Setelah naik tahta Hayam Wuruk bergelar Sri Rajasanegara. Pada
masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mengalami zaman keemasan.
Hayam Wuruk didampingi oleh Patih Gajah Mada. Hayam Wuruk menjadi raja
Majapahit yang paling besar. Gajah Mada meneruskan citacitanya. Satu per
satu kerajaan di Nusantara dapat ditaklukkan di bawah Majapahit.
Wilayah kerajaannya meliputi hampir seluruh wilayah Nusantara sekarang,
ditambah Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Melayu.
Pada
masa ini, Majapahit menjalin hubungan dengan kerajaankerajaan di daerah
daratan Asia Tenggara seperti India, Muangthai, Kamboja, dan Cina.
Dengan kemajuan hubungan itu, perdagangan dan pelayaran kerajaan
Majapahit semakin maju. Bandar-bandar Majapahit, seperti Ujung Galuh,
Tuban, Gresik, dan Pasuruan ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari
Cina, India, dan Persia.
Selain
berkembang menjadi kerajaan maritim yang besar, Majapahit juga menjadi
kerajaan agraris yang maju. Hayam Wuruk membangun waduk dan saluran
irigasi untuk mengairi lahan pertanian. Beberapa jalan dan jembatan
penyeberangan juga dibangun untuk mempermudah lalu lintas antardaerah.
Hasil pertanian Majapahit antara lain beras, rempahrempah, kapas,
sutera, dan hasil-hasil perkebunan.
Hayam
Wuruk juga memperhatikan kegiatan kebudayaan. Hal ini terbukti dengan
banyaknya candi yang didirikan dan kemajuan dalam bidang sastra.
Candi-candi peninggalan Majapahit, antara lain Candi Sawentar, Candi Sumberjati, Candi Surawana, Candi Tikus, dan Candi Jabung. Karya sastra yang terkenal pada masa Kerajaan Majapahit ialah Kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca dan Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular. Dalam kitab Negarakertagama terdapat istilah Pancasila.
Sedangkan di dalam Sutasoma terdapat istilah Bhinneka Tunggal Ika. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, terjadi Perang Bubat. Perang
Bubat terjadi antara Kerajaan Majapahit dan kerajaan Pajajaran. Hayam
Wuruk bermaksud mempersunting Diyah Pitaloka (Ciptaresmi), putri raja
Pajajaran. Pihak Majapahit mengirim utusan untuk melamar. Pihak
Pajajaran dan utusan tersebut membuat kesepakatan. Isinya raja Majapahit
tidak melamar ke istana Pajajaran, tetapi di perbatasan kedua kerajaan,
yaitu di Desa Bubat.
Raja
Pajajaran memimpin secara langsung rombongan putrinya ke Desa Bubat.
Patih Gajah Mada mempunyai rencana lain. Gajah Mada memkasa raja
Pajajaran yang sudah ada di Desa Bubat untuk mempersembahkan putrinya
sebagai upeti kepada Raja Hayam Wuruk. Permintaan itu ditolak oleh raja
Pajajaran, sehingga terjadi perang besar di Desa Bubat.
Seluruh
rombongan Kerajaan Pajajaran, termasuk raja dan puterinya tewas. Hayam
Wuruk tidak berkenan atas tindakan Gajah Mada. Sejak peristiwa itu,
hubungan keduanya renggang. Gajah Mada wafat pada tahun 1364 M.
Sedangkan Hayam Wuruk wafat padatahun 1389. Setelah dua tokoh ini wafat,
Majapahit mengalami kemunduran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar