Kini penggunaan kawat gigi atau
behel semakin marak, terutama dikalangan remaja putri. Namun sayangnya
tidak sedikit dari mereka yang justru tidak tahu mengenai manfaat behel itu sendiri. Manfaat behel gigi sejatinya digunakan untuk merangsang pertumbuhan gigi agar terlihat lebih indah dan sekaligus untuk merapikan posisi gigi.
Tapi sayangnya behel saat ini justru digunakan untuk aksi "gaya-gayaan" saja. Hal ini tentu saja merupakan sebuah hal yang kurang tepat, karena pemakaian behel yang salah justru dapat menimbulkan dampak bahaya dari pemakaian behel itu sendiri. Sebagai perbandingan mengenai bahaya dan manfaat behel gigi, berikut kami bagi informasinya :
- Mempunyai panampilan yang cantik , modern, dan stlylish
- Dapat merawat gigi
- Mampu merangsang pertumbuhan gigi ke arah yang positif
Bahaya memakai behel gigi :
- Dapat menimbulkan sariawan
- Mengalami inflamasi (radang gusi) yang menyebabkan gusi mudah berdarah
- Nyeri / sakit yang dirasakan
adalah hal yang wajar karena adanya proses Resorpsi dan aposisi (hal ini
yang menyebabkan gigi bisa berpindah). Biasanya rasa nyeri ini akan
hilang setelah 3 – 7 hari.
Kawat
gigi atau behel bukan sekadar aksesori atau pajangan di mulut. Kawat
gigi ternyata bisa mencegah berbagai keluhan di area mulut bahkan di
organ vital tubuh lainnya akibat susunan gigi yang tidak benar. Dulu,
mengenakan kawat gigi dianggap aneh dan kuno. Banyak cerita tidak enak
mengenai alat bantu ortodontis ini, mulai dari rasa tidak nyaman hingga
emoh diolok-olok teman. Karena itu, kawat gigi yang juga dikenal dengan
istilah bracket ini merupakan benda yang sebisa mungkin dihindari oleh
orang-orang dengan susunan gigi amburadul. Namun, anggapan tersebut
berubah setelah Tom Cruise, artis Holywood, mengenakan Iuntuk merapikan
susunan giginya. Banyak orang mengenakan bracket sekadar untuk
penampilan. Padahal, bracket tentu saja memiliki fungsi yang lebih
esensial, berkaitan dengan kesehatan gigi. Dijelaskan oleh Drg. Aditya
Pribadi, Sp.Ort, ahli gigi dari RS Mitra Keluarga Bekasi, fungsi utama
bracket adalah memperbaiki susunan gigi dengan cara menarik secara
perlahan dan bertahap agar susunan gigi rapi seperti yang diinginkan.
Jika susunan gigi sudah benar, orang tersebut lebih mudah mengunyah
makanan. "Gigi yang tidak rata mempersulit proses mengunyah dan makanan
yang dikunyah pun tidak benar-benar lumat. Nah, bagi orang yang
pencernaannya sensitif, makanan yang tidak benar-benar hancur tadi bisa
menjadi masalah," tutur Drg. Aditya. Memicu stroke Urusan kerapihan gigi
ini tidak bisa dianggap sepele. Tidak hanya bisa mengganggu pencernaan,
tapi juga bisa menimbulkan akibat ke seluruh tubuh. Tidak percaya?
Susunan gigi yang amburadul membuat sela-sela gigi susah dibersihkan.
Akibatnya gigi gampang berlubang, keropos, timbul plak, gusi mudah
berdarah, hingga menimbulkan aroma tidak sedap dari mulut. Kuman-kuman
yang bersarang di gigi juga bisa mengganggu kesehatan gusi dan saraf.
Beberapa referensi medis bahkan menyebutkan jika kuman gigi dibiarkan,
bisa merembet ke jantung bahkan bisa memicu terjadinya stroke! Kawat
gigi, lanjut Drg. Aditya, merupakan solusi untuk memperbaiki susunan
gigi tersebut. Susunan gigi yang tergolong susah dikoreksi seperti gigi
tonggos pun bisa dibenahi dengan kawat gigi. "Ambil contoh pemain bola
Ronaldinho, jika ia mau, giginya bisa dibenahi dengan kawat gigi,"
ucapnya. Rajin periksa Hanya saja, untuk mengenakan kawat gigi tak
semudah yang diduga orang kebanyakan. "Memasang kawat gigi ada
prosesnya. Mulai dari pemeriksaan gigi, foto susunan gigi, hingga
membuat cetakan gigi pasien agar mudah diketahui bagian mana saja yang
harus dibenahi," kata Drg. Yulia Rachma, Sp.Perio, ahli tulang dan
penyangga gigi dari Klinik Matra Medika Kebon Jeruk, Jakarta. Lebih
lanjut lagi, jika ada masalah pada gigi dan gusi sebaiknya ditangani
terlebih dahulu sebelum memakai kawat gigi. "Kalau tidak nanti susah
disembuhkan karena keburu terhalang kawat gigi," imbuhnya. Pemeriksaan
foto rontgen diperlukan untuk mengetahui susunan awal gigi orang
tersebut, apakah ada gigi yang perlu dicabut atau tidak. "Karena bisa
jadi ada orang yang giginya besar tapi ruang di gusinya kecil, sehingga
gigi lain perlu 'dikorbankan' untuk memberi ruang pada gigi yang hendak
dikoreksi letaknya. Jika ukuran gigi dan gusi sesuai, tak perlu ada
'tumbal' gigi lain," paparnya. Setelah mengenakan bracket, pasien tak
langsung lolos dari klinik dokter gigi. Pemeriksaan rutin wajib
dilakukan tiga atau empat minggu sekali. "Pemeriksaan ini sekaligus
untuk menarik gigi secara bertahap. Kalau tidak ditarik, gigi tidak akan
bergeser ke posisi yang diinginkan," ujar Drg. Aditya. Lamanya
pemakaian kawat gigi bergantung pada kondisi dan seberapa besar posisi
gigi yang harus dikoreksi. Semakin banyak gigi atau posisi yang harus
ditarik, semakin lama pula waktu pemakaiannya. "Biasanya berkisar dua
hingga tiga tahun, tapi bisa tambah lama atau cepat, tergantung pola
hidup si pasien," sebutnya. Senyuman jutawan Meski terlihat menyiksa dan
membutuhkan ketelatenan dalam merawatnya, hasil yang didapat bakal
setimpal. "Banyak mantan pengguna bracket yang puas dengan bentuk dan
fungsi gigi mereka setelah dikoreksi dengan kawat gigi," ungkap Drg.
Aditya. Meski demikian, hak untuk mengenakan kawat gigi atau tidak tetap
ada di tangan pasien. Jika pasien tidak mau mengenakan kawat gigi, ia
harus benar-benar menjaga kebersihan giginya. "Nah, seringnya ada orang
yang susunan giginya sudah benar ingin mengenakan kawat gigi untuk ikut
tren. Kalau giginya sehat dan tidak ada masalah untuk apa kawat gigi?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar