Sabtu, 02 November 2013

AKU, SAHABATKU, DAN MANTAN KEKASIHKU

Hari ini rasanya aku pengen nangis. Tapi melihat wajah Yoeriz, sahabatku yang begitu genbira, aku harus menyembunyikan kesedihanku.
“Hai, Nica”, sapanya riang sambil buru-buru menarikku duduk di bangku.
“Ada apa nich? Happy banget kayak habis menang undian”, tanya ku sambil melepas ransel dari bahu ku.
“Ya bukanlah Ca. Lebih dari itu malah”, jawabnya centil.
“Trus ......???”
“Inget ga’ sama cowok yang pernah gue ceritain tempo hari?”
Aku mencoba mengingat, sebenarnya aku ga’ begitu inget siapa yang Yoeriz maksud. Mending ngangguk ja dari pada ntar dia bawel.
“Iya, inget, trus?”
“Semalam gue jadian sama dia. Aduh......! gue seneng banget tau. Kapan-kapan gue kenalin ke dia yach,” celoteh Yoeriz riang. Lagi-lagi aku hanya mengangguk.
“Selamat dech”, jawabku singkat dengan senyum yang ku paksa.
Jujur aku benci semua ini. Aku benci ketika melihat orang lain bahagia sementara aku sebaliknya. Iya memang, aku iri melihat Yoeriz yang baru jadian.
Kami bardua memang sahabat, tapi kami juga sangat berbeda. Pertama, Yoeriz itu cantik dan populer di sekolah. Sementara aku, tampang pas-pasan dan sama sekali ga’ ngetop, bahkan dikelas. Ciiyuss nie. Kedua, dia terlahir di keluarga “menengah ke atas”. Dia bisa dapetin semua yang ga’ pernah aku dapatkan. Dan Yang terakhir ini, di saat aku lagi “broken heart”, eh Yoeriz malah “fall in love”. Yach, memang kenyataan yang ...............................................................................menyakitkan.
*********
Aku kembali mengingat kejadian malam itu. Malam dimana aku harus kehilangan seseorang yang sangat berarti buat ku. Angga. Dialah satu-satunya orang yang membuatku merasa bahagia karena dia mencintaiku apa adanya. Dia yang membuatku merubah pikiranku tentang cowok yang dulu menurutku ga’ ada baiknya. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini dia berubah, Angga lebih banyak diam.
Malam itu Angga hanya duduk terdiam, dan aku ga’ bisa berbuat apa-apa. Aku Cuma bisa menunggu dia berbicara sambil menatap wajah manisnya. Lama- kelamaan air mata ini bergulir jatuh dari kelopaknya tanpa disengaja.
“Ga. Gue salah apa sich ? sampek loe tega diemin gue kayak gini? Kalo mang da sesuatu yang salah dari gue, kasih tau gue!” emosiku tiba-tiba meledak karena kediaman Angga yang menyiksa ku.
“Maksud loe apa sich Ca!?” jawab Angga ga’ kalah emosi.
“Gue tau gue ga’ cantik, ga’ kaya’ dan ga’ tau diri. Tapi bukan berarti gue g punya perasaan!”
“Nica!” bentak Angga lagi. “Ini nich yang ga’ gue suka dari loe. Loe selalu ja ngerendah. Seolah-olah loe yang tersakiti dalam hubungan ini” tambah Angga.
“Emang gitu kenyataannya. Loe ga’ pernah bahagia jadi cowok gue. Kalo emang loe udah bosen, loe boleh tinggalin gue. Dari pada cuma nyakitin” 
“Ok! Gue bakal pergi.”
“Silahkan!” jawabku meskipun dalam hati mengatakan sebaliknya.
Aku berharap Angga mengurungkan niatnya. Tapi harapan tinggal harapan, karena dia udah melangkah pergi. Bahkan ga’ menoleh sekalipun.
“Nica,” panggil seseorang yang mengagetanku. 
Sontak aku tersadar dari lamunanku dan menoleh. Hufh... ternyata Yoeriz. Aku pikir Angga yang memanggilku. 
“Ngelamun aja sich. Ke kantin yuk,” ajaknya.
“Yuk,”
Baru saja nyampek depan pintu kelas, Yoeriz disamperin sama ketua OSIS.
“Riz, loe diminta ke kantornya pak Iwan sekarang. Penting”, katanya
“Tapi gue mau ke kantin”
“Bentaran doang kok. Sama gue juga nich” bujuk Agung, si ketua OSIS. Lalu Yoeriz menoleh ke arah ku dengan memasang wajah sedih.
“Ya udah Riz, loe ikut Agung ja dulu. Gue duluan ke kantin,” jawab ku.
“Yes, ntar gue nyusul” katanya sambil berlalu pergi.
Ga’ tau kenapa hari ini perasaan ku ga’ enak banget. Biasanya juga ga’ gini meskipun aq ke kantin sendiri. Atau munkin karena laper yach..... ya udah lah yang penting sekarang pesen makan trus duduk. 
Saat itu aku melihat Angga duduk di antara “putih-abu abu”. Apa aku berhalusinasi lagi??? Entahlah aq ga’ peduli dia nyata atau hanya sisa dari lamunan ku tadi.
Tapi ketika dia mendekat dan duduk dihadapan ku, aq baru yakin bahwa ini nyata. 
“Ca, maafin gue” katanya tiba-tiba.
“Ngapain loe di sini??” tanyaku cuek. Aku berusaha ga’ merespon kata-katanya. Aku takut jatuh cinta lagi sama dia.
“Gue masih sayang sama loe, Ca” Angga menatap ku dengan tatapan lembut yang dulu pernah membuatku meleleh.
Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba Yoeriz datang. 
“Tapi kok.......looohh........ Apa-apaan ini?? Kok Yoeriz malah nyamperin Angga?” batin ku gelisah.
“hey, kalian udah saling kenal nich ceritanya?” Yoeriz menatap kami bergantian dengan senyum khasnya. “Ini dia Ca yang mau gue kenalin ke loe,” kata Yoeriz pada ku. Aku hanya merespon dengan senyuman karena masih lumayan shock. Dalam hatiku menjerit kesakitan. Ku lihat Angga juga kaget.
Aku ga’ sanggup lagi ada di sini. Aku ga’ sanggup menyaksikan semua ini. Aku ga’ sanggup melihat Yoeriz bersama Angga. Karena bagaimanapun juga aku pernah menjadi pacar Angga. Apa aku cemburu? Mungkin. Karena aku memang ga’ menginginkan perpisahan ini.
*********

Setelah bel pulang berbunyi...
“Ca, temenin Angga bentar yach. Gue mau rapat OSIS bentar nie.” Rengek Yoeriz dan aku paling ga’ bisa menolak permintaan sahabatku ini.
“Iya dech.” Jawabku pasrah. Dan Angga sudah menunggu diluar.
Jantung ini berdegup kencang lagi. “ Nica, loe ga’ boleh terus-terusan kayak gini. Angga sekarang bukan milik loe lagi.” Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri.
Untuk beberapa lama setelah Yoeriz pergi, kami berdua Cuma diam. Lagi-lagi ini terjadi. Dia diemin aku lagi. Dipikir-pikir jadi kayak orang bego ja diem-dieman gini. Aku memutuskan untuk pergi dengan diam, tapi Angga masih ja ngekor.
“ Ngapain sich loe ngikutin gue terus.” Umpatku tanpa menghentikan langkahku.
“ Kan tadi Yoeriz minta loe nemenin gue” jawabnya enteng.
“Tapi bukan berarti loe ngikutinn gue terus kan. Selalu ga’ punya pendirian”
Pada saat itu –walaupun ga’ menoleh- aku tau Angga menghentikan langkahnya. Aku mulai kepikiran. Apa aku keterlaluan??
“Nica, loe udah berubah.” Ucap Angga tiba-tiba menyakitkanku. “ Loe bukan Veronica yang gue kenal dulu”
“Peduli apa loe tentang gue. Selama ini pun loe ga tau siapa gue, perasaan gue” bentakku tanpa berbalik badan.
“Gue minta maaf Ca. Maaf klo selama ini gue ga’ pernah ngertiin loe. Maaf buat semua kesalahan gue. Dan soal malam itu gue ga da maksud ninggalin loe. Gue masih sa...”
“Cukup Ga. Ga’ perlu diterusin. Percuma semua yang loe omongin klo itu bukan cuma buat gue”
“Tapi itu bukan keinginan gue. Gue terpaksa!” Angga membela diri.
“Gue ga’ peduli tu mau loe atw bukan. Yang jelas loe dah bikin gue sakit. Tapi mungkin rasa itu ga’ akan sesakit ini klo Yoeriz bukan sahabat gue.”
“Gue nyesel Ca. Gue juga ga’ tau klo Yoeriz ternyata sahabat loe. Apapun gue lakuin asal loe maafin gue. Klo lo mau, gue bakal putusin Yoeriz” 
“Lu gila apa? Meskipun ga’ gue pungkiri, gue ga bisa ngeliat loe sama dia, tapi gue ga’ bisa benci sama Yoeriz karena dia sahabat gue”
Tiba-tiba Angga menarikku ke dalam kelas. 
“Apa lagi sich!? Gue ga’ mau Yoeriz mikir kita ada apa-apa yach,” kata ku spontan, karena kaget.
“Jadi loe lebih milih Yoeriz?”
“ Eh ini bukan masalah milih atau ga’ milih yach. Loe yang mulai duluan. Loe yang bikin gue kayak gini. Sekarang, setelah ninggalin gue loe minta balik segampang itu. Padahal loe udah punya cewek lain. Maksud loe apa??” omel q
“Ca. Sumpah gue ga’ da maksud ninggalin loe. Gue emosi. Gue juga ga’ tau kenapa tiba-tiba nembak Yoeriz. Pliiisss Ca, balik sama gue?” pinta Angga.
“Gue ga’ bisa” jawab ku pelan sambil memalingkan wajah.
Ketika itu q dengar langkah Angga kian menjauh. “Maaf”, hanya kata itu yang bisa aku ucapin. Aku tau kok klo Angga ga’ akan dengar. Tapi aku merasa bersalah ja .
Jujur aku juga masih sayang Angga, tapi aku ga’ akan tega menyakiti sahabatku apalagi merusak kebahagiannya dengan kekasih barunya, yang juga mantan kekasih q. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar