Selasa, 27 Mei 2014

Bahaya dan Manfaat Behel Gigi

Kini penggunaan kawat gigi atau behel semakin marak, terutama dikalangan remaja putri. Namun sayangnya tidak sedikit dari mereka yang justru tidak tahu mengenai manfaat behel itu sendiri. Manfaat behel gigi sejatinya digunakan untuk merangsang pertumbuhan gigi agar terlihat lebih indah dan sekaligus untuk merapikan posisi gigi.

Tapi sayangnya behel saat ini justru digunakan untuk aksi "gaya-gayaan" saja. Hal ini tentu saja merupakan sebuah hal yang kurang tepat, karena pemakaian behel yang salah justru dapat menimbulkan dampak bahaya dari pemakaian behel itu sendiri. Sebagai perbandingan mengenai bahaya dan manfaat behel gigi, berikut kami bagi informasinya :

Manfaat memakai behel gigi :
- Mempunyai panampilan yang cantik , modern, dan stlylish
- Dapat merawat gigi
- Mampu merangsang pertumbuhan gigi ke arah yang positif

Bahaya memakai behel gigi :
- Dapat menimbulkan sariawan
- Mengalami inflamasi (radang gusi) yang menyebabkan gusi mudah berdarah
- Nyeri / sakit yang dirasakan adalah hal yang wajar karena adanya proses Resorpsi dan aposisi (hal ini yang menyebabkan gigi bisa berpindah). Biasanya rasa nyeri ini akan hilang setelah 3 – 7 hari.



Kawat gigi atau behel bukan sekadar aksesori atau pajangan di mulut. Kawat gigi ternyata bisa mencegah berbagai keluhan di area mulut bahkan di organ vital tubuh lainnya akibat susunan gigi yang tidak benar. Dulu, mengenakan kawat gigi dianggap aneh dan kuno. Banyak cerita tidak enak mengenai alat bantu ortodontis ini, mulai dari rasa tidak nyaman hingga emoh diolok-olok teman. Karena itu, kawat gigi yang juga dikenal dengan istilah bracket ini merupakan benda yang sebisa mungkin dihindari oleh orang-orang dengan susunan gigi amburadul. Namun, anggapan tersebut berubah setelah Tom Cruise, artis Holywood, mengenakan Iuntuk merapikan susunan giginya. Banyak orang mengenakan bracket sekadar untuk penampilan. Padahal, bracket tentu saja memiliki fungsi yang lebih esensial, berkaitan dengan kesehatan gigi. Dijelaskan oleh Drg. Aditya Pribadi, Sp.Ort, ahli gigi dari RS Mitra Keluarga Bekasi, fungsi utama bracket adalah memperbaiki susunan gigi dengan cara menarik secara perlahan dan bertahap agar susunan gigi rapi seperti yang diinginkan. Jika susunan gigi sudah benar, orang tersebut lebih mudah mengunyah makanan. "Gigi yang tidak rata mempersulit proses mengunyah dan makanan yang dikunyah pun tidak benar-benar lumat. Nah, bagi orang yang pencernaannya sensitif, makanan yang tidak benar-benar hancur tadi bisa menjadi masalah," tutur Drg. Aditya. Memicu stroke Urusan kerapihan gigi ini tidak bisa dianggap sepele. Tidak hanya bisa mengganggu pencernaan, tapi juga bisa menimbulkan akibat ke seluruh tubuh. Tidak percaya? Susunan gigi yang amburadul membuat sela-sela gigi susah dibersihkan. Akibatnya gigi gampang berlubang, keropos, timbul plak, gusi mudah berdarah, hingga menimbulkan aroma tidak sedap dari mulut. Kuman-kuman yang bersarang di gigi juga bisa mengganggu kesehatan gusi dan saraf. Beberapa referensi medis bahkan menyebutkan jika kuman gigi dibiarkan, bisa merembet ke jantung bahkan bisa memicu terjadinya stroke! Kawat gigi, lanjut Drg. Aditya, merupakan solusi untuk memperbaiki susunan gigi tersebut. Susunan gigi yang tergolong susah dikoreksi seperti gigi tonggos pun bisa dibenahi dengan kawat gigi. "Ambil contoh pemain bola Ronaldinho, jika ia mau, giginya bisa dibenahi dengan kawat gigi," ucapnya. Rajin periksa Hanya saja, untuk mengenakan kawat gigi tak semudah yang diduga orang kebanyakan. "Memasang kawat gigi ada prosesnya. Mulai dari pemeriksaan gigi, foto susunan gigi, hingga membuat cetakan gigi pasien agar mudah diketahui bagian mana saja yang harus dibenahi," kata Drg. Yulia Rachma, Sp.Perio, ahli tulang dan penyangga gigi dari Klinik Matra Medika Kebon Jeruk, Jakarta. Lebih lanjut lagi, jika ada masalah pada gigi dan gusi sebaiknya ditangani terlebih dahulu sebelum memakai kawat gigi. "Kalau tidak nanti susah disembuhkan karena keburu terhalang kawat gigi," imbuhnya. Pemeriksaan foto rontgen diperlukan untuk mengetahui susunan awal gigi orang tersebut, apakah ada gigi yang perlu dicabut atau tidak. "Karena bisa jadi ada orang yang giginya besar tapi ruang di gusinya kecil, sehingga gigi lain perlu 'dikorbankan' untuk memberi ruang pada gigi yang hendak dikoreksi letaknya. Jika ukuran gigi dan gusi sesuai, tak perlu ada 'tumbal' gigi lain," paparnya. Setelah mengenakan bracket, pasien tak langsung lolos dari klinik dokter gigi. Pemeriksaan rutin wajib dilakukan tiga atau empat minggu sekali. "Pemeriksaan ini sekaligus untuk menarik gigi secara bertahap. Kalau tidak ditarik, gigi tidak akan bergeser ke posisi yang diinginkan," ujar Drg. Aditya. Lamanya pemakaian kawat gigi bergantung pada kondisi dan seberapa besar posisi gigi yang harus dikoreksi. Semakin banyak gigi atau posisi yang harus ditarik, semakin lama pula waktu pemakaiannya. "Biasanya berkisar dua hingga tiga tahun, tapi bisa tambah lama atau cepat, tergantung pola hidup si pasien," sebutnya. Senyuman jutawan Meski terlihat menyiksa dan membutuhkan ketelatenan dalam merawatnya, hasil yang didapat bakal setimpal. "Banyak mantan pengguna bracket yang puas dengan bentuk dan fungsi gigi mereka setelah dikoreksi dengan kawat gigi," ungkap Drg. Aditya. Meski demikian, hak untuk mengenakan kawat gigi atau tidak tetap ada di tangan pasien. Jika pasien tidak mau mengenakan kawat gigi, ia harus benar-benar menjaga kebersihan giginya. "Nah, seringnya ada orang yang susunan giginya sudah benar ingin mengenakan kawat gigi untuk ikut tren. Kalau giginya sehat dan tidak ada masalah untuk apa kawat gigi?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar