Cinta Pertama (cerpen)
Hay, perkenalkan aku Kian. aku seorang pelajar di sebuah sekolah negri favorite di kotaku. sama seperti yang lain, saya seorang siswi yang biasa. tidak terlalu pintar juga tidak terlalu bodoh. Nilai-nilai saya juga selalu ada di tengah-tengah. Begitu juga dengan pergaulanku, aku bukan anak yang terlalu terkenal, beberapa orang kakak kelas dan adik kelas saya juga tak tau bahwa ada saya di dalam sekolah itu. Oiya, sekarang aku ada di kelas XI IPA 3. aku tergabung dalam sebuah extrakulikuler teater disekolah, teater kami memang sering menjuarai berbagai perlombaan seni peran di kotaku. beruntungnya aku, aku memiliki paras yang cantik kata teman-teman dan tubuh yang sedang. tak terlalu gemuk dan tak terlalu kurus, namun sayangnya aku tak memiliki kekasih. teman-temanku selalu berusaha mendekatkan ku dengan teman-temannya yang tak begitu menarik menurutku, karena memang aku tak menyukainya. Sama dengan kak anin, dia ketua club teater di sekolahku. sudah kelas XII dia sekarang.
Suatu hari selesai latihan aku diajak Kak Anin untuk ngobrol sebentar di kantin sekolah, kami banyak mengobrol ngalor ngidul. sampai dia curhat tentang masalah percintaannya padaku.
"kamu ngga punya pacar tapi selalu kasih saran yang manjur! buruan nyari jodoh sih Ki" lontarnya
"nanti lah kak, masih pingin sendiri" jawabku
"atau mau aku kenalin sama...." ucapnya sembari melihat sekeliling
"jangan macem-macem deh kak" ucapku mengancam
"bawel! Arman, sini deh" teriaknya memanggil seseorang
"woy nin, habis latihan?" terdengar suara laki-laki yang berat, aku menoleh dan melihat Kak Arman di hadapanku. Ya, siapa yang tak mengenalnya? dia mantan ketua osis yang baru 2bulan lalu lengser dari jabatannya dan digantikan oleh pacar sahabatku. Dia tampan, tubuhnya tinggi tegap, dia seorang pemain sepak bola disekolah.
"iya dong, duduk sini! nungguin siapa sih sendirian aja dari tadi?" tanya kak anin
"ngga kok, nungguin ardi aja. emm ini temennya ngga di kenalin?" ucap Kak Arman
"oiya sampek lupa, eh Ki ini Arman. Arman ini Kian" tambah kak Anin
"Arman." ucapnya sembari melempar senyum kepadaku dan menjabat tanganku denga halus
"Kian" balasku.
"Duh, HP aku ketinggalan di ruang latihan lagi. bentar ya aku ambil dulu. Arman titip Kian, jangan di tinggal sebelum aku kesini lagi" ucap kak Anin dengan gelagat yang tidak enak. Entah di sengaja atau tidak yang jelas aku sangat salah tingkah di tinggal sendiri dengan Kak Arman. Terlebih lagi sekolah sudah lumayan sepi, hanya beberapa anak saja yang aku lihat masih berkeliaran di kantin.
"iyaaa" jawab arman dan kak anin sudah berlari menuju ruang latihan.
"kelas apa sih kamu? kok jarang liat?" ucap Kak Arman memulai pembicaraan
"aku XI IPA 3 kak" jawabku singkat
"oh pantesan jarang liat, anak IPA ciee" ledeknya
"emang kenapa sama anak IPA?" jawabku kebingungan dengan ledekannya
"iya, IPA sama IPS kan kelasnya jauh. jadi jarang liat" jelasnya
"oiyaa, kok belum pulang kak?" ucapku memberanikan diri
Ya kami berbincang lama, hampir ada setengah jam. Kami mulai dekat, banyak hal yang membuat kami cocok, kami juga sudah bertukar contact katanya agar aku bisa diajaknya menonton film favorite kami yang akan segera tayang di bioskop. Lama kami berbincang, tiba-tiba HP ku berbunyi. Kak Alin menelpon ku>
"siapa?" tanya arman
"kak alin kak, dia udah pulang duluan. katanya udah di jembut kak andra, pacarnya" ucapku tak bersemangat, kak Arman hanya menganggukan kepalanya.
"tau gitukan aku pulang sendiri dari tadi. di tungguin juga" tambahku dengan nada kesal
"yaudah sekarang kan dia udah balik, kamu mau balik kapan?" tanya Kak Arman
"emm aku balik sekarang aja deh kak. mumpung masih ada bus" jawabku
"kamu naik bus? jauh ngga sih dari sekolah? sama aku aja yuk, tak anter pulang" ucapnya
"ngga usah kak, deket kok. 30 menit kalo naik bus sampek rumah" jawabku
"udah mau magrib loh Ki, aku anter aja yuk" ucapnya sembari menarik tanganku.
Apa boleh buat, aku menyetujui ajakannya untuk pulang bersama dengannya. Dengan motor meticnya dia membawaku pulang, di jalan kami banyak berbincang. Kembali jokes yang dia keluarkan memecahkan suasana yang sempat kaku. Kali pertamanya aku di antar pulang laki-laki.
Sesampainya di rumah dia langsung pamit pulang, sebelumnya dia menemui orang tua ku dulu untuk mengembalikan aku dan pamit langsungan pulang karena sudah terlalu sore. Setelah itu aku langsung mandi dan makan malam bersama keluarga kecilku. Aku, ayah dan ibu. Kami hanya bertiga, ya aku anak satu-satunya. Ibu seorang guru di sebuah sekolah dasar terkemuka di kotaku, dan ayah seorang Dokter spesialis kulit di sebuah rumah sakit negri dan sebagai dokter konsultasi disebuah tempat skin care terkenal di kotaku. Kata ibu kami bukan keluarga kaya raya, walaupun ayah seorang dokter dengan "gaji" yang lebih di tambah ibuku seorang guru mereka tak pernah memanjakanku dengan memberiku fasilitas mewah atau menuruti semua kemauanku. Termasuk untuk kendaraan pribadi, kata ayah biar aku merasakan sebuah perjuangan hidup.
Selesai makan aku kembali ke kamarku, aku melihat HPku sudah ada 2 panggilan tak terjawab. Setelah aku melihat ternyata itu dari Kak Arman, aku tersenyum kecil dan sembari menelponnya balik.
"halo, maaf kak tadi habis makan sama ibu sama ayah jadi ngga tau kalo kakak telpon. ada apa ya?" ucapku saat telponku sudah diangkatnya
"nggapapa kok, udah telponnya di matiin aja. aku aja yang telpon" pintanya, dan akupun mengiyakan sembari menutup telponku.
tak beberapa lama berselang dia kembali menelponku. bukan hal penting katanya dia hanya menanyakan aku sedang apa dan sebagainya. Lama kami bercerita melalui telpon dan bergurau hingga tak terasa sudah larut malam. Aku memintanya untuk mengakhiri perbincangan kami malam ini karena esok hari kita harus sekolah. Mulai saat itu kami semakin dekat, hampir setiap hari dia menjemput dan mangantarkan aku pulang. Kedekatan kami berlangsung sekitar 3bulan, semuanya indah! Aku menyukainya, ya aku jatuh cinta padanya! Namun entah apa yang terjadi, beberapa hari belakangan ini dia menghindar dari ku, dia sudah jarang menelponku bahkan untuk mengirim pesan singkatpun tak lagi ada. Aku mencoba tenang dan diam tanpa berfikir negatif. Mungkin dia sedang sibuk atau pusing karena akan Ujian Nasional. Tetapi ternyata bukan itu alasannya, sore hari setelah aku latihan aku melihatnya di kantin dengan seorang adik kelasku. Namanya Kartika, aku mengenalnya karena dia adalah kekasih dari temanku sekelas namun beberapa waktu ini aku mendengar berita bahwa Kartika putus dengan Jose. Aku hanya memperhatikan dari jauh dan menatap mereka. Semakin lama mereka semakin mesra dan membuatku terbakar. Aku tak berani untuk menyambanginya aku takut merusak suasana mereka dan membuat Arman membenciku. Aku berpura-pura tak tau apa-apa. Beberapa waktu berselang, aku dan Arman semakin jauh. Aku berusaha mencari informasi tentang kedekatan Kartika dan Arman. Dan benar saja, mereka sudah berpacaran 3minggu yang lalu. Aku merasa sangat terluka. Perlahan aku menjauhinya, aku mulai berusaha tak memperdulikannnya. Namun entah apa yang terjadi, arman masih beberapa kali menghubungiku mengajakku untuk sekedar makan malam atau nonton ke bioskop. Namun selalu ku tolak dengan berbagai macam alasan, dia sempat bertanya kepadaku kenapa aku menghindarinya. Tapi aku tak pernah menjawab yang sebenarnya. aku hanya memberikan alasan yang klasik "takut mengganggu kesibukannya".
Hubungan kami sangat jauh, bahkan kami hampir tak pernah berhubungan hingga di lulus dari sekolah kami. Saat aku memasuki kelas XII semester II aku mendengar kabar kalau Kartika sekarang sudah menjadi kekasih Tian, Captain basket angkatanku. Lalu, bagaimana dengan Arman? Aku berusaha mencari contactnya dari Kak Anin, bodohnya aku mungkin! Aku kembali menghubunginya dan kami kembali dekat, kedekatan kami semakin jauh.
"aku ada hadiah buat kamu" ucapnya saat dia menyambangi rumahku
"apa?" tanyaku tersipu
"merem dulu dong" balasnya
Lalu aku memejamkan mataku dan dia menghitung sampai 5 dan diapun menyuruhku membuka mataku.
Dia memberikan sebuah kalung yang sangat cantik! Aku menyukainya!!
"Arman..." ucapku tersipu
"ini buat kamu, sini aku pakein" balasnya sembari mengalungkan kalung itu keleherku.
"makasih" jawabku tersipu. Aku benar-benar menyukainya!!!
Dia juga menjelaskan kepadaku kenapa dulu dia meninggalkanku dan kenapa dia akhirnya berpisah dengan Kartika. Aku tak memperdulikan itu, aku percaya Arman akan berubah dan sekarang dia kembali bersamaku. Nuansa sangat romantis malam itu, ditambah gerimis kecil. Setan apa yang merasuki kepala Arman dan aku yang membuat bibir kami menyatu! Ya kami berciuman. Aku merasakan kehangatan cintanya yang dia berikan. Aku sangat mempercayai kalau dia mencintaiku…
Aku melihat dia sedang berpelukan dengan Kartia!Jantungku berhenti sejenak, nafasku memanas! Untuk kedua kalinya dia mengkhianatiku dengan Kartika. Aku menangis meninggalkan rumahnya dan memutuskan pergi kerumah Jose, mantan kekasih Kartika yang juga menjadi teman kuliahku di Fakultas Kedokteran. Aku menceritakan semuanya yang aku lihat dengan mata kepalaku di depan Jose. Diapun ikut merasakan lukaku dengan memukul tembok. Dia sangat marah dengan kelakuakn Arman dan Kartika! Jose akhirnya menceritakan apa yang sudah terjadi yang tak pernah aku ketahui sebelumnya. Kartika memang tak pernah mengakhiri hubungannya dengan Arman, mereka hanya memutuskan untuk break sebentar karena keduanya merasakan sebuah kebosanan. Itu pengakuan Kartika kepada Jose. Jose memelukku dan menenangkanku
“kalo perlu sekarang gue pukulin tuh orang!” seru Jose dengan logat Jakartanya
“udah ngga usah!” jawabku
“Lo begok Ki! Buat apa lo belain cowok bajingan lo itu?!” ucap Jose
“gue bakal selesain ini semua” jawabku
Beberapa hari berselang dan aku meminta Arman menemuiku, akhirnya dia datang kerumahku dengan sekuntum mawar putih untukku.
“hey kamu kenapa cemberut gitu sih?” ucapnya
“nggapapa” jawabku
“cerita dong sayang” balasnya sembari membelai rambut panjang ku
“aku udah tau semuanya” ucapku membuat dia kaget
“maksudnya?”
“kamu, kartika” jawabku
“aku minta mulai sekarang tolong jauhi aku.”
“aku minta maaf. Tapi aku ngga bisa tinggalin kamu. Aku udah janji” ucapnya
“kalau gitu aku yang bakal tinggalin kamu” balasku sembari meneteskan air mata. Dia tanpa perlawanan apapun atau menyangkal dugaanku. Dia mengakui kesalahannya
“Kian, tolong jangan ngomong macem-macem” balasnya
“aku ngga bisa kaya gini terus man, aku ngga bisa terus-terusan kamu gantungin tanpa status yang jelas! Aku ngga berhak marah liat kamu sama kartika tapi lain sisi aku cemburu. Aku capek man, dari SMA kita udah kenal dan aku percaya kamu baik sama aku” terangku
“kalo gitu aku bakal tinggalin Kartika. Aku pilih kamu”
“cinta bukan buat dipilih, tapi cinta itu terpilih. Maafin aku” ucapku melepas genggaman tangannya
“aku tau kamu sayang sama Kartika man, aku tau. Aku ngga akan pernah jadi Kartika dan aku ngga akan pernah bisa gantiin dia. Aku tau kamu bakal lebih bahagia sama dia. Lepasin aku, maafin aku man. Sekarang aku minta kamu pulang” ucapku sembari menangis tersedu-sedu
“Aku tau aku salah, aku tau aku nyakitin kamu. Tapi tolong kasih aku kesempatan”
“aku yang salah man, kalau dari awal aku ngga pernah jatuh cinta sedalam ini sama kamu, ini ngga akan terjadi. Aku yakin! Kalau dari awal aku mau ngalahin ego aku buat ngga nyari kamu lagi aku ngga akan terluka buat kedua kalinya. Maafin aku..”
Dia menjelaskan dengan berbagai kata-kata namun aku tak pernah mau memberikan kesempatan ke tiga untuknya. Aku tak mau terluka lagi…
Mulai saat itu aku dan dia tak pernah bertemu lagi, aku tak tau dengan apa yang terjadi dengannya dan Kartika. Aku kembali meneruskan hidupku tanpa Arman lagi, dan aku sekarang sudah mendapatkan kesejatian cinta. Seseorang yang tak pernah menuntutku lebih, dia yang selalu mendukung semua keputusanku untuk terus belajar dari setiap kesalahan. Ya, aku dan Jose sudah bertunangan saat kami sama-sama lulus dari kuliah kami. Kata Jose, Kartika sudah memiliki seorang anak dengan hubungannya bersama Irvan teman sekelasku saat SMA dan Arman… entah dia dimana…
Semoga Arman akan mendapatkan kebahagiaannya dengan entah siapapun itu, tak dipungkiri dia sempat mengisi hariku. Semoga kamu berbahagia ya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar