Aku masih ada di tempat tidur saat tiba-tiba suara handphone-ku berbunyi nyaring. Ada apa ini?, pikirku. Segera kuambil Handphone yang kuletakkan di meja belajar. Halo: Maaf dengan siapa ini?, tanyaku. Saya Ayana apa benar ini nomor Rizal jawabnya?. Maaf, sepertinya kamu salah sambung, ini bukan nomor Rizal tapi ini nomor saya nama saya Rezky. Lho salah ya? maaf nih kalau begitu, maaf udah ganggu ya, oke ga apa-apa jawabku. Tut… tut.. tut.. kudengar suara telepon ditutup. Aku pun kembali lagi ke tempat tidur sambil memikirkan orang yang salah menelepon tadi. Ayana? Pikirku, perasaan aku baru denger nama itu. Ya sudahlah ngapain juga dipikirin. Aku pun melanjutkan tidur yang tadi sempat terganggu.
Esok harinya hari Senin seperti biasa aku pergi ke Sekolah. aku saat ini sudah SMA kelas XI, Sekolahku adalah sekolah yang lumayan menjadi favorit di kota tempat tinggalku. Aku selalu berangkat ke sekolah memakai Motor Ninja kebanggaanku yang diberikan Ayah sewaktu ulang tahunku yang lalu. Ayahku sebenarnya menyuruhku naik Mobil pribadi keluarga kami jika pergi sekolah. Tapi aku tidak mau karena aku memang suka naik Motor dan merasa malu jika pergi sekolah diantar jemput. Kesannya jadi seperti anak manja.
Pagi ini aku berangkat lebih pagi, sengaja aku lakukan agar aku bisa santai mengendarai motorku. Jarak rumahku dari Sekolah sekitar ±5 km. Tiba-tiba baru beberapa menit aku mengendarai motor, aku melihat seorang anak perempuan berseragam SMA sama sepertiku terlihat kebingungan di pinggir jalan. Aku pun segera menepi dan bertanya pada gadis itu. “Kamu anak SMAN 1 ya?” tanyaku, perasaan aku belum pernah lihat kamu ya, Iya aku siswi baru tapi maaf nih bisa tanya tidak?, Aku belum tahu alamat sekolah, tadi sebenarnya aku sudah janjian sama Rizal saudaraku buat berangkat bareng ke sekolah tapi dia gak kelihatan sampai jam segini.
Oh kalu begitu barengan sama aku saja yuk, aku juga kebetulan sekolah disitu, lagian ini juga sudah siang, bisa-bisa kamu telat datang kalau harus naik angkutan umum. Dia tidak menjawab. Tapi gak apa-apa nih aku ikut? Ya enggak lah jawabku. Lagian kita kan cuma bareng ke sekolah. Oh iya maaf banget ya udah ngerepotin kamu kaya gini. Iya gak apa-apa jawabku.
Oh kalu begitu barengan sama aku saja yuk, aku juga kebetulan sekolah disitu, lagian ini juga sudah siang, bisa-bisa kamu telat datang kalau harus naik angkutan umum. Dia tidak menjawab. Tapi gak apa-apa nih aku ikut? Ya enggak lah jawabku. Lagian kita kan cuma bareng ke sekolah. Oh iya maaf banget ya udah ngerepotin kamu kaya gini. Iya gak apa-apa jawabku.
Seperti biasa setiap hari Senin di sekolahku diadakan Upacara Bendera, Setelah upacara berakhir aku pun segera menyelinap ke kelas di saat siswa lain masih mendengarkan pengumuman di lapangan. Males pikirku, panas-panas gini malah disuruh kumpul di lapangan. Selang beberapa menit kemudian bel masuk berbunyi dan semua siswa pun masuk ke kelas.
Tidak lama kemudian Guru mata pelajaran pertama masuk, saat ini pelajaran pertama adalah Pelajaran PLH. Terlihat guru tersebut masuk bersama seorang siswi, tapi aku tidak terlalu memperhatikan karena aku masih sibuk dengan headsetku.
Anak anak, kelas kita kedatangan siswi baru pindahan dari Jakarta. Silahkan ucapkan perkenalan dulu. Baik terimakasih Pak, nama saya Ayana Shahab, Saya pindahan dari SMA Negeri 3 Jakarta. Saya biasa dipanggil Ayana atau bisa juga Achan, Salam kenal semua.
Aku kaget, dia kan yang tadi barengan sama aku waktu pergi ke sekolah, ternyata namanya Ayana. Aku perhatikan murid baru ini, Wajahnya cantik pikirku, kulitnya putih senyumnya juga manis, tingginya sekitar 155 cm dangan rambut berponi dan dikuncir ke belakang. Aku pun menyimpulkan bahwa dia pasti keturunan Indo.
Anak anak, kelas kita kedatangan siswi baru pindahan dari Jakarta. Silahkan ucapkan perkenalan dulu. Baik terimakasih Pak, nama saya Ayana Shahab, Saya pindahan dari SMA Negeri 3 Jakarta. Saya biasa dipanggil Ayana atau bisa juga Achan, Salam kenal semua.
Aku kaget, dia kan yang tadi barengan sama aku waktu pergi ke sekolah, ternyata namanya Ayana. Aku perhatikan murid baru ini, Wajahnya cantik pikirku, kulitnya putih senyumnya juga manis, tingginya sekitar 155 cm dangan rambut berponi dan dikuncir ke belakang. Aku pun menyimpulkan bahwa dia pasti keturunan Indo.
Pak guru pun mempersilakan duduk, kebetulan pada saat itu bangku kosong hanya ada di sampingku dan satu lagi di belakangku, berhubung pak guru juga menyuruh lebih dulu mengisi bangku yang di depan, jadilah aku sebangku dengan Ayana.
Saat akan duduk dia tersenyum dan menyapaku, Pagi!, Boleh saya duduk disini? Aku terkejut, silakan jawabku. Akupun berbasa basi dengan dia. kamu yang tadi pagi bareng berangkat sekolah kan? Iya jawabnya, nama saya Ayana ucapnya lagi sambil mengulurkan tangan, saya Rezky jawabku sambil menyambut uluran tanganya. Mohon bimbinganya ya!! Iya jawabku agak gugup. Pelajaran pun dimulai seperti biasa, aku pun tidak memperhatikan Ayana lagi, sibuk kembali dengan Novel dan Headsetku.
Jam 10.00 bel istirahat berbunyi, semua siswa segera keluar kelas, tapi aku tidak bergeming sedikit pun, masih berkutat dengan headset dan Novel yang sedang aku baca. Kulirik sebentar ke sampingku, ayana terlihat masih sedang menulis sesuatu, kamu gak pergi ke kantin? tanyaku, mana tahu aku kantinnya dimana jawabnya sambil tersenyum manis sekali. Lha bukannya lagi ngerjain tugas? Tanyaku lagi. Bukan, ini bukan tugas. Aku Cuma sedang menulis sesuatu di buku diari-ku jawabnya. Ooo… Aku pun menarik tangannya, ya sudah ayo ikut aku ke kantin daripada bosen disini.
Waktu itu di kantin tidak terlalu penuh, aku dan Ayana duduk di sebuah bangku yang menghadap ke taman, akupun memesan semangkuk Bakso seperti yang biasa aku lakukan, kamu mau makan juga Aya? Tanyaku. Boleh jawabnya, akupun memesan satu lagi bakso untuk Ayana. Akupun segera makan dengan lahap. Setelah itu kami berdua masuk ke kelas karena bel baru saja berbunyi.
Waktu itu di kantin tidak terlalu penuh, aku dan Ayana duduk di sebuah bangku yang menghadap ke taman, akupun memesan semangkuk Bakso seperti yang biasa aku lakukan, kamu mau makan juga Aya? Tanyaku. Boleh jawabnya, akupun memesan satu lagi bakso untuk Ayana. Akupun segera makan dengan lahap. Setelah itu kami berdua masuk ke kelas karena bel baru saja berbunyi.
Saat bel pulang berbunyi aku pun segera membereskan semua peralatan yang terserak di meja dan pergi ke parkiran. Aku pulang duluan ya Aya! Pamitku pada Ayana, oke sampai ketemu besok ya jawabnya. Siip. Aku pun segera melangkah keluar dari kelas meninggalkan Ayana yang masih membereskan semua buku-bukunya.
Segera kuhidupkan Motor dan kupanasi sebentar, setelah itu segera ku pacu motorku untuk pulang. Tapi tiba-tiba aku melihat Ayana di dekat gerbang depan sedang berdiri sendirian, kesempatan nih pikirku, aku segera menghampiri dan mengajaknya pulang, Aya kok belum pulang?. Iya lagi nunggu bis ini juga jawabnya. Bareng aja sama aku yuk ucapku nanti aku antar deh, emang rumahmu dimana? itu dijalan MH Thamrin, nah aku juga sama ke arah sana, yuk sekalian aja. Iya deh maaf ya ngerepotin lagi ujarnya sambil tersenyum. Ya enggak lah jawabku senang.
Ternyata rumah Ayana adalah rumah besar dan bagus yang sering aku lewati saat akan berangkat ke sekolah. Segera kuhentikan motorku di depan pagar rumahnya yang tinggi bercat putih itu, makasih ya sudah anterin aku, ucap Ayana, iya sama sama jawabku. Mampir dulu yuk ke rumahku minum dulu kek biar seger, makasih Aya tapi maaf lain kali saja ya aku main ke rumah kamu, aku cape banget nih mau tidur, oh iya ya udah sekali lagi makasih ya, dan hati hati di jalan! Makasih ucapku.
Setibanya di kamar aku segera berbaring dan memikirkan pertemuan tadi pagi dengan Ayana, setelah dilihat-lihat dia cantik banget ya pikirku, untung tadi pagi aku ajak bareng berangkat sekolah jadi bisa kenal deh sama dia. Bego gue, pikirku kenapa tadi ga minta nomor hp-nya, aku malah ngomong sendiri.
Esoknya pagi-pagi sekali, aku sangat bersemangat berangkat ke sekolah, orang-orang rumah sampai heran sendiri, soalnya boro-boro pergi ke sekolah pagi-pagi, dibangunin saja susahnya minta ampun. Biasanya aku pasti berangkat sekolah lima menit menjelang bel masuk, tapi semenjak ada Ayana rasa malas pergi ke sekolah jadi hilang. Aku berusaha memacu motorku. Semoga Ayana belum berangkat sekolah pikirku, biar bisa ngajak bareng Ayana lagi. Bertepatan saat aku sampai di dekat rumahnya, Ayana kulihat sedang membuka gerbang. Cepat-cepat aku hampiri dia, Hei Ayana, Sapaku. Hei Rezky Loh kok kamu ada disini? Iya jawabku, tadi sekalian pas aku lagi naik motor lihat kamu keluar dari gerbang ya aku samperin aja. Sekalian bareng yuk ucapku! Yah ngerepotin lagi dong ucapnya sambil tersenyum. Jangan bilang gitu lah, kan kita temen.
Sepanjang jalan aku senyum-senyum sendiri, siapa sih yang gak seneng berangkat bareng sama cewek secantik Ayana.
Sampai di sekolah bel masuk ternyata belum berbunyi hal ini aku manfaatkan untuk bisa lebih mengenal Ayana.
Aya, aku memulai pembicaraan. Kenapa kok kamu pindah dari sekolahmu yang lama ke sini? Oh itu karena orang tuaku mendapat tugas pekerjaanya ya di kota ini, dan berhubung karena orang tuaku juga dari dulu sudah punya rumah disini makannya aku dimasukkan ke sekolah ini, sekolah SMA terdekat dari rumahku. terus hobi kamu apa aja Aya? Hobi aku Nyamyi, dance, pokoknya yang berhubungan dengan Musik, terus aku suka bersepeda, dan juga Tidur Hehehe… kalau kamu? Nah lho kok tidur? Biarin jawab Aya. Kalau aku juga hampir sama hobinya aku suka nyanyi, main gitar, dengerin musik, bersepeda, baca Novel dan futsal.
Aya, aku memulai pembicaraan. Kenapa kok kamu pindah dari sekolahmu yang lama ke sini? Oh itu karena orang tuaku mendapat tugas pekerjaanya ya di kota ini, dan berhubung karena orang tuaku juga dari dulu sudah punya rumah disini makannya aku dimasukkan ke sekolah ini, sekolah SMA terdekat dari rumahku. terus hobi kamu apa aja Aya? Hobi aku Nyamyi, dance, pokoknya yang berhubungan dengan Musik, terus aku suka bersepeda, dan juga Tidur Hehehe… kalau kamu? Nah lho kok tidur? Biarin jawab Aya. Kalau aku juga hampir sama hobinya aku suka nyanyi, main gitar, dengerin musik, bersepeda, baca Novel dan futsal.
Teeeettt… bel masuk berbunyi kami pun mengakhiri pembicaraan kami dan fokus pada pelajaran. Singkat cerita, pelajaran hari ini sudah berakhir. Kami pun bergegas membereskan semua peralatan dan bersiap pulang. Aya nanti sore ada acara tidak? Aku bertanya pada Ayana. Enggak memangnya ada apa? Sahut aya. Gimana kalau nanti sore kita bersepeda yuk, kita cari udara segar sambil aku ajak kamu keliling daerah sini, oh boleh boleh, sekalian juga aku mau jalan-jalan soalnya bosen juga diam di rumah seharian. Oke nanti aku jemput ke rumah kamu jam 4 sore ya Aya, iya nanti aku tunggu deh! Oke yok kita pulang. Sipp.
Setibanya di depan rumah Aya, terimakasih ya Rezky udah nganterin aku pulang, sampai ketemu nanti sore ya, hati hati di jalan. Iya makasih Aya… diapun segera melangkah menuju rumahnya. Tiba-tiba aku ingat sesuatu, Aya! Panggilku, iya ada apa Rezky? Hampir aku lupa boleh aku minta nomor Hp kamu? Oh ya tentu boleh lah. Ini nomorku 08xx xxxx xxxx udah ya. Daaah! Aku pun senang bukan kepalang bisa mendapat nomor hp Ayana, aku amati nomor telepon Ayana, rasannya aku pernah lihat nomor ini, tiba-tiba aku teringat seorang cewek bernama Ayana yang dulu pernah salah telepon ke nomorku yang dia sangka Rizal. Ternyata memang benar, nomor salah sambung dulu benar benar nomor Ayana yang saat ini ada padaku. Ini pasti sebuah pertanda, pikirku senang.
Pukul 16.00 sore aku sudah menunggu Ayana di depan rumahnya setelah sebelumnya aku SMS dia, tidak lama, Ayana pun keluar. Hei kita mau kemana nih Rezky? Ke taman saja yuk biasanya jam segini banyak juga yang bersepeda disana, oke let’s go!!!
Sepanjang jalan kami ngobrol dan bertukar pengalaman tentang keadaan sekolah, pelajaran, keluarga, hobi dan lain lain sampai akhirnya aku bertanya padanya. Aya kamu inget gak waktu itu kamu pernah salah telpon ke aku? Salah telpon? Kapan ya? Waktu itu hari minggu kamu mau nelpon orang yang namanya Rizal tapi ternyata malah nomor aku yang dipanggilnya. Yang bener? Sebentar aku ingat ingat dulu, oh iya aku inget waktu itu aku mau telepon saudara aku Rizal buat nanyain alamat sekolah. Ternyata Rezky yang ditelepon itu kamu ya! Hehe iya kayaknya itu udah pertanda deh Aya ucapku tanpa sadar keceplosan. Pertanda apa? tanyanya sambil tersenyum. Aku jadi salah tingkah, Oh eh enggak kok hehe becanda.
Hari-hari kami lalui bersama, aku semakin akrab dengan Ayana, kami kini sudah tidak canggung lagi ngobrol, belajar bersama, mengerjakan tugas, jajan di kantin, pulang dan berangkat bersama. Sampai suatu hari di kelas aku ingin pinjam buku catatan Sejarah Ayana, karena aku kemarin lupa mencatat. Saat itu Ayana sedang pergi ke perpustakaan. Aku pun membuka tasnya dan secara tidak sengaja aku melihat sebuah buku catatan kecil yang terbuka. Aku membaca isi buku catatan kecil itu.
Dear diary 12 April 2012
Hari ini adalah ke sekian yang aku lewati bersama seseorang yang sangat berarti yang ku sebut sahabat, meskipun dalam hatiku aku selalu menganggap dia lebih dari sekedar sahabat. Sifatnya yang cuek tapi terkadang lucu dan menghibur, dia yang duduk sebangku denganku, dia yang selalu pergi dan pulang sekolah bersamaku, dan dia yang pertama kali kukenal saat mengajakku ke sekolah ketika aku kebingungan mencari alamat sekolah baruku. Entah sejak kapan perasaan suka ini ada mungkin sejak aku pertama mengenal dia, aku ingin dia tahu perasaanku yang sebenarnya tapi apakah dia juga mempunyai perasaan yang sama terhadapku?
Hari ini adalah ke sekian yang aku lewati bersama seseorang yang sangat berarti yang ku sebut sahabat, meskipun dalam hatiku aku selalu menganggap dia lebih dari sekedar sahabat. Sifatnya yang cuek tapi terkadang lucu dan menghibur, dia yang duduk sebangku denganku, dia yang selalu pergi dan pulang sekolah bersamaku, dan dia yang pertama kali kukenal saat mengajakku ke sekolah ketika aku kebingungan mencari alamat sekolah baruku. Entah sejak kapan perasaan suka ini ada mungkin sejak aku pertama mengenal dia, aku ingin dia tahu perasaanku yang sebenarnya tapi apakah dia juga mempunyai perasaan yang sama terhadapku?
Aku tertegun membaca buku diari Ayana, apa mungkin yang dimaksud Ayana dalam diari-nya itu aku? Akupun segera membereskan buku Ayana kembali dan tidak jadi meminjam buku catatan Sejarahnya. Aku terus kepikiran tentang isi diari – Ayana, sampai akhirnya Ayana menegurku. Rezky kok kamu melamun melulu dari tadi? Kamu sakit?, atau kamu ada masalah?. Eh enggak kok Ayana jawabku, aku Cuma ngantuk saja tambahku sambil tersenyum kepada Ayana. Oh kirain ada apa. Supaya gak ngantuk kita ke perpus saja yuk kita cari bahan bahan buat tugas kelompok Bahasa Indonesia. Ucapnya sambil menarik tanganku.
Aku benar-benar kepikiran soal diary – Ayana tadi, aku sih senang senang saja kalau Ayana menaruh perasaan suka padaku, karena dari awal ketemu dia juga aku sudah suka sama dia dan kagum dengan kecantikan dan kelembutannya. Tapi bagaimana kalau yang dimaksud Ayana dalam diary-nya itu ternyata bukan aku?. Aku jadi serba salah, kuperhatikan Ayana yang sedang mencari buku.
Saat di perjalanan pulang pikiranku pun tidak karuan, aku rasa aku harus bilang yang sejujurnya pada Ayana. Dengan hanya bermodalkan keyakinan, aku bertanya pada Ayana. Aya, boleh aku bertanya sesuatu? Boleh jawabnya, mau tanya apa?. Tadi waktu kamu sedang ke perpustakaan aku mau meminjam buku sejarah milik kamu, tapi aku menemukan sebuah diary kecil yang terbuka, terus aku baca isinya. Wajah Ayana tiba-tiba memerah dan dia pun tertunduk. Apa yang kamu maksud dalam buku diary itu adalah aku Aya?. Dia tidak segera menjawab. Benar Rezky, semua yang ada dalam diary-ku adalah kamu. Apa benar kamu menyukaiku Aya? Benar… Aku pun akhirnya lega. Aya aku juga ingin jujur sama kamu, aku sebenarnya suka sama kamu dari saat aku mengenal kamu, kamu cantik, lembut, dan baik hati serta bisa menghiburku di saat aku sedang ada masalah, aku sangat berharap hubungan kita bukan hanya sekedar sahabat tapi bisa lebih dari itu… mau kah kamu jadi kekasihku ayana? Ucapku dengan penuh harap. Kulihat Ayana tidak segera menjawab dia malah diam membisu. Aku pun segera berkata, kamu tidak perlu menjawab sekarang Ayana, dengan hanya kamu tahu saja perasaanku padamu itu sudah lebih cukup bagiku. Ya sudah Aya aku duluan ya, sampai jumpa Aya.
Malam harinya saat aku sedang termenung di jendela melihat kerlap-kerlip bintang di langit, aku mendapat sebuah pesan dari Ayana. Hai Rezky, kamu masih idup gak? Hehe sori bercanda. Mengenai pernyataan kamu tadi aku sudah pikirkan baik-baik, tapi maaf untuk saat ini aku rasa aku masih belum bisa nerima kamu jadi pacar aku, mungkin nanti ya kalau kita sudah sama-sama lulus SMA baru aku bisa terima kamu. Itu juga kalau kamu bisa nunggu hehe. Aku terlalu sayang sama kamu jadi aku gak ingin jika nanti kita putus, bakal ada permusuhan di antara kita. Lebih baik kita jalani aja seperti sekarang ya sebagai dua orang sahabat yang saling menyayangi, Oke!!
Aku membaca pesan Ayana itu, dan akupun bisa mengerti apa yang dimaksud oleh Ayana. Mungkin memang itu yang terbaik buat kami berdua saat ini. Love You Achan aku akan selalu menunggumu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar