Sabtu, 02 November 2013



Seseorang ayah pasti sangat sibuk dengan urusan kerjanya tapi Ayahnya tidak, ia selalu di anggap sebagai seseorang putri raja, saat Ria berumur 2 tahun ia selalu diajak ayahnya pergi untuk menyenangkan Ria? ayahnya selalu melakukan hal konyol meski sebenarnya itu tak lucu tapi ayah selalu berusaha agar Ria tersenyum.
Alasan ayahnya mengutamakan ia dibanding kakak-kakaknya karena sejak Ria di dalam kandungan, orang tua Ria diusir dengan neneknya Ria. nenek pun mengusir dengan sadis karena hasutan tetangganya “anak mu sudah menikah tapi anak mu kenapa masih tinggal bersama mu? Contoh lah anakku, dia sudah memiliki rumah sendiri” ucap tetangganya. dan dengan berat hati nenek mengusir ibu walau ibu sedang mengandung Ria.
Itu lah sebab ibu membenci Ria, ibu selalu menganggapnya anak pembawa sial, tapi lain pendapat Ayah? ayah tak pernah membiarkan anaknya bersedih karena di beda-beda kan?
Hari demi hari berganti bulan dan bulan berganti tahun. umur Ria pun bertambah. Saat ia berumur 5 tahun, tepat di depan rumahnya tumbuh pohon jambu yang agak tinggi, setiap ia diomelin ibunya, ia selalu naik ke pohon itu. ia tak peduli meski tinggi tetap ia daki demi tak ingin membentak ibu. Entah kenapa ibu tak pernah memperdulikannya.
Hari kamis, dan malam jumat, itu jadwal ibu pergi mengaji. Seperti biasa ia hanya dikurung di dalam rumah. Hanya menangis dan menangis yang bisa ia lakukan?, tapi tuhan tak membiarkan semua itu terjadi, tiba-tiba Ayahnya pulang dan melihat ria di rumah dikunci di dalam kamar, Ayah pun kesal dengan tangisannya? ayah langsung menyusul ibu ke pengajian dan meminta kunci rumah, ibu pun ikut menyusul ayah ke rumah. Tanya ayah “kenapa Ria dikuncikan di dalam rumah?”. ibu pun panik untuk menjawab, ayah muak melihat ibu dan akhirnya ayah menyuruh ibu meminta maaf. “cepat kamu minta maaf pada Ria” ucap ayah. hatinya ingin sekali mengadu semua yang terjadi tapi ia tak ingin orang tuanya ribut dan Ria pun memaafkannya.
Ayah tak ingin semua yang buruk terjadi padanya, akhirnya Ria dibawa ke Jakarta dan dibesarkan oleh neneknya, waktu pun berjalan dengan cepat, iya pun disekolahkan ayah? karena ayah sangat sayang padanya, setiap bel istirahat ayah selalu datang ke sekolahan ria meski jarak tempat kerja ayah dengan ria jauh tapi ayah tetap ingin istirahat bareng ria.
Sekolah dasar pun tamat, Ria melanjutkan sekolah ke SMP (Sekolah Menengah Pertama) sekolah itu sangat terfavorit dan disana terkenal dengan cowok-cowok yang tampan dan pintar, memang tujuan ia pertama sekolah untuk belajar tapi sesudah ia masuk kesitu, hatinya pun sudah merasakan getaran asmara, bila dekat lelaki dia sudah agak merasa malu dan ingin selalu berdandan agar menarik dilihat
Hari pertama MOS (Masa Orientasi Siswa) ditengok kanan-kirinya banyak sekali cowok-cowok tampan, ia pun mulai menyukai kakak pembinanya yang bernama “FERDY”, dia adalah idaman cewek-cewek di sekolah itu tapi karena terlalu banyak yang menyukainya akhirnya Ria hanya mengaguminya saja tanpa ingin selalu bersamanya, ia pun mulai beradaptasi dengan lingkungannya saja tapi di sisi lain ingin dewasanya, pasti selalu ada Ayah yang selalu menganggapnya sebagai putri yang harus selalu dijaga.
Ia pun mulai memasuki kelas, dan ia mempunyai banyak teman disana. Banyak perubahan yang ia dapat di sekolahnya yang baru. Teman-temannya agak sedikit dewasa, semua kelakuan anak kecilnya ia ubah menjadi seperti teman-temannya: dewasa, santun, tapi tetap banyak bercanda? hehehehe karena Ria sangat cantik jadinya ia banyak yang mengenal, ya bisa disebut (tenar) tapi ia tidak sombong.
Dari setiap anak laki-laki di sekolah itu pun banyak yang mau berkenalan dengannya, karena ia sangat sengang dengan ka Ferdy itu, semua laki-laki yang mengajak berkenalan ia tolak. Tapi kenapa ka Ferdy cuek terhadapnya? Tapi ia tak memperdulikannya “jika jodoh gak akan kemana-kemana kok, mungkin ka Ferdy sedang capek jadi ia tak melirik sedikit pun ke aku” gerutunya dalam hati, tapi meski ka Ferdy cuek, ia selalu cari perhatiaan pada kakak pembinanya itu.
Dan akhirnya pun semua berhasil, kak Ferdy pun mempunyai rasa yang sama, mereka berdua pun menjalin hubungan berpacaran, “meski aku belum pernah menjalin hubungan pacaran dan belum tau apa itu pacaran, yang penting aku selalu bersama ka Ferdy” ucapnya selalu dalam hati. Hari itu entah ada angin apa dan ka Ferdy mengajaknya ke kantin bersamanya, eh ternyata sudah ada ayah yang menunggunya di kantin. hatinya yang tadi bermekaran kini menjadi layu dan kecewa.
Ka Ferdy pun berbisik “ayah mu datang, biar kamu bersama ayah mu saja”. dan aku pun hanya tersenyum “sebenarnya aku ingin sekali makan berrsama pacar ku” ucapnya dalam hati, dan ia pun menghampiri ayahnya dengan wajah yang tertekuk. ayahnya hanya tersenyum melihat anaknya yang ia sangat sayang cemberut, ayah pun tak melupakan kebiasaan konyolnya yang berusaha membuat ia tersenyum lagi, sesudahnya ia istirahat ayah pamit untuk ke kantornya lagi.
Dan bel pulang akhirnya berbunyi, ternyata ayah seperti biasanya lagi menunggu di gerbang sekolah untuk pulang bareng “ah, aku gagal lagi pulang bareng kak Ferdy?” gerutunya dalam hati, teman-temannya akhirnya menyadari dan ia di sekolah di panggil ANAK AYAH, meski begitu ia pun tak memperdulikannya tapi kini ia tak ingin semua berlanjut. Sesampai di rumah ia sekali ini membentak ayah “ayah aku bukan anak kecil lagi, stop! Mengawasi ku” ucap ku pada ayah tapi ayah tak menjawab hanya memasang wajah sedih.
Pagi pun tiba, gara-gara ia semalam memikirkan agar ayah tak menanggap ia anak kecil, ia sampai kesiangan, “ayah, ayah” ia memanggil ayahnya tapi tak ada suara yang menjawab, dan akhirnya ia sadari “mungkin ayah sudah pergi ke kantor?” dan ia menelpon ka Ferdy agar menjemputnya tapi kak Ferdy hanya menjawab “kamu siapa? Sana kamu ke Ayah mu saja, dasar anak Ayah”, aku pun menangis, dan ternyata ayah di belakang, saat aku menatap ayah, ayah mengusap air matanya “maaf kan Ayah yang selalu memperlakukan mu sebagai anak kecil” ucap ayah. ayah selalu ada buat aku.
Sesampai di sekolah, “aku tak ingin mengenal siapa pun selain ayah” ucapnya pada ka Ferdy, dan bel berbunyi ia langsung ke kantin tapi tak ada ayah “ayah kemana ya?” tanyanya pada hatinya. Sampai ibu/bapak kantin pun bertanya “ayahnya kemana Ria, biasanya sudah kesini?” tapi aku hanya diam dan duduk sendiri. sampai istirahat selesai tapi ayah tak kunjung tiba.
Akhirnya jam pulang pun tiba, tapi ayahnya tak juga menjemputnya “mana ayah?” dia menunggu sampai sekolah sepi tapi ayah tak datang. sesampainya di rumah ia melihat bendera kuning di depan pintunya “inalillahi siapa yang meninggal?” tanyanya pada tetangganya dan disitu ada ibunya, ibunya pun langsung memeluknya “sabar ya sayang, ayah sudah bersama tuhan disana” ucap ibu. aku pun masuk ke dalam rumah, tak mau aku mendengar semua yang mereka katakan. Dan aku melihat ayah sudah tak bernyawa “ya tuhan ini hanya mimpi kan? Tolong sadarkan aku tuhan, aku tak mempercayai semua ini?”. aku tak ingin semua ini terjadi, tapi tuhan berkata lain, hanya boneka darinya yang kini bisa aku peluk? aku sayang ayah?
Dan masih banyak lagi bonekanya?
Setelah ayah pergi? warna awan tak terasa biru, semua berwarna hitam.
Dan ternyata setiap ada masalah selalu ada hikmahnya, ibu mulai menyayangi ku dan mulai memanjakan ku tapi tak seperti ayah yang selalu menghabiskan waktu nya bersama ku “ayah baiknya di sana? aku akan menjadi seperti yang ayah inginkan”.
Di terakhir pemakaman ayah, berat sekali untuk aku pulang. “ayah selalu berusaha untuk tetap bersama ku tapi kenapa kali ini ayah tega meninggalkan ku?” ucapnya pada sang ibu? dan ibu nya pun ikut tinggal bersama aku dan nenek di jakarta
Hari ini meski ia masih berduka tapi tetap harus sekolah, ternyata pas istirahat tiba-tiba ibunya berada di kantin untuk menemaninya makan siang, “di dalam kehidupan yang menyedihkan ini tapi aku tetap di buat tersenyum oleh keindahan tuhan” tapi ibu tak menjemput ku, tak seperti ayah, ia pulang hanya sendiri dan ternyata ka Ferdy masih mencintai Ria, mereka pun akhirnya pulang bareng.
Sesampai di rumah, ia tidur-tiduran untuk mengistirahatkan otot-otot yang pegal, ibu pulang dengan membawa sebuah boneka lucu dan sebuah hamburger, “mana yang akan kamu pilih sayang?” tanyanya. Dan jawab ku “aku ingin boneka”. ucap ibu: “tapi ayah mu pernah bilang kalau kamu sudah dewasa, untuk orang dewasa bukan boneka tapi hamburger” cemberut nya “aku gak mau jadi orang dewasa bila kehilangan orang yang memanjakan ku, lebih baik aku memilih untuk menjadi anak kecil?”. Ria dan ibu beserta kakak-kakaknya pun mulai hidup baru tanpa ayah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar