Sabtu, 02 November 2013

surat untuk mantanku

“Udahlah jangan deketin aku lagi, lepasin aku! Aku gak mau lihat muka kamu lagi ngerti! Pergi sekarang!” Naya masih terus berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Bintang. Namun, semakin dia berusaha, Bintang semakin mengencangkan pegangan tangannya.
“Nay, aku mohon dengerin aku dulu. Aku mau jelasin semuanya ke kamu, tolong Nay,” Bintang terus menahan Naya.
“Aku kan udah bilang kita udah putus! Aku sama kamu udah gak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi aku mohon banget sama kamu, jangan ganggu hidupku lagi. Lebih baik kamu sama Sisca aja. Makasih buat waktu yang selama ini kamu kasih ke aku,” Naya langsung berlari meninggalkan Bintang. Dia tak ingin membiarkan airmatanya jatuh di depan lelaki yang telah membuatnya terluka itu.
Yaa, Naya dan Bintang dulunya adalah sepasang kekasih yang terlihat sempurna. Hampir setiap hari, dimana pun Naya berada pasti Bintang tak lepas darinya, begitupun sebaliknya. Namun semuanya berubah setelah Bintang terpilih sebagai kapten basket menggantikan seniornya.
Seiring dengan semakin mendekatnya jadwal kompetisi, hari-hari Bintang semakin disibukan dengan latihan basket. Waktu bersama Naya pun sudah mulai berkurang, bahkan hampir tak pernah mereka terlihat bersama lagi. Justru Bintang mulai sering menampakan kebersamaan bersama salah satu anggota cheerleaders. Tak khayal, gosip mulai merebak ke penjuru SMA Mulya Utama.
“Nay, kamu gak putus kan sama Bintang?” tanya Renata setelah sebelumnya dia kembali melihat Bintang berdua dengan Arlin.
“Gak lah, ngaco aja kalo ngomong. Aku masih sama Bintang kok. Kenapa emang?” Naya balik nanya.
“Yaa, abisnya akhir-akhir ini kok anak-anak banyak yang lihat mereka berdua jalan bareng gitu,” Renata meminta persetujuan teman-temannya.
“Iya bener Nay, coba deh kamu tanyain Bintang,” Nesha menambahkan.
“Udah ah, kalian bisanya ngomporin doang. Aku mau nemuin Bintang aja, daaah,” Naya berjalan ke luar kelas menuju ruang basket.
Ketika Naya membuka pintu, dia begitu kaget melihat keadaan di dalamnya. Di depan matanya dia melihat orang yang sangat dia cintai tengah memeluk Arlin, wanita yang selama ini digosipkan dekat dengan kekasihnya itu. Spontan dia langsung menampar Bintang dan meninggalkannya pergi.
Hingga tiga bulan setelah kejadian itu Naya baru bisa menyembuhkan lukanya. Tak pernah ada penjelasan sedikitpun dari Bintang tentang kejadian yang telah berlalu itu. Selama itu pula Naya menahan sakit karena harus melihat Bintang dan Arlin di sekolah.
Sampai pada suatu hari barulah Bintang ingin menjelaskan semua. Namun, bagi Naya itu sudah tak lagi penting. Dia sudah melupakan semua kejadian yang menggores lukanya itu.
Semakin dia menjauh dari Bintang, justru Bintang semakin mendekatinya. Setiap hari Naya merasa risih akibat perlakuan Bintang.
“Nay, aku mohon maafin aku. Aku mau perbaikin semuanya, tolong Nay,” Bintang lagi-lagi memohon untuk kesekian kalinya. Naya tetap tidak menggubrisnya.
“Harus aku bilang berapa kali sih aku udah gak mau lihat muka kamu lagi! Jangan ganggu aku lagi deh! Urusin aja tuh pacar baru kamu!” Naya bangkit dari duduknya, hendak meninggalkan Bintang.
“Tunggu Nay, aku bener-bener nyesel udah nyakitin kamu,” Bintang mencoba menahan Naya. Namun hal tersebut tidak digubrisnya. Wanita yang telah mengisi hidupnya selama 3 tahun ini meninggalkannya pergi.
“Apa yang terjadi lagi sih Nay?” Tanya Nesha, sahabat Naya.
“Aku juga gak tahu Sha. Tiba-tiba aja dia dateng lagi ke hidupku. Aku udah coba buat ngejauh dari dia dan aku udah bisa ngelupain dia malah dia seenaknya aja dateng lagi ke hidup aku. Sakit banget aku Sha. Seenaknya banget dia datengin aku. Emangnya hubungan dia sama si mak lampir itu gimana lagi sih? “ Ucap Naya sambil perlahan meneteskan airmata.
“Nay, gak usah deh kamu mikirin Bintang lagi. Dia tuh selalu dateng kalo cuman butuh aja sama kamu. Yang aku denger sekarang dia udah putus sama Arlin. Makanya aku pikir pasti dia balik ke kamu lagi cuman buat pelarian,” Nesha mencoba menerangkan.
Bintang masih belum menyerah dengan usahanya untuk kembali bersama Naya lagi. Dipacunya sepeda motor miliknya dengan kecepatan tinggi. Tujuannya cuman satu, dia ingin menemui Naya. Dia sudah menyiapkan segala persiapan untuk meminta Naya kembali.
Namun beberapa meter sebelum memasuki kompleks perumahan Naya, terlihat cahaya terang di depan Bintang. Dia tak sempat menghindar, akhirnya kecelakaan pun tak terelakan. Selang beberapa lama, jalanan tersebut telah berganti dengan kerumunan. Naya yang lewat di depannya merasa penasaran. Dia bergegas turun dari mobilnya dan melihat apa yang terjadi. Betapa terkejutnya Naya ketika yang dia dapati justru orang yang dulu pernah mengisi hatinya. Dia langsung berlari menghampiri Bintang dan menangis.
“Bintang bangun Bintang,” isak Naya. Terlihat tangannya berlumuran darah akibat kecelakaan tersebut. Dia meminta orang di sekitarnya untuk membantu Naya membawa Bintang ke Rumah Sakit.
Bintang segera di bawa ke UGD untuk pertolongan lebih lanjut. Naya merasa sangat cemas dengan keadaan itu. Sebelumnya dia telah memberitahukan kejadian itu kepada orang tua Bintang dan Nesha.
“Sha, aku harus gimana Sha,” Naya menangis sesaat setelah Nesha datang.
“Doain aja Nay, biar Tuhan kasih yang terbaik buat Bintang, dia pasti kuat kok,” Nesha mencoba menenangkan.
“Tapi Nay.. Gara-gara aku dia jadi gini,”
“Belum tentu kok, udah tenang aja,”
Terlihat seorang pria menghampiri Naya. Ditangannya terlihat bungkusan dan sepucuk bunga.
“Maaf, ini tadi saya temukan sesaat setelah korban kecelakaan,” ucapnya sambil memberikan benda tersebut.
“Makasih pak,” ucap Naya. Setelah orang itu pergi, Naya membuka bungkusan itu dan didapatinya boneka, bunga dan....sepucuk surat. Naya buka surat itu, tangisnya tak terelakan.

Dear Naya,
Aku nggak tau dengan cara apa lagi kamu mau maafin aku. Inilah cara terakhirku untuk memintamu kembali. Aku terlalu lemah tanpa kamu Nay, aku sangat membutuhkanmu untuk melengkapi hidupku. Kuharap kamu mengerti, kuharap kamu mau pahami. Aku sadar, aku terlalu bodoh karena sia-siain kamu. Aku mau kamu kembali jadi pacarku lagi, kasih aku kesempatan lagi.
Dari yang mencintaimu, Bintang

Tak bisa Naya bayangkan, karena dirinyalah kecelakaan itu terjadi, karena dialah Bintang tak sadarkan diri.
“Sha, aku bego! Bener-bener bego! Aku nggak bisa diem di sini Sha,” ucap Naya histeris.
“Sabar Nay sabar.. Istighfar,”
“Astaghfirulloh..” suara Naya melemah. Naya tak sadarkan diri.
Beberapa saat kemudian Naya tersadar. Terlihat Nesha di dekatnya. Tapi tunggu, tak hanya Nesha. Ada orang tua Naya juga.
“Ada apa ini?” tanya Naya bingung.
“Yang sabar yah Nay,” ucap bunda.
“Kenapa nda?” Naya masih tak mengerti.
“Bintang Nay, Bintang udah nggak ada,” kata Nesha.
“Maksudmu?” tanya Naya curiga.
“Bintang udah meninggal,” Nesha tertunduk lesu.
“Nggak mungkin! Kalian bohong kan? Bintang nggak mungkin meninggal!” Naya tak percaya.
“Bener Nay, aku nggak bohong.. Kalo kamu nggak percaya ayo kita ke kuburan bareng,” ajak Nesha.
Sampai di tempat pemakaman, tangis Naya tak terkendali. Naya tak bisa lagi melihat sosok Bintang.
“Maafin aku Bintang, maafin kebodohanku,” sesal Naya.
“Nay, ini ada titipan Bintang, dia tulis sesaat sebelum dia pergi,” Nesha memberikan Naya sepucuk surat.

Bintang sayang Naya, tetep tegar Naya
Aku akan jaga kamu dari sini

Aku akan sangat merindukanmu, mantanku. Mantan terindah yang pernah kumiliki. Kuharap kau tenang di sana. Cintamu tetap utuh di hatiku. Kamulah bagian dari masa lalu yang takkan kulupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar