Rabu, 22 Januari 2014

Pada 17 Januari 2014, Rektor Univesitas Indonesia (UI) beserta jajaran pengelola UI–Green Metric Ranking of World University (UI-GM) mengumumkan peringkat perguruan tinggi di dunia yang berhasil dalam mengelola kampus yang ramah lingkungan (green campus friendly). Laporan secara lengkap dapat diakses dihttp://greenmetric.ui.ac.id/id/page/ranking-2013.

Hasil pemeringkatan UI-GM tahun 2013 yang diikuti oleh 301 universitas dari 61 negara di dunia, menempatkan Universitas Nottingham (Inggris) di urutan pertama dengan skor 7.521; diikuti Universitas College Cork National University of Ireland (Irlandia) di peringkat kedua (7.328), dan Universitas Northeastern (Amerika Serikat) di urutan ketiga dengan skor 7.170.
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang baru kali pertama terlibat dalam kegiatan pemeringkatan UI-GM yang telah dimulai sejak tahun 2010, menempati peringkat ke-134 dunia, atau urutan ke-7 di antara 28 perguruan tinggi di Indonesia, dengan skor perolehan sebesar 5.174. UNS berada di bawah posisi UI (peringkat 30), Institut Pertanian Bogor/IPB (peringkat 32), Universitas Diponegoro/UNDIP (peringkat 47), Universitas Negeri Semarang/UNES (peringkat 48), Institut Teknologi Bandung/ITB (peringkat 85), dan Institut Teknologi Sepuluh November/ITS (peringkat 123).

Ramah Lingkungan 
Dalam menilai suatu perguruan tinggi apakah akan dikategorikan sebagai perguruan tinggi yang ramah lingkungan atau tidak, dalam UI-GM digunakan 6 indikator utama, yaitu: (i) Tata letak dan kondisi sarana dan prasarana kampus (setting and infrastucture) dengan bobot 15%; (ii) Pamanfaatan energi dan antisipasi pemanasan global (energy and climate change) dengan bobot 21%; (iii) Pengelolaan limbah secara terpadu (waste management) dengan bobot 18%; (iv) Pemanfaatan air secara hemat (water usage) dengan bobot 10%; (v) Penggunaan dan penciptaaan sarana transportasi yang ramah lingkungan (transportation) dengan bobot 18%; dan (vi) Pendidikan yang berwawasan lingkungan (education) dengan bobot 18%.
Dari ke-6 indikator tersebut, maka jika suatu perguruan tinggi sangat ramah lingkungan, skornya akan mendekati 10.000 (lihat Tabel 1, baris 1, kolom 8). Sebaliknya, semakin menjauh dari angka 10.000, kampus yang bersangkutan akan semakin kurang ramah lingkungan. Hasil pemeringkatan UI-GM tahun 2013, menempatkan Universitas Muhamadiyah Surakarta (UMS) pada urutan ke-264 dengan skor 3.551; sementara Universitas Pelita Harapan (Jakarta-Indonesia) pada posisi terakhir (ranking 301) dengan skor 1.807.
Dari tabel tersebut, setiap perguruan tinggi yang akan terlibat dalam pemeringkatan UI-GM harus benar-benar memperhatikan pada sisi mana harus berbenah diri. Universitas Nottingham (Inggris) sebagai pemegang peringkat paling atas juga masih mempunyai kelemahan di bidang penataan kampus dan upaya meningkatan pendidikan yang berwawasan lingkungan kepada stakeholders-nya (nilai masih kurang dari 50%).
Di lain pihak, UNS juga masih banyak tantangannya ketika rankingnya ingin ditingkatkan pada masa-masa mendatang. Posis ke-7 di antara 28 perguruan tinggi di Indonesia (PTN dan PTS) pada tahun 2013, tentu membuat perguruan tinggi lain yang sudah terlibat sejak tahun 2010 dan disalip peringkatnya menjadi sangat cemas dan gusar.
Mereka akan bilang apa hebatnya UNS, baru masuk pertama kali saja kok sudah bisa bertengger pada urutan atas. Sementara itu, PTS yang mempunyai kekuatan dana besar akan berjuang mati-matian untuk mengalokasikan sumber dananya agar posisinya tidak memalukan jika dilihat oleh publik dunia. Hal ini dikarenakan, hasil pemeringkatan UI-GM akan bisa diakses oleh banyak pihak, di mana saja berada, serta kapanpun diperlukan.
Jika masing-masing indikator diperdalam maka untuk pembelajaran di UNS pada khususya, dan juga perguruan tinggi lain yang ingin terlibat pada umumnya, dapat disarikan beberapa hal sebagai masukan sebagai berikut.
Pertamaterkait dengan penataaan kampus, pada masa mendatang harus semakin diperbesar rasio lahan bukan peruntukan bangunan yang dimanfaatkan untuk ruang terbuka hijau (peruntukan taman dan hutan kampus). Konsekuensinya, bangunan gedung harus menjulang ke atas tetapi tetap hemat energi. Jika dimungkinkan tidak menggunakan lift, sekaligus dibuat ruang-ruang yang bisa terakses langsung oleh sinar matahari (akan hemat energi untuk lampu listrik dan AC). Arti dari semua aspek tersebut, perguruan tinggi dituntut untuk memperbesar alokasi anggarannya bagi usaha-usaha (melalui program dan kegiatan) yang mendukung upaya penciptaan kampus yang ramah lingkungan.
Kedua, penggunaan sarana dan prasarana yang mampu menghemat energi, konservasi energi, upaya menemukan sumber-sumber energi terbarukan, bangunan hijau yang terakses oleh sinar matahari dan banyaknya tumbuhan/pohon yang melekat di bangunan gedung, adaptasi ke pengurangan pemanasan global atau kebijakan pengurangan emisi gas kaca, dan lain sebagainya; harus menjadi perhatian secara baik dan berkelanjutan pada masa-masa mendatang. Model UNDIP Semarang yang menerapkan cara terus menanam pohon secata rutin yang dilakukan setiap Jum’at sehabis kegiatan bersepeda dan senam bersama; adalah bentuk kongkrit untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim (climate change).
Ketigapemanfaatan limbah ulang (recycling program for university waste), perlakuan limbah organik yang bisa dimanfaatkan untuk pupuk/kompos, sekaligus juga kebijakan yang meminimalkan penggunaan kertas dan plastik harus diperhatikan. Di banyak perguruan tinggi, sarana laboratorium di Fakultas Kedokteran, Fakultas MIPA, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, sering menghasilkan limbah yang beracun dan berbahaya. Oleh karenanya, penanganan limbah seperti ini harus juga mendapatkan perhatian. Saluran limbah harus disendirikan, mudah ditelusuri dan dikenal secara mudah untuk proses pengolahannya, sehingga limbah yang sudah diolah tidak akan lagi mencemari lingkungan sekitarnya. Pola-pola pengurangan limbah (reduce), penggunaan kembali (reuse) dan pengolahan limbah kembali untuk digunakan lagi (recycle) sebaiknya sudah menjadi program dan kegiatan rutin yang akan dilakukan pada masa-masa mendatang.
Keempat, terkait dengan masalah pemanfaatan air,  program konservasi air harus terus dilakukan. Pembuatan sumur resapan dan juga biopori sudah dimulai di beberapa sudut bangunan gedung di UNS. Penggunaan air minum permukaan lebih disarankan dibanding dengan penggunaan air dari pembuatan sumur dalam. Konflik antar fakultas dinsinyalir akan mudah terjadi, jika masing-masing fakultas berkeinginan untuk membuatkan sumur dalam sebagai upaya penyediaan air bersih.
Kelima, masalah transportasi ke depan harus diusahakan dengan cara memperbanyak kepemilikan sepeda di masing-masing fakultas, sehingga penggunaan sepeda bermesin (sepeda motor maupun mobil pribadi) semakin berkurang diiringi dengan kemudahan akses dalam menggunakan sepeda angin untuk para sivitas akademikanya. Konsekuensinya, penyediaan shelter sepeda, jalur sepeda, tempat ganti baju/pakaian, termasuk tempat parkir sepeda harus diusahakan semakin banyak dan semakin baik kondisinya. Pengadaan bus kampus, syukur tidak berbiaya alias gratis, juga harus dipikirkan. Jalur-jalur pedestrian untuk jalan kaki yang menghubungkan antarfakultas harus pula disediakan.
Terakhir, pendidikan di bidang lingkungan hidup juga tidak kalah pentingnya. Mata kuliah yang mengarah pada upaya ramah lingkungan harus mulai diidentifikasi,  termasuk jenis-jenis penelitian dan publikasi ilmiah yang dilakukan ke arah perbaikan lingkungan hidup harus semakin banyak dan semakin besar alokasi anggarannya. Dalam konteks ini, Pembantu Rektor (PR) Bidang Pendidikan (PR I) dan PR Bidang Keuangan (PR II) punya andil besar dalam penyelesaian masalah ini.  Di lain pihak, kelembagaan mahasiswa yang berusaha untuk melakukan perbaikan kualitas lingkungan hidup harus semakin banyak dan semakin kelihatan kiprahnya. PR Bidang Kemahasiswaan (PR III) punya andil dalam masalah ini.

Sebagai catatan akhir, bahwa UNS sudah terlibat dalam pemeringkatan kampus ramah lingkungan, di mana posisi ketika pertama kali terlibat sudah ada pada peringkat yang cukup baik, segenap data dasar (base data) sudah dibangun, cetak biru (blue print) pengembangan kampus ramah lingkungan sudah di rancang, sosialisasi ke fakultas dan lembaga sudah dilakukan.
Berdasar pada langkah awal tersebut, pertanyaan yang muncul adalah, “Mampukah UNS mempertahankan peringkatnya bahkan memperbaiki posisinya pada masa-masa mendatang?” Segenap sivitas akademika UNS harus terlibat dan peduli sekaligus juga harus mampu menjawabnya, dengan slogan “Sekali genderang dipukul, pantang mundur untuk berhenti, dan akan terus berjuang dalam menuju kebaikan dan keberhasilan”. Semakin kampus UNS ramah lingkungan, semoga membawa dampak pada kenyamanan belajar bagi para mahasiswa, kenyamanan bekerja bagi para dosen dan karyawan, serta keinginan untuk berkarya yang lebih baik lagi pada masa-masa mendatang.



Tabel 1   Perbandingan Skor antara Universitas Nottingham (Inggris) dan UNS Surakarta dalam Pemeringkatan Kampus Ramah Lingkungan
Perguruan TinggiSetting and In-fras-tructureEnergy and Climate ChangeWas-teWa-terTrans-porta-tionEduca-tionJumlah Ran-king
(1)(2)(3)(4)(5)(6)(7)(8)(9)
1. Skor Maksimal1.5002.1001.8001.0001.8001.80010.000 
2. Univ. Nottg (UK)6872.0251.5759901.6505947.5211
    (% Capaian)45,896,487,599,091,733,075,2
3. UNS (SKA-IND)6121.2851.0505751.1754775.174147
    (% Capaian)40,861,258,357,565,326,551,7
Sumber: Diolah dari hasil pemeringkatan UI – GreenMetric Ranking of World  University Tahun 2013 yang dipublikasikan pada 17 Januari 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar