Rabu, 22 Januari 2014

Prepantun

Kerajaan Salakanagara

Pandeglang menyuguhkan banyak sejarah yang sangat menarik untuk di teliti. Salah satunya sejarah Kerajaan Salakanagara. Cihunjuran, Citaman, Pulosari dan Ujung Kulon merupakan tempat-tempat yang menyimpan banyak situs tentang Salakanagara. Di Cihunjuran misalnya, di tengah hamparan pesawahan terdapat beberapa batu-batu purba serta kolam-kolam pemandian purba tepatnya zaman Megalitikum.

]

Bukan hanya batu-batuan dan kolam-kolam purba yang menambah menariknya Cihunjuran, pemakaman Aki Tirem Luhur Mulia atau yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Angling Dharma dalam nama Hindu dan Wali Jangkung dalam nama Islam yang ukurannya tidak seperti pemakaman pada umumnya semakin menambah eksotisme sejarah di tempat tersebut.

Batu Dolmen, tumpukan menhir yang dikumpulkan oleh warga setempat, Batu Dakon dan Batu Peta yang sampai saat ini belum ada satu orang pun yang dapat menerjemahkan isi peta tersebut semakin menambah eksotisme nilai sejarah yang ada di situs Cihunjuran.



Ditengah rasa kekaguman dan keingintahuan terhadap eksotisme sejarah peninggalan Salakanagara rasa keingintahuan itu pun terpuaskan dengan adanya keterangan dari salah satu narasumber sekaligus tokoh masyarakat setempat. Bapak Entong begitulah panggilan akrab bapak yang diperkirakan umurnya diatas 60 tahun itu. Berikut beberapa keterangan dari beliau.



1. Kerajaan Salakanagara Ada Sejak Abad Ke 1 (satu)

Kerajaan Salakanagara merupakan kerajaan tertua yang ada di Nusantara. Raja pertama Kerajaan tersebut adalah Dewawarman. Dewawarman merupakan duta dari Kerajaan India yang diutus ke Nusantara (Pulau Jawa), kemudian Dewawarman dinikahkan oleh Aki Tirem Luhur Mulia dengan Putrinya yang bernama Larasati Sri Pohaci, maka setelah Dewawarman menjadi menantu dari Aki Tirem Luhur Mulia diangkatlah Dewawarman menjadi Raja I (pertama) yang memikul tampuk kekuasaan Kerajaan Salakanagara. Saat menjadi Raja Dewawarman I dinobatkan dengan nama Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapurasagara. Kerajaan Salakanagara beribukota di Rajatapura yang sampai tahun 363 menjadi pusat Pemerintahaan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I-VIII).



2. Nama lain Aki Tirem Luhur Mulia Aki Tirem Luhur Mulia yang merupakan mertua dari penguasa pertama kerajaan Salakanagara. Dewawarman lebih dikenal oleh masyarakat setempat (Cihunjuran) dengan nama Prabu Angling Dharma dan Wali Jangkung.

Nama inilah yang kemudian menjadi sebuah pertanyaan apakah Angling Dharma/Wali Jangkung hanya sebuah cerita rakyat biasa tanpa fakta ataukah nama Angling Dharma/Wali Jangkung memang benar-benar nama lain dari Aki Tirem Luhur Mulia? Tapi kalau ini memang benar adanya, lalu samakah Angling Dharma yang ada di Jawa Tengah dengan Angling Dharma versi masyarakat Cihunjuran?

Ada satu lagi hal yang menarik yang harus dipertanyakan. Kalau memang Angling Dharma itu nama lain dari Aki Tirem Luhur Mulia, lalu bagaimana dengan Wali Jangkung. Bukankah sebutan Wali hanya untuk orang-orang yang memeluk agama Islam? Lalu apa sebenarnya agama yang dianut oleh Aki Tirem Luhur Mulia? Islam kah atau Hindu? Apakah Aki Tirem Luhur Mulia (nama asli) beragama Islam atau Hindu? Tapi dari ritual yang dijalankan oleh masyarakat setempat dapat diartikan bahwa Aki Tirem Luhur Mulia telah di-Islam-kan oleh penduduk setempat.

Hal tersebut bisa terlihat dari ritual-ritual, yang dijalankan oleh masyarakat setempat terhadap situs kerajaan Salakanagara diantaranya: ziarah yang dilakukan di makam Aki Tirem Luhur Mulia yang menggunakan tata cara Islam mulai dari berwudhu dan bacaan-bacaan Ziarah.



3. Bukti-bukti Sejarah Peninggalan Salakanagara:

a.) Menhir Cihunjuran; berupa Menhir sebanyak tiga buah terletak di sebuah mata air, yang pertama terletak di wilayah Desa Cikoneng. Menhir kedua terletak di Kecamatan Mandalawangi lereng utara Gunung Pulosari. Menhir ketiga terletak di Kecamatan Saketi lereng Gunung Pulosari, Kabupaten Pandeglang.

Tanpa memberikan presisi dimensi dan lokasi administratif, tetapi dalam peta tampak berada di lereng sebelah barat laut gunung Pulosari, tidak jauh dari kampung Cilentung, Kecamatan Saketi. Batu tersebut menyerupai batu prasasti Kawali II di Ciamis dan Batu Tulis di Bogor. Tradisi setempat menghubungkan batu ini sebagai tempat Maulana Hasanuddin menyabung ayam dengan Pucuk Umum.



b.) Dolmen; terletak di kampung Batu Ranjang, Desa Palanyar, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang. Berbentuk sebuah batu datar panjang 250 cm, dan lebar 110 cm, disebut Batu Ranjang. Terbuat dari batu andesit yang dikerjakan sangat halus dengan permukaan yang rata dengan pahatan pelipit melingkar ditopang oleh empat buah penyangga yang tingginya masing-masing 35 cm. Di tanah sekitarnya dan di bagian bawah batu ada ruang kosong. Di bawahnya terdapat fondasi dan batu kali yang menjaga agar tiang penyangga tidak terbenam ke dalam tanah. Dolmen ditemukan tanpa unsur megalitik lain, kecuali dua buah batu berlubang yang terletak di sebelah timurnya.



c.) Batu Magnit; terletak di puncak Gunung Pulosari, pada lokasi puncak Rincik Manik, Desa Saketi, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang. Yaitu sebuah batu yang cukup unik, karena ketika dilakukan pengukuran arah dengan kompas, meskipun ditempatkan di sekeliling batu dari berbagai arah mata angin, jarum kompas selalu menunjuk pada batu tersebut.



d.) Batu Dakon; Terletak di Kecamatan Mandalawangi, tepatnya di situs Cihunjuran. Batu ini memiliki beberapa lubang di tengahnya dan berfungsi sebagai tempat meramu obat-obatan



e.) Air Terjun Curug Putri; terletak di lereng Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang. Menurut cerita rakyat, air terjun ini dahulunya merupakan tempat pemandian Nyai Putri Rincik Manik dan Ki Roncang Omas. Di lokasi tersebut, terdapat aneka macam batuan dalam bentuk persegi, yang berserak di bawah cucuran air terjun.



f.) Pemandian Prabu Angling Dharma; terletak di situs Cihunjuran Kabupaten Pandeglang. Menurut cerita rakyat, pemandian ini dulunya digunakan oleh Prabu Angling Dharma atau Aki Tirem atau Wali Jangkung.



Kesimpulan

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Salakanagara merupakan kerajaan tertua yang ada di nusantara. Hal itu dapat dilihat dari situs-situs peninggalan kerajaan tersebut. Kerajaan Salakanagara terdapat di Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang, dan situs-situs peninggalannya tersebar di Cihunjuran, Citaman, Gunung Pulosari, dan Ujung Kulon.

Menurut naskah “Pustaka Rayja-rayja I Bhumi Nusantara”, kerajaan di pulau Jawa adalah Salakanagara (artinya: negara perak). Salakanagara didirikan pada tahun 52 Saka (130/131 Masehi). Lokasi kerajaan tersebut dipercaya berada di Teluk Lada, kota Pandeglang, kota yang terkenal dengan hasil logamnya (Pandeglang dalam bahasa Sunda merupakan singkatan dari kata-kata panday dan geulang yang artinya pembuat gelang). Dr. Edi S. Ekajati, sejarawan Sunda, memperkirakan bahwa letak ibukota kerajaan tersebut adalah yang menjadi kota Merak sekarang (merak dalam bahasa Sunda artinya "membuat perak"). Sebagain lagi memperkirakan bahwa kerajaan tersebut terletak di sekitar Gunung Salak, berdasarkan pengucapan kata "Salaka" dan kata "Salak" yang hampir sama.

[[Berkas:Prsasti_tugu.jpg|thumb|upright|prasasti yang berumur 1600 tahun yang berasal dari zaman Purnawarman, raja Tarumanagara, yang ditemukan di Kelurahan Tugu, Jakarta. Adalah sangat mungkin bahwa Argyre atau Argyros pada ujung barat Iabadiou yang disebutkan Claudius Ptolemaeus Pelusiniensis (Ptolemy) dari Mesir (87-150 AD) dalam bukunya “Geographike Hypergesis” adalah Salakanagara.

Suatu laporan dari Cina pada tahun 132 menyebutkan Pien, raja Ye-tiau, meminjamkan stempel mas dan pita ungu kepada Tiao-Pien. Kata Ye-tiau ditafsirkan oleh G. Ferrand, seorang sejarawan Perancis, sebagai Javadwipa dan Tiao-pien merujuk kepada Dewawarman.

Kerajaan Salakanagara kemudian digantikan oleh kerajaan Tarumanagara.



Salakanagara, berdasarkan Naskah Wangsakerta - Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara (yang disusun sebuah panitia dengan ketuanya Pangeran Wangsakerta) diperkirakan merupakan kerajaan paling awal yang ada di Nusantara).



Nama ahli dan sejarawan yang membuktikan bahwa tatar Banten memiliki nilai-nilai sejarah yang tinggi, antara lain adalah Husein Djajadiningrat, Tb. H. Achmad, Hasan Mu’arif Ambary, Halwany Michrob dan lain-lainnya. Banyak sudah temuan-temuan mereka disusun dalam tulisan-tulisan, ulasan-ulasan maupun dalam buku. Belum lagi nama-nama seperti John Miksic, Takashi, Atja, Saleh Danasasmita, Yoseph Iskandar, Claude Guillot, Ayatrohaedi, Wishnu Handoko dan lain-lain yang menambah wawasan mengenai Banten menjadi tambah luas dan terbuka dengan karya-karyanya dibuat baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggeris.



KETURUNAN INDIA Pendiri Salakanagara, Dewawarman adalah duta keliling, pedagang sekaligus perantau dari Pallawa, Bharata (India) yang akhirnya menetap karena menikah dengan puteri penghulu setempat, sedangkan pendiri Tarumanagara adalah Maharesi Jayasingawarman, pengungsi dari wilayah Calankayana, Bharata karena daerahnya dikuasai oleh kerajaan lain. Sementara Kutai didirikan oleh pengungsi dari Magada, Bharata setelah daerahnya juga dikuasai oleh kerajaan lain.

Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Konon, kota inilah yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang. Adalah Aki Tirem, penghulu atau penguasa kampung setempat yang akhirnya menjadi mertua Dewawarman ketika puteri Sang Aki Luhur Mulya bernama Dewi Pwahaci Larasati diperisteri oleh Dewawarman. Hal ini membuat semua pengikut dan pasukan Dewawarman menikah dengan wanita setempat dan tak ingin kembali ke kampung halamannya

.

Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman menerima tongkat kekuasaan. Tahun 130 Masehi ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan dengan nama Salakanagara (Negeri Perak) beribukota di Rajatapura. Ia menjadi raja pertama dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara. Beberapa kerajaan kecil di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain Kerajaan Agnynusa (Negeri Api)yang berada di Pulau Krakatau.

Raja pertama Salakanagara bernama Dewawarman yang berasal dari India. Ia mula-mula menjadi duta negaranya (India) di Pulau Jawa. Kemudian Dewawarman menjadi menantu Aki Tirem atau Sang Aki Luhurmulya. Istrinya atau anak Aki Tirem bernama Pwahaci Larasati. Saat menjadi raja Salakanagara, Dewawarman I ini dinobatkan dengan nama Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara.



Rajatapura adalah ibukota Salakanagara yang hingga tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII). Salakanagara berdiri hanya selama 232 tahun, tepatnya dari tahun 130 Masehi hingga tahun 362 Masehi. Raja Dewawarman I sendiri hanya berkuasa selama 38 tahun dan digantikan anaknya yang menjadi Raja Dewawarman II dengan gelar Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra. Prabu Dharmawirya tercatat sebagai Raja Dewawarman VIII atau raja Salakanagara terakhir hingga tahun 363 karena sejak itu Salakanagara telah menjadi kerajaan yang berada di bawah kekuasaan Tarumanagara yang didirikan tahun 358 Masehi oleh Maharesi yang berasal dari Calankayana, India bernama Jayasinghawarman. Pada masa kekuasaan Dewawarman VIII, keadaan ekonomi penduduknya sangat baik, makmur dan sentosa, sedangkan kehidupan beragama sangat harmonis.



Sementara Jayasinghawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Calankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Maurya.



Di kemudian hari setelah Jayasinghawarman mendirikan Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumanagara. Salakanagara kemudian berubah menjadi Kerajaan Daerah.

URUTAN RAJA SALAKANAGARA (Tahun berkuasa, Nama raja, julukan/keterangan): 1. 130-168 M, DEWAWARMAN I (PRABU DARMALOKAPALA AJI RAKSA GAPURA SAGARA, Pedagang asal Bharata (India), 2. 168-195 M, DEWAWARMAN II (PRABU DIGWIJAYAKASA DEWAWARMANPUTRA), Putera tertua Dewawarman I, 3. 195-238 M, DEWAWARMAN III (PRABU SINGASAGARA BIMAYASAWIRYA), Putera Dewawarman II, 4. 238-252 M, DEWAWARMAN IV (Menantu Dewawarman II, Raja Ujung Kulon), 5. 252-276 M, DEWAWARMAN V (MENANTU Dewawarman IV), 6. 276-289 M, MAHISASURAMARDINI WARMANDEWI (Puteri tertua Dewawarman IV & isteri Dewawarman V), karena Dewawarman V gugur melawan bajak laut, 7. 289-308 M, DEWAWARMAN VI (SANG MOKTENG SAMUDERA), Putera tertua Dewawarman V, 8. 308-340 M, DEWAWARMAN VII (PRABU BIMA DIGWIJAYA SATYAGANAPATI), Putera tertua Dewawarman VI, 9. 340-348 M, SPHATIKARNAWA WARMANDEWI (Puteri sulung Dewawarman VII), 10. 348-362 M, DEWAWARMAN VIII (PRABU DARMAWIRYA DEWAWARMAN), Cucu Dewawarman VI yang menikahi Sphatikarnawa.

Tahun 362 M saat dipegang DEWAWARMAN IX, Salakanagara telah menjadi kerajaan bawahan Tarumanagara. Dewawarman VIII merupakan raja terakhir Salakanagara.



0001 Caka (0122 Masehi).

Catatan

Aji Saka dianggap telah menetapkan penanggalan Kala Candra Caka Sunda yang dipakai dalam penanggalan sejarah kita. Tetapi mengenai sejarah Aji Sakanya sendiri belum jelas, selain dari ceritera yang berhubungan dengan tulisan hanacaraka.

Konon dalam suatu perjalanan dikabarkan, bahwa Aji Saka menitipkan pusakanya kepada yang dipercayainya, seorang yang setia bernama Ki Dora. Aji Saka mengamanatkan kepada Ki Dora, bahwa pusaka itu tak boleh diserahkan kepada siapapun selain kepada diri Aji Saka sendiri. Ki Dora menyanggupinya dan menunggu di tempat itu, karena Sang Aji akan melanjutkan perjalannya. Sesampainya di suatu tempat yang dianggap baik oleh Sang Aji, ia dan rombongan menetap disana.

Pada suatu hari Aji Saka teringat pada pusakanya yang dititipkan pada Ki Dora. Lalu ia mengutus Ki Sambada untuk mengambil pusaka tersebut. Berangkatlah Ki Sambada menemui Ki Dora. Setelah dijumpainya lalu Ki Sambada menyampaikan maksud kedatangnya. Tapi Ki Dora tak mau menyerahkan pusaka yang diminta oleh Ki Sambada karena telah berjanji tak akan menyerahkan pusaka itu kepada siapapun selain dari Aji Saka pribadi. Kedua orang ini setia kepada Sang Aji. Keduanya berusaha untuk melaksanakan tugasnya, sampai ahirnya mereka berkelahi.

Aji Saka merasa cemas, karena utusannya tak kembali setelah sekian lamanya. Ketika didatangi oleh Sang Aji, barulah ia sadar, bahwa ia telah berbuat salah. Lalu ia membuat peringatan dengan menulis (penulis sertakan arti tulisan) :



hana caraka = ada utusan yang setia

da ta sawala = yang menolak sawala/rundingan

pada jayanya = kedua-duanya sama jayanya

maga batanga = telah gugur demi kebenaran



Kemudian aksara ini menjadi abjad aksara Sunda-kuno, yang dipakai dalam tulisan-tulisan sejarah berikutnya dari tulisan pada lontar, batu, tembaga, daluwang sampai tulisan dalam buku dengan kertas yang kita kenal sekarang.



Seorang Belanda yang mempelajari bentuk aksara ini bernama Holle. Khusus aksara Sunda bernomor 77 sampai dengan 109 dalam catatannya. Jadi ia telah menemukan 32 bentuk aksara Sunda.



Perkembangan aksara ini terutama dalam berkomunikasi surat-menyurat dalam bidang niaga yang banyak terjadi di bagian utara pulau Jawa atau biasa disebut pesisir utara. Dengan demikian aksara itu berkembang pada bentuk-bentuk yang baku agar mudah dan lancar dalam berkomunikasi. Kemudian aksara yang sudah baku ini dipopulerkan sebagai aksara Jawa. Selanjutnya orang beranggapan bahwa aksara itu adalah aksara Jawa.

Penjelasan

Mengenai penanggalan Sunda.



Kala Surya Saka Sunda telah dimulai lebih dahulu. Tahun 0001 Caka bersamaan dengan tahun 0037 Saka. Penanggalan Saka ini digunakan dalam urusan pertanian dan pelayaran. Kala Surya Saka erat hubungannya dengan perhitungan musim yang berpedoman pada matahari melalui media lingga. Tarikh sejarah memakai Kala Candra Caka, sebab jaman dulu tidak ada kalender yang bergantung di dinding seperti sekarang. Jadi terpaksa harus memperhatikan dan melihat pada keadaan bulan yang melayang di langit.



Aji Saka itu tidak membuat penanggalan. Aji Saka hanya menetapkan tahun awal pada satu almanak yang sedang berjalan, seperti halnya pada Kala Masehi dan Kala Hijrah. Atau mungkin nama “SAKA” itu dari singkatan “SAnghyang-KAla”. Dalam buku ini namanya menjadi Saka dan Caka. Yang jelas, almanak Saka dan Caka ini adalah almanak pribumi, bukan impor, sebab di India almanaknya tidak sama dengan almanak Sunda. Almanak Cina juga tak sama dengan almanak Sunda.

Demikianlah sedikit ulasan mengenai awal Caka.



Kala

0001 – 0052 Caka (0122 – 0172 M) : 52 tahun.

Catatan

Ki Tirem atau Ki Kolot Mulya, adalah penguasa di bagian barat pulau Jawa, yang tercatat sebagai awal sejarah masa kini di pulau Jawa. Ki Tirem ini ada juga yang mengaitkan dengan nama Aji Saka.



Kala

0010 Caka (0132 Masehi).

Catatan

Ada berita dari Cina bahwa dalam tahun 132 M, raja “Ye-tiao” (=Pulau-Jawa) bernama “Tiao-pien” (=Ti-rem ?) mengirim utusan ke Cina, dan Maharaja Cina memberi hadiah kehormatan kepadanya.



Kala

0039 Caka (0160 Masehi).

Catatan

Ahli Ilmu Bumi Iskandariyah, keturunan Yunani bernama Claudius Ptolemeus menulis sebuah karangan (160 M) yang bersumber dari pelaut Arab, bahwa Iabadiou adalah sebuah negeri yang subur, menghasilkan banyak emas dan mempunyai kota dagang Argyre yang terletak di ujung barat negri itu. Juga disebutkan beberapa tempat seperti : Sabara, Nusa Sabai dan Paladu.



Kala

0052 – 0090 Caka (0172 – 0209 M) : 38 tahun.

Penobatan di

Salakanagara ke 1, dengan ibukotanya bernama Rajatapura, terletak di pinggir laut

Nama asal

Pohaci Larasati, putri sulung Ki Tirem

Nama Nobat

Dewi Dwani Rahayu

Suami

Dewawarman I

G e l a r

Prabu Darmalokapala Dewawarman Haji Raksa Gapura Sagara (= aji yang menguasai gerbang lautan)

A n a k

putra tertuanya kelak menjadi Dewawarman II.

Sang Prabhu Digwijayakasa Dewawarmanputra

Catatan

Pohaci Larasati, puteri penghulu rakyat pribumi Jawa Barat sebelah barat. Penghulu itu bernama Sang Aki Tirem, Sang Aki Luhurmulya

Adik Larasati yang bernama Senapati Bahadura Harigana Jayasakti Dewawarman diangkat menjadi penguasa di Ujung Kulon.

Adiknya yang lain bernama Sweta Liman Sakti menja di raja Tanjung Kidul dengan ibukotanya Agrabinta pura. Beristri putri dari Singala (Sri Langka).

Wilayahnya meliputi daratan di sekitar selat Sunda

berikut kepulauan yang ada disana termasuk pula Sumatra selatan. Batas di darat biasanya sungai.

Ibukotanya disebut Rajatapura (=kota perak).



asal negerinya ialah negeri Bharata sebelah selatan. Mula-mula (ia) datang ke Jawa Barat bersama pengikutnya dengan tujuan ialah berdagang barang hasil bumi dari Jawa Barat. Kedatangannya dengan membawa perhiasan, pakaian, dan beberapa jenis lainnya lagi. Kemudian Sang Dewawarman nikah dengan seorang putert penghulu masyarakat di desa itu. Akhirnya diangkat jadi ratu



Ia dianggap nenek-moyang wangsa Dewawarman yang ada di Jawa Barat di bumi Pulau Jawa



Kota besar yang lain (ialah) Agrabinta ada di wilayah selatan



Adik Sang Dewawarman, Panglima Bhahadura Hariganajayasakti Dewawarman, raja wilayah penjaga Hujungkulon



Adiknya yang lain menjadi raja wilayah selatan.



Kala

0090 – 0117 Caka (0209 – 0236 M) : 27 tahun.

Penobatan di

Salakanagara ke 2

Nama asal

Dewawarman II.

Nama Nobat

Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra, Dewawarman II

Permaisuri

putri keluarga raja Singala (Sri Langka).

A n a k

putra yang kelak menjadi Dewawarman III.

Sang Prabhu Singhasagara Bhimayasawirya



Kala

0117 – 0160 Caka (0236 – 0277 M) : 43 tahun.

Penobatan di

Salakanagara ke 3

Nama asal

Dewawarman III.

Gelar

Prabu Singasagara Bimayasawirya.

Permaisuri

berasal dari Jawa Tengah.

A n a k

Dewi Tirta Lengkara, dijadikan isteri oleh Sang Prabhu Dharmasatyanagara

Catatan

Dewi Tirta Lengkara dijodohkan dengan raja Ujung Kulon, bernama Darma Satyanagara, yang kelak mendapat gelar Dewawarman IV.

Peristiwa : Dalam pemerintahan Dewawarman III terjadi serangan bajak laut dari negeri Cina, tetapi semuanya dapat ditumpas. Lalu diadakan pamitran, hubungan dengan maharaja Cina dan raja-raja India.



Kala

0160 – 0174 Caka (0277 – 0290 Masehi) : 14 tahun.

Penobatan di

Salakanagara ke 4.

Nama nobat

Dewi Tirtha Lengkara Dewawarman Putri

Nama suami

Darma Satyanagara, Raja Ujung Kulon.

Gelar

Prabu Dharmasatyanagara Dewawarman IV.

Anak

Rani Mahisasuramardhini Warmandewi.



Kala

0174 – 0211 Caka (0290 – 0326 M) : 37 tahun.

Penobatan di

Salakanagara ke 5.

Nama

Rani Mahisasuramardhini Warmandewi.

Nama suami

Dewawarman V.

Gelar

Prabu Amatya Sarwajala Dharma Satya Jaya Waruna Dewawarman.

Anak

Putra sulungnya kelak menjadi Dewawarman VI.

Peristiwa

Dewawarman V gugur waktu menumpas bajak laut oleh serangan panah dari belakang.

Sang Rani Mahisasuramardhini melanjutkan tahta kerajaan seorang diri setelah suaminya wafat selama 13 tahun; 0198 – 0211 Caka (0313 – 0326 M).



Tetapi suaminya hanya 24 tahun memerintah bersama isterinya, karena Sang Prabhu Dharmasatyajayawaruna Dewawarman wafat (dia) pada waktu berperang dengan perompak di tengah taut. Pada waktu itu Sang Prabhu sebagai panglima angkatan taut yang memimpin angkatan bersenjata memerangi (perahu) perompak yang naik perahu besar tiga buah. Sedangkan perahu kerajaan empat buah. Tampaklah mendesak di waktu pertempuran. Sang Prabhu dipanah dari belakang oleh perompak. Kemudian Sang Prabhu sebagai panglima angkatan taut pada waktu itu tewaslah. Akhirnya sang perompak kalahlah mereka dengan banyak yang tewas terapung di air, mereka sisa yang mati ditawan semuanya.



Kala

0211 – 0230 Caka (0326 – 0344 Masehi) : 19 tahun.

Penobatan di

Salakanagara ke 6.

Nama

Sang Prabu Ganayanadewa Linggabhumi.

Gelar

Dewawarman VI

Nama istri

putri dari negeri Bharata.

Anak

1.Bhimadigjaya Satyaganapati / Dewawarman VII

2.Salaka Kencana Warmandewi, bersuami pembesar Gaudi (Bengala), kerajaan di Barata (India) bagian timur.

3.Kartika Candra Warmandewi, bersuami pranaraja dari negara Yawana.

4.Ghopala Jayengrana, yang menjadi pembesar di Calangkayana di bumi Bharata. Kelak putranya yang bermana Krodamaruta, menjadi raja Salakanagara.

5.Gandhari Lengkaradewi, bersuamikan panglima angkatan laut kerajaan wangsa Palawa di India dan putranya kelak menjadi suami putri Dewawarman VII dengan gelar Dewawarman VIII.

6.Skandamuka, senapati Salakanagara.



Kala

0230 – 0262 Caka (0344 – 0374 Masehi) : 32 tahun.

Penobatan di

Salakanagara ke 7.

Nama

Prabu Bhimadigwijaya Satyaganapati.

Gelar

Dewawarman VII

Anak

Rani Spatikarnawa Warmandewi.

Catatan

Adik Sang Dewawarman VII, yang bernama Ghopala, berputra Sang Krodamaruta, yang menjadi mentri di Calangkayana.

Kakak permaisyuri Dewawarman VII, bersuami penguasa Bakulapura (Kalimantan) bernama Atwangga, putra Sang Mitrongga. Mereka keturunan wangsa Sungga dari Magada.

Dari perkawinannya lahir Kudungga yang kelak meng gantikan ayahnya di Bakulapura.

Peristiwa

Setelah Dewawarman VII wafat, Krodamaruta membawa ratusan pasu-kan lengkap langsung mengambil alih kekuasaan di Salakanagara, yang secara tradisi harus dilanjutkan oleh keturunan Dewawarman VII



Kala

0244 Caka (0358 Masehi).

Lahir

Jayasinghawarman

Tokoh

Maharesi dari wangsa Salankayana di Bharata, yang kelak menjadi pendiri dan raja Tarumanagara (280 – 304 Caka).

Penjelasan

Maharesi dari wangsa Salankayana di Bharata, yang kelak menjadi pendiri dan raja Tarumanagara (280 – 304 Caka).

Wafat tahun 304 dalam usia 60 tahun, jadi dilahirkan pada tahun (304 – 60) = 244 C.

Kelak beristri pada Dewi Minawati (lahir th.271 C) ialah Iswari Tunggal Pertiwi Warmandewi,putri raja Dewawarman VIII, raja Salakanagara ke 9.



Kala

0262 Caka (0376 Masehi) : 3 bulan

Penobatan di

Salakanagara ke 8.

Nama

Prabu Krodamaruta.

Peristiwa

Ketika Dewawarman VII wafat, Krodamaruta dengan ratusan pasukan bersenjata lengkap, langsung merebut/mengambil alih kekuasaan di Salakanagara. Tapi ia hanya berkuasa selama 3 bulan, karena meninggal waktu berburu di hutan, tertimpa batu besar dari atas bukit.



Kemudian ia digantikan oleh puteri Sang Prabhu Bhimadigwijaya Satyaganapati yaitu Sang Rani Spatikarnawa Dewiwarman



Kala

0262 – 0285 Caka (0376 – 0398 Masehi) : 23 tahun.

Penobatan di

Salakanagara ke 9.

Nama nobat

Sang Rani Spatikanawa Warmandewi (belum bersuami).

Suami

0270 Caka (0383 Masehi) : Ratu Salakanagara ke 9, Sang Rani Spatikanawa Warmandewi bersuami dengan saudara sepupunya, cucu Dewawarman VI dari putri nya yang ke 5, Sri Gandari Lengkaradewi.

(lihat silsilah diatas).

Gelar suami

Prabu Dharmawirya Dewawarman Salakabhuwana atau Dewawarman VIII

Anak

1 Dewi Minawati, lahir (0271 Caka (0384 M), ialah Iswari Tunggal Pertiwi Warmandewi, diperistri oleh maharesi dari wangsa Salankayana di Bharata, raja Tarumanagara 1 (280 – 304 Caka) bernama Jayasinghawarman, ia adalah Guru Dharmapurusa.

2 Dewi Indrami, di­peristri oleh putra mahkota Bakulapura Sang Aswawarman.

3 Dewi Indari yang menjadi permaisuri Maharesi Santanu, raja Indraprahasta I.

4 Senapati Andra, Andharu, Dewawarman IX

Istri ke 2

Candralocana, putri brahmana dari Calankayana di India.

Anak

1 tinggal di Sumatra dan menurunkan para raja di sana diantaranya Adityawarman.

2 tinggal di Yawana.

3 tinggal di Semenanjung.

4 menjadi raja di Jawa Tengah.

Catatan

Sang Raja membuat candi dan patung Siwa Mahadewa dengan hiasan bulan sabit pada kepalanya (mardha chandra kapala), patung Ganesha (Ghajanadawa) dan patung Wisnu. ??? Patung inikah yang ditemukan di pulau Panaitan dan dicuri tahun 70-an ???



Kala

0285 Caka (0398 Masehi).

Penobatan di

Salakanagara ke 10

Nama nobat

Dewawarman IX.



Kenging nyutat tina : http: //goermunsorif.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar