Namanya Hilman Aditya Natria, seseorang yang membuatku jatuh cinta. Dia satu kelas denganku, Jani Rahmania Kiranti. Setiap hari, dia selalu menghampiriku untuk sekedar curhat atau bercerita. Setiap hari, dia selalu menghiburku, bercanda denganku, hingga pulang sekolah pun, aku ditemaninya. Mungkin, karena kebaikannya, aku jatuh… aku jatuh cinta dan takhluk adanya. Dia membuat janntungku semakin berdegup kencang. membuatku semakin malu menatap wajahnya yang keren itu.
Suatu hari, dia mengirimiku SMS, isinya sederhana, hanya menanyakan kabar dan apa yang sedang kulakukan. Segera, aku langsung membalasnya sesuai dengan fakta yang ada, “Aq lgi nulis,nich. Kmu?…” begitulah balasan yang kuketik untuknya. Lalu kutekan tombol “send” di layar hanphone-ku. Akupun menunggu balasannya dengan harapan, dia membalasnya. Jantungku berdetak kenceng sembari menunggu balasannya. Setelah beberapa menit handphonekupun berdering…
“Halo, Jani. Ini aku Hilman…” katanya membuka pembicaraan kami di telefon.
“Eh, i..iya.” aku menjawab telfonnya dengan gugup.
“Lagi nulis apa, nih??…”
“Aku lagi nulis cerpen, sekalian belajar menulis…”
“Oooohh..”
“Oh iya, besok, ada tugas gak?..” Kini, giliran aku yang bertanya padanya. Aku tahu, dia adalah cowok yang paling rajin dikelas kami. Dia juga sering mendapatkan nilai sempurna pada ulangan Kimianya. Hal ini juga yang membuatku suka padanya.
“Ada, yang disuruh membuat tabel tentang masalah sosial dan solusinya…”
“Oh,iya,iya. Yang halaman 24 di buku cetak itu, kan??..”
“Iya..”
“Mmmm… ngomong-ngomong, kamu ini lagi ngapain??..”
“Aku lagi memandangi bintang, nih. Coba deh, kamu keluar, bintangnya cantok, loh…” Akupun langsung menyikap gorden jendela kamarku. Benar, bintangnya indah sekali…
“Iya, kamu bener.”
“Mmmm.. jujur ya… sebernarnya… aku… aku..”
“Aku apa?.”
“Aku suka kamu, Jani.”
“EH?!!!….Aku juga… suka kamu” Akupun terkaget mendengar perkataannya barusan. Dia membuatku semakin malu. Pipiku juga mulai memerah.
“Iya, aku serius.”
“Jadi…?”
“Jadi apa???..”
“Sekarang, kita pacaran?..”
“Kalau kamu mau, ya sudah..”
“Mmmm.. terserah kamu saja.”
“Aku sih, mau… Beneran, ya??..” Katanya antusias. Semoga saja dia benar-benar serius.
“Iya..” jawabku tersenyum.
“Eh, i..iya.” aku menjawab telfonnya dengan gugup.
“Lagi nulis apa, nih??…”
“Aku lagi nulis cerpen, sekalian belajar menulis…”
“Oooohh..”
“Oh iya, besok, ada tugas gak?..” Kini, giliran aku yang bertanya padanya. Aku tahu, dia adalah cowok yang paling rajin dikelas kami. Dia juga sering mendapatkan nilai sempurna pada ulangan Kimianya. Hal ini juga yang membuatku suka padanya.
“Ada, yang disuruh membuat tabel tentang masalah sosial dan solusinya…”
“Oh,iya,iya. Yang halaman 24 di buku cetak itu, kan??..”
“Iya..”
“Mmmm… ngomong-ngomong, kamu ini lagi ngapain??..”
“Aku lagi memandangi bintang, nih. Coba deh, kamu keluar, bintangnya cantok, loh…” Akupun langsung menyikap gorden jendela kamarku. Benar, bintangnya indah sekali…
“Iya, kamu bener.”
“Mmmm.. jujur ya… sebernarnya… aku… aku..”
“Aku apa?.”
“Aku suka kamu, Jani.”
“EH?!!!….Aku juga… suka kamu” Akupun terkaget mendengar perkataannya barusan. Dia membuatku semakin malu. Pipiku juga mulai memerah.
“Iya, aku serius.”
“Jadi…?”
“Jadi apa???..”
“Sekarang, kita pacaran?..”
“Kalau kamu mau, ya sudah..”
“Mmmm.. terserah kamu saja.”
“Aku sih, mau… Beneran, ya??..” Katanya antusias. Semoga saja dia benar-benar serius.
“Iya..” jawabku tersenyum.
Esok harinya….
Aku sudah sampai disekolah. Hari ini sungguh berbeda dengan hari-hari sebelumnya, jauh lebih indah dan berwarna karena kehadiran Hilman… Jantungku langsung berdebar memikirkannya.
“Jani!!..” terdengar suara dibalik badanku. Sepertinya, suara itu tak jauh dari sini. Suara itu begitu akrab ditelingaku. Sepertinya, itu suara Hilman.
“Hilman… Kamu baru sampai?.” Aku kaget begitu berbalik. Ternyata, memang Hilmanlah yang memanggilku.
“Iya, kita ke kelas, yuk!”
“Ayo..” jawabku semangat mendegar ajakannya.
Aku sudah sampai disekolah. Hari ini sungguh berbeda dengan hari-hari sebelumnya, jauh lebih indah dan berwarna karena kehadiran Hilman… Jantungku langsung berdebar memikirkannya.
“Jani!!..” terdengar suara dibalik badanku. Sepertinya, suara itu tak jauh dari sini. Suara itu begitu akrab ditelingaku. Sepertinya, itu suara Hilman.
“Hilman… Kamu baru sampai?.” Aku kaget begitu berbalik. Ternyata, memang Hilmanlah yang memanggilku.
“Iya, kita ke kelas, yuk!”
“Ayo..” jawabku semangat mendegar ajakannya.
Dikelas kami bercerita banyak hal, kami tertawa bersama, bersenda gurau bersama. Pada malam harinya, dia juga menelfonku. Kami begitu akrab. Kami memang pacaran. Aku jadi semakin menikmati indahnya bercinta dengannya.
Ternyata inilah yang namanya cinta. Ternyata, benar kata orang, cinta memang indah. Lebih indah dari apapun. AKupun mulai mengerti, cinta adalah hal terindah yang Tuhan ciptakan untuk kita semua….
Ternyata inilah yang namanya cinta. Ternyata, benar kata orang, cinta memang indah. Lebih indah dari apapun. AKupun mulai mengerti, cinta adalah hal terindah yang Tuhan ciptakan untuk kita semua….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar