DI liburan yang lumayan panjang ini aku menyempatkan pergi berlibur ke puncak. Tepatnya pukul 06.00 pagi aku berangkat ke puncak bersama keempat kawanku, yaitu Andi, Nino, Wina dan Puri.
“Wihiii… Liburan ke puncak!” seru Nino sambil meloncat loncat kegirangan.
“Ih biasa aja lo No. sebenernya aku gak pingin sih liburan ke puncak, karena sudah sering banget aku kesini kalau liburan. Huft!” Keluh Wina.
“Wihiii… Liburan ke puncak!” seru Nino sambil meloncat loncat kegirangan.
“Ih biasa aja lo No. sebenernya aku gak pingin sih liburan ke puncak, karena sudah sering banget aku kesini kalau liburan. Huft!” Keluh Wina.
Sebelumnya namaku Robert. Aku masih bersekolah di Sekolah Menengah Pertama. di daerah Jakarta Selatan. Dan di liburan ini aku mengajak kerabat dekatku untuk berlibur ke puncak dengan mobil pribadiku.
Sesampainya di villa kami langsung menaruh barang-barang kami di dalam villa tersebut. Villa yang lumayan kuno. Sebenarnya aku sudah merasakan hawa yang tidak enak di villa itu, tetapi ku hiraukan karena mungkin hanya perasaanku.
Di dalam villa yang cukup besar itu ada 5 kamar tidur, 2 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang tamu yang cukup luas dan megah dan 1 dapur. Di villa itu terdapat juga kolam renang tepatnya di halaman belakang.
“Win, sini deh, aku nemuin boneka unyu ini. Boneka anak kecil, sayangnya udah lusuh” kata Puri sambil menggendong boneka itu.
“Eh, taruh lagi boneka itu Pur! Itu bukan punya kita!”
“Iya, iya.. bakal aku kembaliin kok” kata Puri sambil memelas.
“Puri! Wina! Dimana kalian? Cepet kesini!” Teriakku dari ruang tamu.
“Eh, taruh lagi boneka itu Pur! Itu bukan punya kita!”
“Iya, iya.. bakal aku kembaliin kok” kata Puri sambil memelas.
“Puri! Wina! Dimana kalian? Cepet kesini!” Teriakku dari ruang tamu.
Aku pun memberitahu mereka akan rahasia di villa ini bahwa ada seorang anak kecil Belanda yang meninggal karena bunuh diri dan arwahnya berada dalam suatu benda. Maka di villa ini dilarang mengambil barang yang bukan miliknya. Teman-temanku pun agak ketakutan saat mendengar ceritaku akan villa ini.
Malam pun tiba. Kami pun kelelahan sehabis berjalan-jalan ke daerah sekitar puncak yang asri dan indah. Dengan pohon rimbun, bunga-bunga terhampar pada sebuah taman, ditambah dengan langit yang cerah tanpa awan.
Aku, Andi, dan Nino sekamar di bagian kamar depan yang lumayan besar. Dan Puri dan Wina berada di kamar bagian tengah. Suasana rumah pun menjadi suram saat malam tiba.
Aku dibangunkan oleh Puri dan Wina yang menyusul karena mendengar bunyi-bunyi aneh dari bagian dalam rumah. Kami berlima pun tidur bersama.
Aku pun terbangun di tengah malam. Dan kulihat jam dinding menunjukkan pukul 01.15. Aku mendengar tangis anak kecil, sungguh membuat bulu kuduk merinding. Tapi tak kuhiraukan karena aku sebenarnya takut saat itu. aku pun terbangun untuk kedua kalinya di malam itu, suara itu semakin jelas terdengar. Aku mencoba untuk memeriksa keadaan. Kulihat ada boneka yang sangat lusuh tergeletak di sudut ruangan. “Kok ada boneka disini?” tanyaku dalam hati heran.
“Clakkk.. Claaakkk…. Clakkk.. Huuuhuuuhuuu… Huuu huuu huu..” suara aneh yang berasal dari boneka ini membuatku ketakutan setengah mati. “Tolong jangan ganggu aku! Tolong!”. Seorang anak kecil laki laki berparas pucat pasi dan memiliki banyak luka di sekujur tubuhnya mendekat dari sudut ruangan di mana boneka lusuh itu tergeletak. “Pergi dari sini, Pergi dari sini” suara mendesah hantu itu sangat membuatku ketakutan.
“Bbbb… bbaa…aik.. baik.. Ssss..saya akan pergi dari sini secepatnya!” Jawabku dengan terbata bata. Dan hantu itu pun lenyap, bersamaan dengan lenyapnya boneka lusuh itu. Aku pun segera lari terbirit-birit ke kamarku untuk membangunkan teman-temanku.
“Clakkk.. Claaakkk…. Clakkk.. Huuuhuuuhuuu… Huuu huuu huu..” suara aneh yang berasal dari boneka ini membuatku ketakutan setengah mati. “Tolong jangan ganggu aku! Tolong!”. Seorang anak kecil laki laki berparas pucat pasi dan memiliki banyak luka di sekujur tubuhnya mendekat dari sudut ruangan di mana boneka lusuh itu tergeletak. “Pergi dari sini, Pergi dari sini” suara mendesah hantu itu sangat membuatku ketakutan.
“Bbbb… bbaa…aik.. baik.. Ssss..saya akan pergi dari sini secepatnya!” Jawabku dengan terbata bata. Dan hantu itu pun lenyap, bersamaan dengan lenyapnya boneka lusuh itu. Aku pun segera lari terbirit-birit ke kamarku untuk membangunkan teman-temanku.
“Hoyy!! Andi! Nino! Wina! Puri!! Bangunn ceppeeett!!! Bangunn!!!” Sambil menepuk-nepuk badan tubuh temanku satu persatu.
“Ada apa sih Bert? Masi ngantuk nih!” Ucap Wina sambil mengucek ucek matanya. “Kita harus pergi dari sini! Sekarang!” Kataku dengan wajah panik. “Halah, kita kan baru 1 hari disini” Ucap Andi. “Pokoknya kita pulang sekarang! Sebelum hal yang buruk terjadi pada kita.”
“Ada apa sih Bert? Masi ngantuk nih!” Ucap Wina sambil mengucek ucek matanya. “Kita harus pergi dari sini! Sekarang!” Kataku dengan wajah panik. “Halah, kita kan baru 1 hari disini” Ucap Andi. “Pokoknya kita pulang sekarang! Sebelum hal yang buruk terjadi pada kita.”
Akhirnya teman-temanku pun setuju dengan perkataanku dan aku pun segera menyalakan mobil dan pergi dari villa itu. Sungguh tampak mengerikan villa itu dari luar. Aku pun melihat anak kecil Belanda itu sedang berdiri di depan pintu rumah sambil memegang boneka lusuh itu di tangan kirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar