bertiga itu juga gak jelas banget. Gue sama Nisa tadinya satu SMP. Dan pas kelas 9 kami juga sekelas. Herannya gue sama Nisa biasa aja. Dan jarang ngomong juga. Paling kalau ngobrol cuma masalah sepak bola. Gak lebih.
Tadinya gue nilai, Nisa itu orangnya cuek, gak banyak omong, jutek. Dan karena gue gak mau dikatain kepo serta sotoy, gue gak mau bawelin Nisa. Gue lebih banyak main sama temen-temen yang udah gue kenal deket aja.
Awal kenal gue sama Heri juga gak jelas, selain itu juga aneh. Awalnya gue pernah ngatain Heri itu makhluk alien dari Planet Uranus. Tapi itu cuma dari dalem hati aja. Dan kelamaan terlontar juga ketelinga Nisa. dan Nisa terbahak melihat tingkah Heri pada saat itu. Nisa setuju kalau Heri itu adalah alien.
Hinaan itu hanya beberapa minggu aja. Setelah itu, tanpa sepengatahuan gue, Nisa yang jadi temen sebangku gue semenjak awal masuk sekolah gak pernah cerita kalau dia suka cerita bareng sama Heri. Gue gak tau persis pada saat itu apa yang jadi bahan pembicaraan mereka. Setelah beberapa hari baru gue menyadari. Ternyata selama ini yang menjadi topik wacana mereka adalah Korean Song.
Gue memergoki mereka berdua sambil menatap Nisa dengan penuh rasa kecewa. Namun, mulai dari situ kami mulai sharing satu sama lain. Gue juga lupa cerita apa aja. Yang jelas waktu itu sempat debat.
Di kelas itu ada penggemar Linkin Park juga. Dia bernama Dwi Nur Kholis. Orang ini satu-satunya yang menjadi sorotan pertama saat gue masuk ke kelas baru. Karena dia memutar lagu Linkin Park yang berjudul “Tak Gendong”. Eh salah deng. “Burning in The Sky”.
Gue sempet kaget. Ternyata keluarga Multimedia kebanyakan penggemar Linkin Park. Dari kelas X sampai kelas XII. Beh, gue terkagum-kagum deh. Tapi yang bener-bener banyak itu hanya di kelas X dan kelas XII aja. Gue juga baru sadar, cuma gue satu-satunya cewek yang menjadi Fans berat Linkin Park di jurusan Multimedia pada saat itu.
Perdebatan antara Nisa Heri versus Dinda Kholis berlangsung ricuh. Karena tim Korea kompak dan memiliki amunisi cadangan. Sedangkan tim Linkin Park Underground hanya berkoak tanpa tujuan yang jelas.
Mungkin yang ada dalam pikiran Kholis adalah, gue sok akrab. Sok kenal. Sok asik. Gue yakin itu. Dan itu terlihat dari wajahnya.
Gue jujur pertama kali masuk ke kelas X Multimedia, dan seketika ada yang memutar salah satu lagu Linkin Park, gue berusaha kepo untuk mencari tahu siapa orang itu. Dan dia adalah Dwi Nur Kholis.
Gue ngoceh gak jelas, minta video plus lagu yang belum gue punya. Dia perlahan juga minta koleksi gambar Linkin Park yang gue punya. Semenjak itu kami mulai akrab. Dan memanggil Linkin Park Underground satu sama lain.
Kecintaan gue terhadap Linkin Park gak melebihi cinta gue sama Nabi kok. Nabi tetep jadi tauladan bagi gue. Lantunan ayat suci Al-Qur’an juga gak kalah keren kok dari lagu Linkin Park. Pas lagi gundah yang pertama kali gue lakuin adalah, membaca Al-Qur’an. Setelah itu baru lagu Linkin Park yang gue hidangkan untuk telinga gue sendiri.
Gue seneng juga bisa akrab sama kakak kelas gue sendiri. Dulunya sih, gue pikir kakak kelasnya pada cuek bebek, galak, sotoy, dan super kejam. Tapi ternyata engga kok. Gue dan mereka akrab, bersahabat banget deh. Cuma memang harus ada batasannya juga. Gak boleh kelewatan becandanya. Bagaimanapun juga kedekatan di antara kami, gue tetep bisa jaga batasan. Karena mereka tetep kakak kelas, harus dihormati, dihargai, dan disegani. Ga boleh asal cenga-ngas cenge-ngesan gak jelas.
Ada salah satu di antara penghuni XII Multimedia yang sangat amat berkesan bagi gue. Dan dia jadi sorotan pertama setiap kali gue masuk sekolah. Gue seneng banget bisa kenal sama dia. Selain FANS LINKIN PARK, dia juga asik. Orangnya sedenk juga. Koplak abis deh. Gue klop banget kalau ngobrol sama dia. Makhluk itu bernama Akbar. Aliran music yang dianut HARD ROCK. Dan itu pas juga sama gue. Dia juga suka anime. Kayaknya dia tergila-gila sama Death Note.
Tapi entah kenapa, gue digosipin naksir sama ntuh abang abang. Gak asik banget. Gue kan kalau kagum sama orang lebay. Jadi wajar aja dong. Gue sempet kesel sih digosipin begitu. Tapi ya sudahlah. Toh gue juga gak merasa bahwa gue naksir sama dia, buat apa ditanggepin. Ya kan?
Yang gak akan pernah gue lupain adalah, ketika bang Akbar ngasih gue Komik One Piece dan Naruto. ONE PIECE bro!!! ONE PIECE!!! Luf Luf Luffy…
Itu bakal gue simpan dan gue jaga dengan rapi di rak buku kesayangan gue. Waktu itu dia ngasih gue dua komik dalam rangka keberhasilan gue meraih peringkat pertama di kelas. Gue berterima kasih sekali atas pemberiannya. Hehehhehehe (L,E LE B,A BA + Y = ALAY)
Kakak kelas di XII Multimedia yang bener-bener akrab sih kebanyakan dari kaum pria. Gue menilai mereka positif. Mereka baik, ramah, asik, pokoknya ngangenin semua.
Bang Yovie, bang Daud, bang Erda, bang Dayu, bang Deden, bang Okta, bang Julie Perez.. *eh* maksudnya bang Juli dan bang Budi. Gue rasa cuma mereka yang akrab sama gue.
Untuk kakak cewek di XII Multimedia hanya beberapa yang akrab. Hhmmm, kak Novri, kak Eli. Gue rasa cuma dua aja deh. Soalnya yang cewek rada-rada gimana gitu.
Perlu gak sih gue ceritain juga jahatnya mulut kakak kelas di XII Multimedia? Kakak kelas udah pasti cewek lah ya. kalau Abang kelas itu cowok. Hohohoho.
Gue sempet kecewa sama kakak kelas. Karena gue, Nisa, dan Heri pernah dikatain Idiot. It’s fine kalau sikap kita nyata idiot. Tapi cara mereka memandang kita bertiga itu kayak sampah. Kejijik-an gak jelas. Emang kita salah apa coba? Ganggu enggak, ngeledek enggak. Emang sih ya kalau cewek labil itu omongannya suka ngaco dan gaje gitu.
Sikap mereka yang seperti itu menjadi suatu pelajaran buat diri gue. Sikap senior yang semena-mena dan selalu ingin dihormati plus dihargai itu membuat junior illfeel dan jijik. Setahun gue melihat begitu banyak senior yang sok gak jelas. Mereka gak tau bahwa sikap junior di belakang mereka seperti apa. Mereka gak tau kalau mereka hanya menjadi bahan olok-olok dan lelucon di kelas.
Maka dari itu gue ingin menjadi senior yang baik, ramah, tidak sombong, rendah hati, enjoy, dan tetap berwibawa. Gue mau junior itu akrab sama seniornya. Karena itu yang bakal jadi kenang-kenangan indah di masa SMK. Bukan tawuran antar kelas, olok-olokan antara senior dan junior. Banyak hal lain yang bisa dijadikan simbol kenangan. Yang pasti simbolnya harus positif. Satu hal lagi yang mesti gue ingetin buat para senior, senior yang pecicilan gak jelas sepertinya harus dikembalikan ke habitat mereka. Gue muak dengan tingkah laku yang seperti itu. Dan mereka juga harus tau bahwa mereka itu gak CANTIK di mata junior jika sikapnya terus menerus seperti itu.
Alhamdulillah gue udah jadi senior. Gue, Anisa, Heri udah jadi kakak kelas. Lo bisa nyari kita bertiga di “XI Multimedia”. (Aseekk. :D ). Pada saat Masa Orientasi Siswa atau MOS, gue juga kebagian jadi panitanya. Dari awal udah gue niatin, jika suatu hari nanti saya menjadi Panita MOS, saya akan menjadi kakak kelas yang tidak galak, ramah, sopan. Saya tidak ingin adik kelas saya memberikan kesan buruk kepada saya.
Syukurlah selama MOS itu berlangsung gue bisa enjoy dan bersahabat sama adik kelas gue. Bersikap baik dan ramah itu menyenangkan. Untuk apa coba adik kelas itu dihukum? Disuruh nembak cewek/cowok, disuruh nyanyi potong bebek angsa dengan mengganti semua huruf vokal jadi “O”. Itu sangat amat tidak mendidik. Bukankah itu sia-sia? Apa untungnya buat para senior dan junior? Ga ada kan?
So, lebih baik beri mereka materi atau ulasan mengenai pembelajaran yang kita kuasai. Contohnya seperti memberikan mereka gambaran, apa sih Multimedia itu? Ada apa aja di dalamnya? Apa keunggulannya?
Memberikan pengetahuan itu jauh lebih bermanfaat ketimbang ketawa-ketiwi gak jelas di dalam ruangan. Ada saatnya kita becanda, ada saatnya berbagi pengetahuan. Jadilah senior yang sebenar-benarnya senior. Memberikan yang terbaik kepada juniornya. Jika kita memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada junior kita, maka sudah layak anda dikatakan senior yang berkualitas.
Sudah saatnya menggerakkan perubahan. Yang pasti perubahan ke arah yang lebih baik. Inilah saatnya membenarkan yang selama ini mengganjal dan keluar dari pengertian atau definisi senior yang sesungguhnnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar