Sabtu, 14 September 2013

raja airlangga

SUMBER-SUMBER SEJARAH PEMERINTAHAN AIRLANGGA

1)      “Prasasti  Baru “(Cane) yaitu raja telah memberi anugrah kepada rakyat Desa Barudengan dengan desa tersebut sebagai Sima karena masyarakat telah memberi layanan kepada tentara dan Raja Airlanggayang menginap di tempat tersebut.
2)      “Prasasti Terep” padatahun 954 saka (21 okt 1032 M) ,yang mengatakan bahwa Airlangga mengalami kekalaha sehingga ia terpaksa meninggalkan keratonnya di W”
3)       Prasasti Kamalagyan (Kelagen), yang berisi memperingati pembuatan bendungan di Waringin Sapta.dan juga menyatakan penurangan pajak yang harus diserahkan ke kas kerajaan Hamalagya.
4)      ” Prasati Turun Hyang” ,Tahun 958 Saka ( 1036 M), menyebutkan bahwa tidak ada lagi musuh, sehingga Airlangga menepati janjinya untuk menetapkan desa Han Hyang sebagai Sima.
5)      ” Prasasti Pamotan” Tahun 964 Saka (19 DES 1042 M), ditemukan di desa Pamotan, kecamatan  Sambeng, Kabupaten Mojokerto Jatim. Prasasti ini mengatakan bahwa pusat kerajaan Airlangga yang terkhir adalah di desa Dahana

MASA PEMERINTAHAN AIRLANGGA

            Airlangga memerintah dari tahun 1019-1042 M dia lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada pembangunan dalam negeri. Airlangga pada permulaannya pemerintahannya harus menyatukan daerah-daerah kerajaan yang telah terpecah – pecah. Usaha Airlangga mempersatukan kerajaan medang selesai dalam tahun 1037 M berarti seluruh jawa timur berada dalam kekuasaannya.

            Dalam Prasasti Pucangan menyebutkan bahwa Airlangga dapat menyelamatkan diri dari serangan raja Wurawari dan masuk hutan bersama seorang hambanya yang bernama Narottama. Saat terjadi serangan dia tidak bisa dibinasakan karena dia merupakan penjelmaan dewa Wisnu. Dalam hutan Airlangga tidak pernah melupakan pemujaan terhadap dewa-dewa siang dan malam. Karena itu para dewa sangat mengasihinya. Pada tahun 941 Saka                ( 1019 M ) Airlangga direstui oleh para pendeta Siwa Budha dan Maha Brahmana sebagai raja dengan gelar Rake Halu Sri Lokeswara Darmawangsa Airlangga Anantawikaramotunggadewa. Dia dinobatakan di Halu setelah membuat patung piutnya yang di candikan di isana Bajra.

            Darmawangsa Airlangga dalam prasasti Pucangan merupakan menantu dari Darmawangsa Teguh. Berarti dia bukanlah keturunan Mpu Sendok pendiri Dinasti Isana secara langsung. Hal itu yang membuat raja-raja bawahan Darmawangsa Teguh yang dulu tidak patuh lagi pada maharaja. Maka sebagian besar masa pemerintahan Airlangga dipenuhi dengan peperangan menaklukan raja-raja bawahan. Dalam prasasti pucangan dijelaskan bahwa Airlangga melakukan beberapa penyerangan yaitu :
1.      Menyerang ke Wuratan dan menglahkan raja Wisnu Prabhawa ( pada bulan Phalguna tahun 951 Saka/15 Februari 1030 M ).
2.      Mengalahkan Haji Wengker yang bernama Panuda dan menaklukkan kerajaannya pada tahun 953 Saka/1031 M, tapi Haji Wengker dapat melarikan diri dan melakukan pemberontakan pada tahun 957 M. Pemberontakan itu dapat di atasi dan Tahun 959 Saka Haji Wengker dapat ditangkap di Kapang.
3.      Menaklukkan raja Hasin pada tahun 952 saka ( 28 April 1030 M ) hal ini tertuang dalam prasasti Pucangan.
4.      Pada tahun 954 Saka ( 1032 M ) Darmawangsa Airlangga menyerang raja Wurawari dan akhirnya raja Wurawari dapat dikalahkan. Dengan dikalahkanya raja Wurawari maka lenyaplah perusuh diseluruh tanah Jawa.

            Pemerintahan Darmawangsa Airlangga pernah membangun bendungan di Waringin Sapta. Bendungan itu dibangun untuk menahan arus sungai bengawan
( Brantas ). Setelah bendungan selesai dibuat aliran sungai dipecah menjadi 3 arah utara. Selain itu raja juga membangun pertapaan atau tempat suci di gunung Pugawat di daerah Ngimbang dan merupakan desa Turun Hyang sebagai Sima. Pada masa Airlangga ada seorang pujangga yang berhasil mengubah kitab Mahabarata menjadi Arjunawiwaha. Pujangga itu bernama Mpu Kanwa ( Tahun 939 Saka ).

            Pusat pemerintahan Airlangga mula-mula berada di Wwatan mas, tapi setelah tahun 1032 M kerajaan diserbu musuh, raja memindahkan pusat kerajaannya ke Kahuripan tidak lama kemudian pusat kerajaan pindah di Dahanapura dan ini merupakan perpindahan yang terakhir. Setelah perpindahan yang terakhir kerajaan dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu kerajaan Pangjalu dengan pusatnya di Daha dan yang ke dua yaitu kerajaan Janggala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar